Abu Inas
(Pengasuh Tabayyun Center)
Banyak orang yang menyangka bahwa penyebab kematian itu bermacam-macam. Kadang-kadang suatu kematian didahului oleh suatu penyakit yang mematikan seperti AIDS, leuchemia, penyakit sampar atau kerana tertusuk pisau, tertembak, terbakar api, terpenggal kepalanya, serangan jantung (stroke) dan sebagainya. Mereka mengatakan bahwa semua itu adalah sebab-sebab yang secara langsung menyebabkan datangnya kematian. Artinya, kematian itu datang kerana sebab-sebab tersebut. Berdasarkan kenyataan seperti itu terkenal di kalangan mereka sebuah pepatah: “Banyak sebab untuk mati tapi hasilnya satu, yaitu mati”.
Pada hakekatnya kematian dan sebab kematian adalah satu, yaitu sampainya ajal, tidak ada sebab yang lainnya. Bebagai contoh di atas yang seringkali terjadi dan dapat menghantarkan kepada kematian hanya merupakan suatu kondisi yang menghantarkan kepada kematian, dan bukan sebab-sebab kematian itu sendiri.
Sebagaimana diketahui, suatu sebab akan menghasilkan musabab atau akibat secara pasti; dan satu musabab tidak akan terjadi melainkan dengan hanya satu sebab bagi musabab sendiri. Berlainan dengan keadaan/kondisi, ia merupakan suatu kondisi yang berkaitan dengan hal ikhwal tertentu (pembunuhan, hukuman mati, penyakit yang mematikan dan sebagainya) yang dapat menghasilkan sesuatu berdasarkan kebiasaan. Tetapi keadaan/kondisi kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan atau bahkan tidak menghasilkan sesuatu apapun. Kadang-kadang ditemukan adanya keadaan (yang mematikan) tetapi kematian tidak terjadi, dan terkadang ditemukan kematian tanpa didahului oleh suatu keadaanpun.
Memang banyak hal/kasus yang dapat menghantarkan kepada kematian. Tetapi hubungan keduanya itu tidak bisa dijadikan sebagai postulat kausalitas, kerana kadang-kadang ‘kasus/peristiwa’ berbahaya itu terjadi tetapi tidak mengakibatkan kematian. Dan sebaliknya, kematian bisa datang tanpa didahului oleh suatu peristiwa/kasus semacam itu. Sebagai contoh orang yang tertusuk pisau dan menderita luka parah sehingga –menurut analisa medis– seharusnya ia mati, tetapi ternyata ia tidak mati, bahkan kemudian sembuh dan sehat wal afiat. Begitu juga kadang-kadang terjadi kematian tanpa sebab yang jelas, yaitu di luar perhitungan medis, seperti serangan jantung yang membawa kematian seseorang secara mendadak.
Oleh kerana itu, seorang muslim wajib beriman berdasarkan akal dan syara’ bahwa apa yang disangkanya sebagai sebab kematian hanya merupakan “keadaan” bukan berupa sebab, dan bahwa sebab itu suatu hal yang berbeda. Juga syara’ telah menetapkan melalui dalil yang qath’i bahwasanya kematian itu berada di tangan Allah. Dan Allah SWT adalah Dzat yang berhak mematikan dan sebab kematian adalah datangnya ajal. Apabila ajal datang, maka kematian tidak dapat diundurkan ataupun dimajukan walaupun sedetik, dan manusia tidak akan mampu menghindarinya atau lari dari kematian secara mutlak. Dan mati pasti akan menjemputnya.
Adapun yang diperintahkan kepada manusia adalah agar bersikap waspada dan menjauhkan dirinya dari “keadaan/kondisi” yang biasanya dapat menghantarkan pada kematian, yaitu dengan cara menjauhkan/ menghindari dari suatu keadaan/kondisi yang biasanya mengakibatkan kematian. Adapun mati maka manusia tidak perlu takut atau lari dari kematian. Sebab tidak mungkin ia mampu menghindarinya secara mutlak.
Walhasil, ajal datang tanpa pemberitahuan. Oleh karena itu saudaraku, jangan terjang perkara-perkara haram dan dosa. Sesungguhnya perkara haram akan membawa kepada keharaman lainnya. Perbuatan dosa akan menarik kepada dosa selanjutnya. Jangan sengaja menyimpang, sesungguhnya sebab tersesatnya Bani Israil karena kesengajaan mereka menyimpang dari aturan Allah SWT.
Teruslah istiqamah dan teguh di atas ajaran Islam, di mana saja dan kapan saja. Sesungguhnya kita tidak tahu kapan malaikat maut datang menjemput kita, karenanya berhati-hatilah jangan sampai dia datang sementara kita dalam keadaan bermaksiat.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita di atas jalan-Nya yang lurus. Menunjukkan kebenaran sebagai kebenaran dan menganugrahkan kekuatan kepada kita untuk mengikutinya. Dan semoga Dia menunjukkan bahwa kebatilan adalah kebatilan dan menguatkan kita untuk menjauhinya. Teruslah berharap dan bergantung kepada Allah, jangan pernah putus dan menjauh dari-Nya.
“Ya Allah, Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”[]
from Pojok Aktivis