Oleh : Tari Ummu Hamzah
Mediaoposisi.com-Indonesia sebagai bagian dari negara yang memiliki ummat muslim terbanyak di dunia menjadi sasaran empuk bagi penjajah barat. Para penjajah kafir tidak akan tinggal diam melihat besarnya jumlah kaum muslimin yang ada di Indonesia.
Dari zaman penjajahan Belanda banyak upaya agara Islam tidak menjadi kuat, dan agar kaum muslimin tidak memperkuat dirinya, karena itu akan menjadi pekerjaan yang berat bagi kafir penjajah untuk menghancurkan kaum muslimin.
Kafir penjajah mengetahui bahwa Islam tidak memiliki lawan yang sepadan untuk berhadapan dengannya, jelas karena Islam adalah agama paripurna jadi ketika Islam berhadapan dengan pemahaman barat maka Islam bisa mengalahkannya. Maka dari itu penjajah kafir menggunakan politik pecah belah atau "Devide et Impera".
Perpecahan diantara kaum muslimin menimbulkan perselisihan yang berujung pada kompromi untuk menentukan jalan keimanan mereka masing-masing.
Perselisihan tersebut dipanasi dengan gagasan pengklasifikasian ummat muslim. Dilansir dari shoutussalam.com, kajian strategis yang masih produktif memberikan gagasan pengklasifikasian kaum muslimin adalah Rand corporation.
Mereka mengklasifikasikan kaum muslimin yang ada di Indonesia menjadi 4 kalsifikasi, yaitu Islam radikal, islam kultural atau tradisional, Islam moderat dan islam liberal. Pengklasifikasian seperti ini sangat berbahaya bagi diri kaum muslimin.
Pemahaman Islam kultural lebih condong kepada pakaian adat untuk berbusana dan menolak gaya berpakaian orang Arab yang harus memakai jilbab dan kerudung, karena tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat Indonesia.
Sedangkan pengikut pemahaman moderat memandang kesetaraan antara kaum Islam dan non islam dan menolak pelaksanaan hukum syariat disetiap aktivitas kehidupan. Islam liberal memandang manusia bebas melakukan apa saja sesuai kehendaknya, termasuk menntafsirkan Al-Qur'an menurut versi mereka. Islam radikal dipandang miring karena selalu dihubung-hubungkan dengan terorisme.
Pelabelan yang diberikan oleh kafir penjajah tidak hanya akan menimbulkan perselisihan, tapi juga keraguan serta mengaburkan pemahaman mereka terhadap agama mereka sendiri, mengadu domba kaum muslimin dengan saudara muslimnya sendiri.
Ditambah lagi pemerintah yang abai dengan pemeliharaan aqidah ummat muslim malah menyuarakan gagasan Islam Nusantara untuk dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat. Makin pelik urusan aqidah ummat muslim.
Sebenarnya perselisihan tersebut bisa ditepis oleh kaum muslimin dengan opini yang membangun kesadaran politik masyarakat, Agar masyarakat tidak mudah menerima gagasan dan pemahaman yang tidak sesuai dengan aqidah Islam.
Sejatinya Islam adalah agama yang 1, tidak terpecah dan terbagi-bagi. Rasulullah telah berpesan kepada kita semua untuk menjaga ukhuwah Islamiyyah, bahkan Rasulullah sendiri menggambarkan kaum muslimin sebagai 1 tubuh, bayangkan jika tubuh itu dibelah menjadi beberapa bagian, yang terjadi adalah kematian.
Begitu pula dengan Islam, ketika Islam dibelah dengan berbagai pemahaman, maka yang terjadi Islam kehilangan kemurniannya. Maka yang dibutuhkan kaum muslimin adalah ada dalam satu barisan dan ukhuwah.[MO/sr]