Oleh: Mulyaningsih, S.Pt
Mediaoposisi.com- Tak terasa, sudah sepekan lamanya pelaksanaan “Haul Guru” dilaksanakan. Sungguh luar biasa, jumlah jamaah yang hadir pada haul kali ini melebii dari tahun-tahun sebelumnya. Dilansir dari media lokal Kalsel, jemaah yang hadir mencapai 1,3 juta orang. Angka yang tidak sedikit.
Ditambah lagi, pada haul sekarang orang nomor satu di negeri ini hadir di tengah-tengah jamaah. Bersama-sama melaksanakan hajatan tahunan yang kudu bin wajib dilaksanakan. Lantas kadang kita bertnya-tanya mengapa orang nomor satu tersebut datang diacara kedaerahan? Padaha ditahun-tahun sebelumnya beliau absen.
Jamaah tidak memperdulikan lagi apakah sebenarnya ada muatan politik atau tidak? Mau melanggengkan pada putaran kedua atau tidak? Yang pasti para jamaah tersebut tumpah ruah di wilayah Sekumpul bertujuan ingin menghormati tuan guru mereka dan ingin mendapat barokah dari acara tersebut.
Dari sini dapat kita lihat bahwa begitu antusiasnya para jamaah yang pernah mengkaji Islam dengan Sang Ulama. Mereka rela mencurahkan segalanya, termasuk dana yang tak sedikit guna mengikuti hajatan besar ini. Rasa cinta yang begitu dalam terhadap sosok Guru Sekumpul sungguh mewarnai mereka. Hormat dan patuh juga pastilah tercermin dari aktivitas mereka.
Sungguh fenomena yang sangat luar biasa, menghormati ulama, mematuhinya serta menjadikan nya panutan dalam kehidupan begitulah adanya. Lain halnya sekarang, para ulama diperlakukan bak pencuri yang kedapatan membawa barang milik orang lain. Terjadi tindak kekerasan pada para ulama, yaitu penyerangan yang terjadi di beberapa wilayah negeri ini.
Banyak ulama yang diserang oleh seseoarng yang terlihat gila. Tak hanya di pulau jawa, adegan itu merambah ke wilayah banua juga. Tak hanya satu dua atau tiga kasus. Melainkan belasan kasus yang terjadi. Ini adalah salah satu fakta yang membuktikan bahwa ulama sekarang dari segi keamanannya tidak dijaga.
Sebagai contoh adalah kasus penyerangan terhadap ulama yang pertama terjadi di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Pimpinan Pesantren Al Hidayah yaitu KH. Umar Basri menjadi korban penganiayaan. Kejadiannya terjadi setelah sholat Subuh di masjid pada sabtu (27/1).
Kemudian Polisi menangkap pelaku penganiayaan tersebut. Dari hasil penyelidikan tampak bahwa pelaku adalah orang yang lemah ingatan. Kemudian kasus yang lain adalah dua pengasuh pondok pesantren Al Falah, Ploso, Kediri yaitu KH. Zainuddin Jazuli dan KH. Nurul Huda Jazuli. Beliau berdua disatroni oleh orang yang tidak dikenal. Orang tersebut membawa pisau sambil berteriak-teriak (Jawa Pos, 20/2).
Sungguh sangat jauh berbeda, saat dahulu ulama begitu dihormati, disanjung, dijaga dan dijadikan contoh. Namun yang terjadi zaman now adalah ulama di aniaya dan tidak mendapat perlindungan.
Pandangan Islam
Islam adalah agama yang sempurna, mengatur semua yang dibutuhkan oleh manusia. Pengaturannya tak hanya masalah ibadah saja, tetapi seluruh sektor kehidupan manusia. Baik ekonomi, perdagangan, politik, sosial, kebudayaan dan yang lainnya Islam lengkap mengaturnya. Seperti istilah bahwa islam mengatur mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Begitu halnya dengan ulama, dalam islam ulama sangat penting keberadaannya.
Kedudukannya amat penting bagi manusia. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Sungguh perumpamaan para ulama di bumi seperti bintang-bintang di langit yang dengan cahayanya menerangi kegelapan di darat dan di laut "(HR Ahmad).
Dari hadist diatas didapatkan bahwa betapa pentingnya peran para ulama. Peran penting keberadaan ulama yang pertama adalah mereka ibarat bintang yang mampu menerangi di saat gelapnya malam baik di darat dan laut.
Ditangan mereka pondasi keimanan dan kekuatan umat akan terbentuk. Ditambah juga dapat memusnahkan pemikiran sesat dan keraguan dalam hati serta jiwa manusia.
Yang kedua adalah bahwa ulama merupakan pewaris para Nabi. Darinya kita bisa belajar serta menimba ilmu.
Keberadaan ulama ini adalah satu nikmat yang Allah berikan dan wajib di syukuri atasnya. Sabda Nabi SAW:
“Sungguh ulama itu adalah pewaris para nabi" (HR Abbu Dawud dan Baihaqi). Begitu pentingnya keberadaan ulama, samapi-sampai pelabelannya padanya adalah pewaris Nabi. Tentunya ada ketentuan-ketentuan, ulama yang seperti apa dapat dikatakan sebagai pewaris Nabi.
Ulama yang dikatakan sebagai pewaris Nabi adalah jika segala aktivitasnya membela dan menjaga Islam. Aktivitas itu berupa menyeru kepada penguasa agar tidak melakukan kedzoliman terhadap rakyatnya dan menerapkan Islam dalam kehidupan serta memperbaiki kekeliruan yang ada di masyarakat. Ditambah dengan akhlak yang sesuai dengan Nabi. Tercermin pula lewat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga melihat begitu pentingnya peran para ulama ini, maka penguasa wajib untuk menjaga ulama. Termasuk menjaga keamanannya. Penguasa serta umat tidak boleh berdiam diri apabila ada kejadian yang menimpa pada para ulama.
Peristiwa yang terjadi sekarang mengisyaratkan adalah ujian bagi para ulama. Akan tetapi negara tak begitu saja menganggap peristiwa tersebut hanya penyeranagn belaka, kasus kriminal biasa. Karena kasus tersebut tidak hanya terjadi di pulau Jawa, tetapi sudah merambah ke pulau lain ditambah lagi tak hanya satu atau dua kasus melainkan belasan kasus. Ini yang tampak dipermukaan (tersiar dimedia).
Oleh sebab itu, sebenarnya bukan kasus penyerangan biasa. Sehingga negara berkewajiban mengusut tuntas kasus yang ada sekarang ditambah juga perlu adanya penjagaan yang mumpuni terhadap para ulama.
Lewat tangan negaralah keamanan bisa diciptakan. Tentunya hanya dengan penerapan sistem Islam secara sempurna yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada, temasuk didalamnya menjaga keamanan para ulama. Dengan begitu insya Allah kelanggsungan ulama akan terjaga dan penerang itu tetap masih bersinar.[MO/sr]