Oleh: Ani Herlina
(Guru SMPIT Izatul Islam)
Mediaoposisi.com-Jika membicarakan K-Pop atau K-Drama, antusias remaja akan langsung teralihkan. Mereka sangat tertarik bahkan banyak yang kecanduan, sehingga akan menjadi topik obrolan menyenangkan bagi sebagian remaja bahkan para ibu muda.
Ketika ditanyakan kenapa suka K-Pop dan K-Drama? Jawaban kebanyakan yaitu karena ceritanya menarik, kisah filmnya romantis, ada banyak Oppa ganteng dan Eonni yang cantik, hal ini membuat generasi muda muslim sangat mengidolakannya mati-matian. Menjadi Fans yang begitu fanatik. Dan rela meng copy paste gaya hidup sang idola.
Kalau bisa kisah percintaan bisa seperti mereka, punya pasangan hidup bisa sekeren mereka. Padahal hidup di alam semesta nggak seindah drama. Karena pada kenyataan sesungguhnya, sang aktor dan aktris yang memerankan drama tersebut hidupnya tak seindah dengan apa yang mereka mainkan.
Hidup sang Fans nggak bisa berhenti, hanya di seputaran Korea saja. Sehingga menjadikan mereka sasaeng (Fans yang sangat obsesif).
Namun saat ini, gaya hidup Korea benar-benar telah membius dan menghipnotis sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama para remaja. Mulai dari sinetron, lagu, bahkan pakaian dengan segala pernak-perniknya, menjadi kiblat bagi mereka yang mengidolakan.
Memang drama, musik, bahkan food dan fashion korea kini sudah merasuk ke dalam kehidupan para remaja di Indonesia, termasuk muslimahnya. Dan sayangnya, yang menimpa remaja pada umumnya, justru lebih kepada fanatisme mencintai gaya hidup koreanya saja, seperti yang dipertontonkan di K- Drama.
Sehingga banyak dijumpai muslimah yang lebih memilih nonton drama dibandingkan harus mengkaji islam atau taat pada kedua orang tuanya. Malah banyak anak remaja yang bela-belain buat membeli pernak-pernik berbau Korea, atau demi ikut menonton Bintang K-Pop mereka memotong uang SPP atau menipu orang tua dengan alasan banyak bayaran sekolah.
Dan kita sering menemukan muslimah yang lebih banyak hapal judul film, lirik lagu dibandingkan Al Qur’an dan hadist. Banyak juga yang tidak peduli kepada komposisi makanan korea, tak peduli lagi halal dan haramnya, yang penting bisa makan makanan korea.
Jika terus-menerus Korea menjadi tontonan, bisa jadi lama kemudian berubah menjadi tuntunan hidup, yang mengumbar gaya hidup bebas dan merusak. Gaya hidup yang sangat bertentangan dengan agama kita.
Sejak kemunculan Drama Korea dengan judul Endless Love, disusul dengan Meteor Garden, Boy Before Flower, dan terakhir Descendant of the Sand, drama Korea ini, memang sangat menyedot perhatian remaja. Karena isi ceritanya sangat menarik, sehingga menyedot antusias remaja. Bertabur bintang yang good looking.
Namun jangan lupa di balik Drama yang menawarkan keindahan hidup, ada agenda merusak yang ingin di sebarkan oleh para kaum industri kapitalis tersebut, yang tentu saja didukung oleh para pemilik modal.
Apa saja hal yang merusak tersebut? Para Industri kreatif di dukung pemilik modal yang memiliki kepentingan untuk merusak generasi remaja lewat 4F yaitu (Film, Fashion, Food, and Fun) dan hal ini terbukti berhasil. Remaja yang seharusnya memiliki visi tentang masa depan terutama menjadi agent of change peradaban islam, sibuk di lenakan oleh sesuatu hal yang nggak penting.
Padahal hidup ini tak seindah drama korea. Dan kita meski faham ada sisi kelam dari kehidupan para artis Korea, selama mereka menjalani perannya menjadi sang bintang.
Hal ini membuktikan dengan banyaknya para artis Korea yang meninggal dengan cara bunuh diri, padahal mereka sedang berada di puncak karirnya. Bahagia yang mereka cari ternyata semu. Kepopulerannya mengantarkan mereka ke dalam kegelisahan yang tak berujung. Puncak popularitas ternyata bukan kebahagiaan yang selama ini mereka cari.
Menjadi budak industri, mengalami pelecehan seksual, kerja keras yang tidak kenal waktu ternyata dibayar dengan harga yang murah. Operasi plastik menjadi hal wajib yang harus dilakukan ketika ingin jadi bintang, meski pada awalnya itu bisa jadi bukan keinginan.
Diet yang super ketat sehingga harus mengecek badan secara rutin. Para fans dan anti fans yang gila, bahkan terkadang meneror kematian mereka. Berbagai tekanan ini menjadi pemicu stress sehingga menjadi jalan untuk mengakhiri hidupnya.
Bagaimana Hukumnya Menonton Drama Korea?
Islam memandang hukum menonton TV adalah mubah alias boleh. Walaupun ada sebagian kalangan yang mengharamkan. Hanya saja perlu diperhatikan apa yang kita tonton dan dengar, dan kapan kita menonton atau mendengarkannya?
Banyak budaya dalam film Korea yang bertentangan dengan agama kita, seperti bergaul dengan lawan jenis super bebas bahkan bisa mengarah ke perzinahan, minum keras adalah unsur budaya yang selalu nongol dalam adegan film yang menjadi kebiasaan ketika tokoh film memiliki masalah, dan melampiaskannya dengan minum soju.
Dan kebiasaan mereka dalam sudut pandang seorang muslim adalah sebuah budaya yang sangat merusak. Dan mereka akan menjadikan cinta pada lawan jenis adalah sesuatu yang harus perjuangkan tak peduli harus melawan orang tua. Dan banyak dari para tokoh film tersebut dalam kehidupan nyata adalah penganut paham LGBT
Gaya hidup Korea tidak lain adalah produk hegemoni Barat
Dr Adian Husaini, peneliti pemikiran dari INSIST, mengatakan, maraknya idolasisasi terhadap hiburan impor (dalam hal ini Korea), merupakan sebuah bukti bahwa betapa kuat arus globalisasi dalam bidang hiburan, yang mana globalisasi mengarah pada “imperialisme Budaya” Barat terhadap budaya lain.
Inilah yang kemudian disebut dengan hegemoni Barat. Hegemoni adalah mengendalikan negara bawahannya melalui imperialisme budaya, misalnya bahasa (lingua franca penguasa) dan birokrasi (sosial, ekonomi, pendidikan, pemerintahan), untuk memformalkan dominasinya. Hal ini membuat kekuasaan tidak bergantung pada seseorang, melainkan pada aturan tindakan.
Demam Korea adalah bahaya yang mengincar pada akidah umat islam. Sebab budaya K-POP sangat bertentangan dengan budaya Indonesia yang beragama Islam dan sangat menjunjung tinggi adat ketimuran.
Korean style sebagai produk globalisasi dalam bidang Fun atau hiburan, telah mengikis akhlak umat Islam.
Kehidupan hedonis ala musik K-Pop, akan mengantarkan penikmatnya pada kehidupan materialistis, sebagaimana yang disuguhkan dalam alur cerita K-Drama yang menawarkan mimpi semu, serta pakaian yang mengumbar aurat, menggeser pola pikir para pemujanya. Hal itu kemudian menjadi gelombang trend besar-besaran seluruh masyarakat.
Kita lihat remaja muslim saat ini, dari penampilan sampai mindset, pelan tapi pasti telah berubah ala Korean style. Seolah tersihir dengan performance artis Korea, setiap hal baru yang datang dari mereka dianggap positif dan selalu di update. Bahkan Minuman Wine (bir) beras khas Korea yang jelas-jelas haram, dikatakan baik dan menyehatkan meski agak memabukkan.
Jika dikaji dalam perspektif hukum Islam, gelombang Korean Style tidak saja bisa mengikis akhlak umat Islam, tapi juga akan mendekonstruksi keimanan.
Hal ini disebabkan karena adanya tasyabbuh (meniru-niru) dengan menjadikannya sebagai artis idola, padahal semua tindak-tanduk, kepribadian dan perilaku sehari-harinya menyebabkan seorang muslim menjadi munafik atau keluar dari akhlak Islam.
Maka sudah seharusnya sebagai generasi muda muslim, menjadikan Rasulullah sebagai teladan hidup, yang jelas akan mengantarkan kita pada keimanan. Dan selalu merasa bangga menjadi generasi muda muslim, dengan terus berusaha mengkaji islam agar menjadi generasi mustanir, yang suatu saat bisa mengubah peradaban rusak menjadi peradaban islam yang gemilang. []