Oleh : Yudhi Sasono
Mediaoposisi.com-Pemerintah China telah melakukan langkah-langkah sistematis dalam genosida di wilayah Xinjiang. Etnis muslim Uyghur yang merupakan suku utama pemeluk islam minoritas di Republik Rakyat China telah mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi, dalam langkah yang mereka sebut "re-education".
Muslim Uyghur mendapatkan banyak pelanggaran hak dalam beragama dan hak dalam menjalankan keyakinan mereka.Penyiksaan dan pemaksaan doktrin komunis terus dilakulan dengan sangat sistematis dan terstruktur, kamp-kamp terus dibangun demi menampung lebih banyak orang untuk masuk dalam kebijakan "re-education".
Diperkirakan sekarang ada sekitar 10 juta jiwa etnis Uyghur yang berdomisili di Xinjiang. Angka itu sangat jauh menurun bila dibandingkan dengan data statistik kependudukan di tahun 1936 yang memperkirakan jumlah warga muslim lebih dari 48 juta jiwa.
Berbagai berita tentang ragam bentuk intimidasi, doktrin, penyiksaan, serta perlakuan yang diluar akal sehat kita dapati bertebaran di dunia maya. Sumber yang kita peroleh sebagian besar dari media-media internasional adalah gambaran bagaimana buruknya perlakuan minoritas muslim Uyghur. Bisa jadi keadaan sebenarnya bahkan lebih buruk.
Sampai kapan Uyghur menjerit?. Permasalahan Uyghur tidak bisa kita potret dalam sekup kebijakan nasional pemerintahan China. Maka, justru salah besar jika ada tokoh-tokoh nasional yang mengatakan bahwa masalah Uyghur adalah masalah internal China.
Kebijakan China dalam usahanya menindas dan menyiksa minoritas Uyghur harus dilihat dalam sekup internasional dimana Indonesia dalam teks Pembukaan Undang-Undang 1945 telah disebutkan "Ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan dan perdamaian abadi dan keadilan sosial."
Maka wajib bagi pemerintah indonesia melakukan langkah-langkah strategis dan tindakan-tindakan taktis demi untuk ikut melaksakan amanat pembukaan UUD 1945 tersebut. Bahkan lebih daripada itu, Etnis Uyghur adalah etnis muslim.
Maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak ikut campur, Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia, bagaimana mungkin kita akan diam sementara saudara-saudara muslim kita sedang ditindas, dibantai, dilecehkan, dan dimusnahkan secara masif oleh pemerintah China.
Namun fakta yang kita dapati sungguh mengecewakan , tidak ada suara lantang dari pemerintah indonesia untuk ikut turut aktif dalam menyelesaikan masalah Uyghur. Presiden Jokowi tidak bersuara . Wakil Presiden Jusuf Kalla mengangggap Indonesia tak dapat ikut campur dalam permasalahan ini karena itu merupakan masalah dalam degeri China.
Maka patut kita pertanyakan mengapa pemerintah bungkam terkait hal ini, padahal sudah jelas didepan mata mereka kekejaman rezim komunis China kepada etnis muslim Uyghur.Pernyataan oleh prof Din Syamsudin beberapa waktu lalu bisa jadi mengkonfirmasi hal tersebut.
“Jika tidak bersikap dan berdalih itu masalah internal China, maka betapa lemahnya pemerintah indonesia , Jangan karena investasi, kita jadi bungkam. Jangan karena takut, lidah kita kelu”
Senada dengan Pof Din Syamsudin, Teuku Rezasyah dari Unpad menganggap indonesia tak dapat berbuat banyak karena masih bergantung pada China.
“Ketergantungan ekonomi yang tinggi atas China di bidang perdagangan dan investasi, dalam konteks bilateral dan CAFTA, memaksa RI berpikir amat panjang dan mendalam sebelum membuat sebuah kebijakan atas praktik pelanggaran HAM yang terjadi di Xinjiang ”
Secara geopolitik dan ekonomi, Indonesia tidak akan bisa bersuara lantang tentang penyiksaan etnis Uyghur. Investasi RRC telah membuat lidah pemerintah kelu. Inilah bahayanya jika pemerintah indonesia membiarkan investasi asing secara leluasa masuk ke indonesia.Negeri kita menjadi negeri yang lemah dimata internasional.
Melihat fakta yang miris, dimana ketika kaum muslimin di siksa, kita hanya bisa mengutuk, mengirim bantuan kemanusiaan, dan doa terbaik untuk saudara-saudara kita di Uyghur. Semua itu baik dan insyaallah bernilai kebaikan di sisi Allah SWT.
Namun apakah penderitaan itu akan usai?
Sungguh penderitaan yang dialami saudara-saudara muslim kita di Uyghur tidak akan usai kecuali dengan persatuan kaum muslimin dan mengirim pasukan-pasukan mereka membebaskan etnis Uyghur.
Ukhuwah sebagai seorang muslim, adalah konsekuensi keimanan. Rasulullah bersabda :
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi seumpama satu tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim)
Ukhuwah Islamiyah dapat menyatukan seluruh kaum muslimin di seluruh dunia yang saat ini terkerat-kerat dalam batas Negara Bangsa,masing-masing penguasa mereka membiarkan pasukan-pasukan mereka tetap duduk diam di barak-barak mereka,tanpa bergeming sedikitpun untuk membebaskan saudara muslim mereka yang tertindas. Bahkan Allah juga berfirman :
Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib memberikan pertolongan (TQS. Al Anfal : 72)
Maka wajib bagi kaum muslimin, meninggalkan sekat-sekat negara bangsa yang mencerai-beraikan persatuan mereka, sehingga mereka tidak bisa menolong saudara mereka, karena pemimpin-pemimpin mereka tidak memberikan loyalitas nya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pemimpin-pemimpin itu telah mengabaikan urusan umat,dan sudah sepatutnya umat mengabaikan mereka. Umat wajib berjuang dan bersatu dalam satu naungan yang berlandaskan Tauhid. Dan persatuan itu dapat diwujudkan dengan menegakkan Khilafah Ala Minhajin nubuwwah.
Khalifah akan memobi-lisasi Jihad Akbar kepada seluruh kaum muslimin untuk membebaskan Uyghur, dan tidak hanya itu. Khalifah juga akan membebaskan saudara muslim kita di Al Quds yang sudah lama dijajah oleh yahudi, Rohingya yang dibantai oleh rezim Myanmar dan negeri-negeri muslim yang lain.
Amirul Jihad akan berdiri di garda terdepan dalam memimpin ekspedisi pembebasan itu,hingga kaum muslimin di dunia bebas dari kesengsaraan dan penindasan.
Tanpa Khilafah Islam yang mempersatukan kaum muslim, penderitaan dan kesengsaraan ini tidak akan pernah usai,karena kita hanya banyak dalam hal jumlah,tapi jumlah yang banyak itu seperti buih dilautan tanpa adanya persatuan yang didasari dengan keimanan.
Rasulullah bersabda :
“... Bahkan kalian waktu itu banyak sekali,tetapi kamu seperti buih diatas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn. Seseorang bertanya,”Apakah wahn itu?”
Beliau menjawab “Cinta dunia dan Takut Mati” ” (HR.Ahmad, Al.Baihaqi, Abu Dawud).
Maka sampai kapan Uyghur menjerit? adalah sampai persatuan itu belum nyata ditubuh kaum muslimin, Uyghur akan terus menjerit,dan rezim komunis China tidak akan bergeming. Maka dari itu tidak ada jalan lain selain kita berjuang bersama menegakkan Ukhuwah Islam dibawah Naungan Khilafah Ala Minhajin nubuwwah.
Saat itulah Jihad Akbar akan bisa dilakukan untuk menghentikan jeritan kaum muslim Uyghur dan seluruh kaum muslimin di dunia. [MO/ge]