Oleh: Arin RM, S.Si
(Member TSC, Freelance Author)
Namun sayang seribu sayang, apa yang terjadi seolah masih sebatas mendudukkan Al-Quran sebagai pendopleng suara bagi kemenangan Paslon. tribunnews.com (30/12/2018), menegaskan "Dua Calon Presiden Diundang Tes Baca Al-Quran, Peneliti: Peluang Emas Untuk Menarik Simpati".
Padahal fungsi Al-Quran tidaklah sesempit itu. Bagi mereka yang beriman kepada Allah, mengimani Al-Quran adalah konsekuensi lanjutan dan pembuktian terhadap jalan iman yang dipilihnya.
Terlebih makna iman adalah meyakini kebenaran dengan pasti kemudian melaksanakannya dalam perbuatan sebagai bukti kesesuaian dari apa yang telah diucapkan dengan lisannya. Apalagi Al-Quran adalah firman Allah yang tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Baqarah ayat 2).
Sehingga mengimani Al-Quran pada level tertinggi adalah dengan menerapkan apa yang ada di dalamnya. Dan inilah yang wajib hukumnya. Wajib untuk menerapkannya di skala individu, masyarakat, dan juga negara sesuai kapasitas kepemimpinan.
Oleh karenanya Islam mensyaratkan bahwa pemimpin harus memiliki kriteria adil dan merdeka. Adil bermakna tetap berada dalam kebenaran Islam, dan indikator termudah nya adalah tidak melanggar isi Al-Quran. Sebab apa yang ada di dalamnya adalah kesempurnaan dan kelengkapan panduan bagi seluruh aktivitas kehidupan.
Dan upaya menerapkan seluruh isi Al-Quran itulah yang dahulu diperjuangkan Nabi dan shahabat Muhajirin hingga harus menempuh jarak ratusan kilometer ke Madinah demi tegaknya institusi Daulah Madinah. Sebab hanya dengan adanya negara semata kewajiban penerapan Al-Quran tertunaikan sempurna.
Urgensitas negara menerapkan Al-Quran inilah yang menuntut adanya keberanian dari pemimpin yang merdeka. Pemimpin yang berani berlepas diri dari dikte-dikte asing dalam setiap kebijakannya. Sebab tanpa kemerdekaan dari intervensi asing, cita-cita berdaulat dengan menerapkan hukum Al-Quran adalah ilusi belaka. Asing tidak akan pernah ridlo dengan Islam, sebagaimana yang Al-Quran tuturkan dalam Al-Baqarah ayat 120.
Oleh karenanya, tepat sekali statement pembuka dari ustadz M. Ismail Yusanto di atas. Greget level pemimpin bukan lagi sejedar baca, tapi menerapkan. Niscaya jika demikian keberanian yang dimiliki Paslon, bukan hanya simpati yang didapatkan, tapi dukungan nyata dari masyarakat yang memang rindu Al-Quran diterapkan secara total. Masyarakat yang yakin terhadap firman Allah:
"Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir" (TQS. Al-Maidah: 44). [MO/sr]