-->

Buang Beras Bukti Sistem Tak Cerdas

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen
Oleh: Deasy Yuliandasari,SE
(Member Akademi Menulis Kreatif)
Mediaoposisi.com-Mubazir adalah kata yang pantas diucapkan setelah melihat tag line berita tentang pemusnahan beras bulog sebesar 20.000 ton. Seperti yang dilansir oleh tirto.id, 20.000 ton beras bulog akan dimusnahkan karena mengalami penurunan mutu.

Nilai disposal stock ini tidak main-main mencapai Rp. 160 Milyar. Beras ini mengalami penurunan mutu karena sudah melebihi waktu simpan diatas 4 bulan. Lebih parahnya lagi untuk memusnahkan beras tidak layak pakai ini pemerintah masih harus mengeluarkan anggaran dan anggaran itu sampai sekarang masih belum ada.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadi penumpukan beras sehingga mengalami penurunan mutu dan terpaksa harus dimusnahkan.

Menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance Rusli Abdullah, nilai disposal yang tinggi dipengaruhi oleh pengadaan beras yang berlebiham dari pemerintah. Pemerintah menaikkan jumlah impor beras di tahun 2018 menjadi 2,25 juta ton dari sebelumnya tahun 2017 yang hanya 1,28 juta ton.

Peneliti cum Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santoso menduga ada masalah dalam pengelolaan cadangan beras pemerintah. Jika penyalurannya berjalan dengan baik maka nilai disposal akan bisa ditekan.

Faktor lainnya juga diduga karena perubahan mekanisme dari beras rastra ke Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dimana masyarakat bisa memilih sendiri beras yang ingin dibeli dengan uang pemerintah.

Beberapa faktor diatas yang menyebabkan pemusnahan beras bulog dengan nilai yang besar merupakan kegagalan pemerintah dalam mengelola kebutuhan beras dan pangan masyarakat. Dilain sisi kebutuhan masyakat akan beras masih sangat tinggi.

Pemerintah belum bisa memberikan solusi tuntas untuk mensejahterakan rakyatnya dalam bidang kebutuhan mendasar berupa kebutuhan pangan. Sistem kapitalis yang sedang dipakai sekarang memang akan lebih menguntungkan pemilik modal dibandingkan masyarakat itu sendiri.

Berbeda dengan sistem islam yang menjadikan Al-Qur’an sumber hukum dalam pengaturan semua aspek kehidupan, salah satunya pemenuhan pangan. Islam sebagai sebuah aturan yang mampu memecahkan semua persoalan manusia dalam segala aspek kehidupan.[MO/dp]


Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close