Oleh: Ani Herlina
Jika penggunaan plastik ini tidak dibatasi akan menjadi ancaman yang serius untuk lingkungan hidup kita di kemudian hari.
Saat ini Indonesia termasuk negara darurat sampah plastik ke dua di dunia. Seperti yang dilansir dari situs Hipwee.com, diperkirakan sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera.
Bahkan, kedalaman sampah plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai hampir 100 meter dari permukaan laut. Sampah plastik juga telah menjadi salah satu sumber pencemaran laut di Indonesia.
Tahun 2015, penelitian dari Universitas Georgia mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara kedua terbesar di dunia sebagai penghasil sampah plastik yang dibuang ke laut.
Bagaimana tidak? Menurut Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan, sampah plastik dari 100 toko/gerai anggota APRINDO selama 1 tahun menghasilkan 10,95 juta lembar sampah kantong plastik. Ini berarti sama dengan sekitar 65,7 Ha kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepakbola
Plastik butuh waktu 450-1000 tahun untuk terurai di lautan dan itu berdampak pada organisme laut yang terjerat atau menelan sampah plastik. Hal ini menyebabkan pertumbuhan biota laut terhambat, bahkan menyebabkan kematian. Apakah kita akan diam saja dan membiarkan kerusakan ini terjadi di sekita kita?
Dan Indonesia termasuk negara peringkat ke dua ledakan TPA di dunia. Ledakan paling besar yaitu TPA Leuwigajah, Bandung, Indonesia pada 21 Februari 2005 menewaskan 143 jiwa dan 137 rumah tertimbun atau setara dengan dua desa hilang.
Namun 2018 ditemukan seekor paus sperma yang ditemukan mati terdampar di perairan Pulau Kapota, Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin (19/11/18 ), menelan hampir enam kilogram plastik dan sandal jepit.
Dalam sebuah cuitan, lembaga WWF Indonesia merinci apa saja yang ditemukan di dalam perut bangkai hewan tersebut.
"5,9 kg sampah plastik ditemukan di dlm perut paus malang ini! Sampah plastik yaitu: plastik keras (19 pcs, 140 gr), botol plastik (4 pcs, 150 gr), kantong plastik (25 pcs, 260 gr), sandal jepit (2 pcs, 270 gr), didominasi o/ tali rafia (3,26 kg) & gelas plastik (115 pcs, 750 gr)."
Data terbaru ikan hiu mati tahun 2019 seekor paus muda yang terdampar di pantai Filipina mati karena "kejutan lambung" setelah mengonsumsi 40 kilogram plastik.
Biarawan laut dan relawan dari Museum Kolektor D'Bone di Kota Davao, Kepulauan Mindanao, terkejut mengetahui penyebab kematian yang sebagiannya moncongnya agak melengkung yang terdampar di pantai pada hari Sabtu, lapor The Guardian hari Senin (18/3/2019).
Dalam pernyataan bernada kecaman, di halaman Facebook pihak museum mengatakan bahwa dari hasil autopsi di dalam perut ditemukan plastik 40 kg, terdiri dari 16 karung beras, 4 karung yang biasa dipakai di perkebunan pisang
Ini adalah sebuah kejadian yang sangat menyedihkan, perbuatan buruk manusia terhadap lingkungan yang terkena dampaknya bukan hanya manusia sendiri tapi rusak dan punahnya biota dan mahluk hidup yang ada di laut. Dan ini akan menjadi bencana masa depan yang akan dirasakan oleh generasi kita selanjutnya.
Hari ini kita memang tidak bisa dilepaskan dari penggunaan plastik, stroyfoam, dan itu pasti akan berakhir menjadi sampah. Jadi akan lebih baik ketika berbelanja membawa wadah belanjaan dari rumah sendiri, demi mengurangi kadar penggunaan sampah plastik yang memang sangat susah untuk di uraikan, membutuhkan waktu puluhan bahkan ada yang sampai ratusan tahun untuk bisa hancur.
Menurut Direktur Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, DR Emil Budianto, yang ditemui disela-sela acara Seminar bersama Technoplast, sampah plastik yang menggunung menyimpan cadangan karbon dan hidrogen.
Zat-zat ini akan dikombinasikan dengan zat lain seperti klorida yang ditemukan pada makanan sisa, dan kompilasi disulut api, campurannya akan melepaskan zat berbahaya bagi manusia.
“Jika sampah-sampah plastik dibagikan, makanan itu dibakar akan memproduksi dioksin dan furan. Zat tersebut dalam konsentrasi kecil saja dapat menyebabkan kematian, ”katanya pada Senin (26/3/2018) di Jakarta.
Emil berlanjut, membahas zat dioksin, memutuskan di manusia, manusia dalam waktu singkat akan menimbulkan reaksi batuk, sesak napas, dan mendorong. Masalah ini adalah respons tubuh saat terpapar zat berbahaya.
Akan lebih baik jika sebelum berbelanja memikirkan apa yang dibutuhkan dan berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir penggunaan barang-barang yang berbahan plastik.
Dan Rasulullah mengajarkan untuk tidak bersikap boros, karena boros adalah perbuatan Syetan. Dan kebersihan merupakan bagian dari iman sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadistnya:
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ الحديث (رواه مسلم)
Artinya : kebersihan merupakan salah satu bagian dari iman (HR Muslim).
Sebagai umat yang dituntut untuk peduli akan keseimbangan lingkungan kita tidak boleh kalah dengan negara-negara kafir yang kualitas kesadaran lingkungannya sangat baik dan kebersihannya menduduki peringkat nomer satu, seperti Jepang, Singapura dan negara-negara lainnya.
Rasulullah menyuruh umatnya untuk hidup bersih secara individu dan lingkungan. Tapi mengapa yang mempraktekannya justru orang kafir? Jadi kalau bukan kita sendiri yang menjaga lingkungan ini, lantas akan seperti apa generasi kita hidup nanti ? Yang tersisa mungkin hanya kerusakan di mana-mana, dengan flora dan fauna yang punah.
Jangan wariskan kerusakan yang sudah kita perbuat pada generasi berikutya. Sudah cukup banjir, longsor dan kebakaran dirasakan oleh kita, lalu menyadari bahwa ini terjadi oleh sebab tangan tak bertanggung jawab kita.
Allah tidak menyediakan planet lain untuk manusia hidup dan tumbuh. Hanya bumi tempat ternyaman manusia bernaung. Maka, sebelum rentetan bencana lain datang, berubahlah untuk kebaikan alam kita.[MO/ad]