Oleh: Rusmilawati
Mediaoposisi.com-Berkali-kali simbol-simbol agama Islam dihinakan. Tidak hanya terjadi di luar negeri yang jelas-jelas sekuler, namun sangat disayangkan hal serupa juga terjadi di negeri ini yang merupakan negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia.
Pembakaran bendera tauhid yang baru-baru ini terjadi di Garut pada peringatan Hari Santri yang dilakukan oleh oknum Muslim telah menyulut pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Pihak ormas pembakar bendera yang didukung oleh pemerintah telah membuat opini bahwa bendera itu adalah milik ormas terlarang di tanah air, HTI.
Sontak saja memancing emosi kaum Muslimin yang telah paham bahwa bendera tauhid itu adalah milik kaum Muslimin sedunia bukan milik ormas HTI. Aksi besar-besaran pun digelar sebagai bukti kecintaan dan pembelaan umat terhadap simbol-simbol Islam yang telah dihinakan.
Peristiwa Garut dan beberapa peristiwa serupa di daerah atau negeri lain telah menjadi bukti bahwa ada ketakutan (islamophobia) yang begitu mendalam terhadap kebangkitan Islam pada masyarakat sekuler khususnya sebagian Muslim sekuler.
Orang-orang sekuler sejak zaman perang salib hingga hari ini masih dijangkiti penyakit islamophobia. Dengan paham HAM mereka sengaja menghina Islam, karena bagian dari kebebasan berperilaku. Namun, jika ada yang mengaku Muslim tapi “alergi” dengan simbol-simbol Islam, maka wajar kita pertanyakan pemahaman keislaman mereka.
Islam adalah agama yang diturunkan Sang Khalik untuk dijadikan petunjuk (way of life) bagi seluruh umat manusia.
Islam bukan sekadar agama yang hanya mengatur urusan ibadah antara hamba dan tuhannya, namun kesempurnaan Islam mencakup aturan bagi hubungan sesama manusia dan hubungan manusia terhadap dirinya sendiri.
Syariat atau perangkat aturan yang paripurna ini meniscayakan bahwa Islam adalah sebuah ideologi. Sosialis dan Kapitalis adalah ideologi lain di luar Islam.
Ideologi manapun menuntut penerapan dalam kehidupan manusia yang akan selalu diperjuangkan oleh para penganutnya.
Terlepas dari sahih atau tidaknya ideologi itu, sejarah telah menorehkan bukti penerapannya. Sosialis pernah berjaya meski tidak sampai satu abad, begitupun kapitalis yang saat ini masih merajai dunia selama 4 abad.
Sementara Islam juga pernah menjadi penebar kebaikan dan keharmonisan di bumi selama 14 abad, sebelum diruntuhkan oleh tangan-tangan busuk kolonial pada tahun 1924.
Opini yang berkembang saat ini bahwa semangat untuk menghidupkan dan menerapkan hukum Allah SWT dalam kehidupan, bertentangan bahkan dianggap ancaman oleh pemerintah sebagai asumsi yang dibangun berdasarkan spirit islamophobia yang bertentangan dengan fakta.
Carut-marutnya kondisi Indonesia dan dunia saat ini dikarenakan penerapan ideologi kapitalis neoliberal yang serakah dan merusak. Jadi jangan salahkan Islam sebab Islam saat ini hanya hukum/syariat sebatas ibadah individual yang tampak bukan Islam sebagai ideologi. Ketakutan akan bangkitnya Islam sebagai ideologi hanya terjadi pada orang-orang sekuler yang tidak beriman kepada Allah SWT
Setiap Muslim seharusnya yakin bahwa syariat Islam membawa kebaikan bagi kehidupan manusia. Bukan sebaliknya merasa “alergi” dengan Islam ideologi seperti propaganda yang dibuat ISIS (bonekanya Amerika). ISIS dibuat sebagai salah satu upaya perang pemikiran Barat terhadap Islam. Barat yang sekuler membuat makar dan tipu daya menyesatkan manusia khususnya kaum Muslimin agar mereka menjauh dari Islam ideologi. Namun makar Allah SWT adalah sebaik-baiknya makar yang selalu menggagalkan makar-makar Barat sekuler.
Masihkah kita sebagai Muslim yang mengakui kitab Al-Qur’an sebagai pedoman hidup percaya dengan ayat ini, “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (TQS Ali Imran: 54)? Jika tidak yakin dengan ayat tersebut maka segeralah bertobat sebelum terlambat. [MO/an].