Oleh: Restu Febriani
Mediaoposisi.com- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengapresiasi pencapaian Kementerian Keuangan dengan penerimaan negara mencapai 100 persen atau sebesar Rp 1.894,7 triliun.
"Pada tahun ini untuk pertama kalinya Kementerian Keuangan tidak mengundang-undangkan APBN Perubahan dan tahun 2018 ditutup dengan penerimaan negara sebesar 100 persen, belanja negara mencapai 97 persen dan defisit atau primary balance di bawah 2 persen sejak 2012," ujar Sri Mulyani dalam keterangan tertulis, seperti dikutip dari laman Kementerian Keuangan, Senin (31/12/2018).
Menurut analys ekonom Gede Sandra menjelaskan bahwa keberhasilan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam merealisasikan penerimaan negara di 2018 dianggap semu karena bukan murni dari kinerja pemerintah. Realisasi penerimaan negara tahun 2018 berhasil tembus 102,5% atau setara Rp 1.942,3 triliun dari target Rp 1.894,7 triliun. Namun, hal itu karena fenomena naiknya harga minyak dunia, bukan faktor kunci kinerja pemerintah yang berasal dari pajak.
"Jadi, tercapainya target 100% penerimaan negara dan berkurangnya defisit ternyata bukan berasal dari perbaikan kinerja. Indikator kunci (key indicator) dari kinerja Menteri Keuangan sebenarnya adalah rasio penerimaan pajak," kata analys ekonom Gede Sandra dalam keterangannya seperti dikutip, Jakarta, Kamis (3/1/2019).
Faktanya, Rakyat (khususnya yang awam) memang terus dibodohi dengan angka-angka yang tidak ada hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan hidup mereka. Pemerintah kerap kali merasa sudah berprestasi dalam meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat, padahal secara nyata rakyat masih sangat menderita.
Konsep ekonomi kapitalisme memang hanya mengukur kesejahteraan dari angka-angka. Faktanya, yang diuntungkan bukan rakyat, tapi para kapitalis. Ungkapan-ungkapan prestasi tersebut secara nyata hanyalah untuk menutupi kebobrokan sistem kapitalis sekuler ini. Karena Negara memang berkewajiban untuk mengurus, melayani, dan mensejahterakan rakyat.
Meskipun secara faktanya sangat tidak terasa di sistem kapitalis sekuler saat ini. Rakyat masih sangat menderita dengan berbagai kebijakan pemerintah, yang berdalih untuk kepentingan rakayat. Padahal faktanya, kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah tersebut hanyalah untuk kepentingan dirinya, kelomponya, dan para kapitalis saja.
Torehan Prestasi Kepemimpinan Islam
Maka hanya sistem islamlah mampu menjamin kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Sepanjang dunia dalam kendali peradaban Islam, maka dunia diwarnai dengan torehan prestasi mengagumkan. Keadilan dan kesejahteraan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan, dan tentu yang terpenting tatanan masyarakat yang bertauhid dan beradab terealiasasi sebagai pencapaian gemilang peradaban Islam.
Islam menetapkan, bahwa adanya pemimpin untuk mengurus urusan orang yang dipimpinnya /rakyat (ri’ayyah syuunil ummah). Maka, pemerintahan dan kekuasaan tidak identik dengan power (quwwah). Juga tidak boleh bergeser dari misinya untuk mengurus dan melayani rakyat, Mensejahterakan kehidupan rakyat.
Jelas sudah bahwa hanya sistem Islamlah yang terbaik dalam mengurusi urusan rakyat. Kegemilangan ini bukan muncul karena kebetulan atau isapan jempol belaka apalagi hanya retorika semata. Namun itu salah satu hikmah dan rahmat yang Allah jaminkan ketika setiap aturan diterapkan secara utuh tanpa memilah-milih. Sebagaimana ada kaidah yang mengatakan bahwa setiap ada syariah, maka pasti akan ada maslahat. Itulah kemudian yang menjadikan Khilafah Islamiyyah secara imani dan alami akan memberikan keterjaminan berkah dan maslahat bagi kehidupan manusia, dan termasuk di dalamnya kesejahteraan.
Sebagaimana firman Allah SWT:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَاتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ وَلٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)
Kapitalis sekuler adalah sistem yang gagal (failed system); gagal sedari konsep awalnya, gagal dalam proses penerapannya, dan gagal dalam mencapai tujuannya yang utopis. Sungguh Tidak layak umat Islam sebagai khayru ummah masih menerapkan sistem batil ini yang tidak mampu mensejahterakan ummat. Maka dari itu, tinggalkanlah sistem ini, sudah saatnya ummat kembali pada Islam! Dengan Syariah dan Khilafahnya !
Karena sejatinya yang kita butuhkan adalah bangkitnya kembali Khilafah Rasyidah yang mampu menyelesaikan semua permasalahan ummat dan mensejahterakan ummat. Yang mampu menerapkan semua sistem Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan.
Tanpa khilafah, niscaya banyak sekali hukum syariah yang tidak diterapkan dalam kehidupan, sebagaimana saat ini. Karena itu kita semua harus berjuang menegakkan syariah dan khilafah. Karena hanya dengan tegaknya khilafah, ketaatan pada syariah secara kaffah dapat diwujudkan, dan Islam Rahmatan Lil’Allamiin dapat dirasakan semua ummat.[MO/sr]