Oleh: Ernadaa Rasyidah
(Penulis Bela Islam)
Mediaoposisi.com-Belakangan ini, kita menyaksikan fenomena memprihatinkan, yakni maraknya islamophobia di negeri dengan penduduk muslim terbesar dunia.
Tidak lama berselang setelah aksi siswa MAN 1 Sukabumi yang mengibarkan bendera tauhid untuk mempromosikan kegiatan ekstrakurikuler sekolah mendapat tindakan investigasi, dan kini terjadi lagi.
Adalah Enzo Zenz Allie, remaja 18 tahun, blasteran Prancis dengan segudang prestasi, berhasil menembus tes seleksi calon taruna Akademi Militer (Akmil).
Sosok Enzo, yang juga menguasai 4 bahasa asing yakni Inggris, Prancis, Italy dan Arab mendadak hangat dibicarakan, berawal dari video percakapan dengan Jendral TNI Marsekal Hadji Tjahjanto dalam bahasa Perancis menjadi viral. Namun, pujian dan rasa bangga pada Enzo berubah menjadi cacian dan hinaan, hanya karena foto dirinya sedang membawa bendera tauhid di salah satu akun medsosnya.
Terkait itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, ikut angkat bicara.
Menanggapi hal itu, Menhan mengatakan, TNI harus mengidentifikasi lebih dalam sosok Enzo. Bila foto itu ada kaitannya dengan khilafah, Ryamizard meminta Enzo diberhentikan.
"Kalau benar saya suruh berhentiin. Makanya dicek dulu, kalau dia benar-benar khilafah, ya enggak ada urusan (berhentikan)," kata Ryamizard di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (7/8).
Ryamizard mengatakan, pemberhentian itu juga berlaku untuk anggota TNI lain yang juga terindikasi terpapar paham radikal atau khilafah. Bila perlu, TNI terus menelusuri apakah masih ada anggotanya yang terpapar paham radikal dan khilafah.
"Enggak ada urusan. Saya cari-cari dari Sabang sampai Merauke, mau cari itu ada di depan mata saya. Copot saja," ujar dia. (kumparan.com 7/8/19)
Banyak pihak menyayangkan statemen menhan tersebut, yang dinilai sebagai tindakan gegabah dan sarat dengan nada kebencian terhadap simbol Islam dan ajarannya.
Publik ikut bertanya-tanya, benarlah kalimat tauhid begitu berbahaya sehingga harus berujung dengan tindak kriminalisasi?, sementara di sisi lain bendera dan simbol-simbol kaum pelangi LGBT yang dijajakan kaum liberalis, juga simbol-simbol neo komunis yang nyata sebagai paham yang bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945 justru tidak disikapi.
Virus Islamophobia, adalah wacana yang dibangun Barat sebagai bagian dari proyek ambisius proxy war dengan target monsterisasi terhadap Islam, tampaknya bukan hanya berlaku di dunia barat, namun sudah menjalar ke negeri-negeri Islam.
Bahkan Islamophobia bukan hanya dilakukan oleh individu, tapi sudah menyentuh level negara berupa penistaan, permusuhan, kebencian terhadap simbol dan ajaran Islam.
Islamophobia, lahir dari rahim sekularisme yang memisahkan peran agama dalam kehidupan. Menempatkan agama hanya pada wilayah privat manusia, yang disadari atau tidak, dari sinilah bermula cikal bakal segala kerusakan kehidupan.
Islam dikerdilkan hanya sebagai agama ritual semata yang tidak memiliki taji membawa pada perubahan mendasar. Bahkan dijadikan sebagai monster yang menakutkan sehingga layak untuk dijauhi, ditakuti dan dimusuhi.
HAM yang menjadi senjata barat, begitu hipokrit dalam pelaksanaanya. Kebebasan beragama, hanya menjadi bualan tanpa realisasi jika itu menyangkut Islam dan ajarannya. Namun disisi lain, menjadi tameng yang melindungi legalisasi segala bentuk penistaan agama dan penyimpangan sosial semisal LGBT.
Seperti halnya isu terorisme dan radikalisme, isu Islamophobia tidak lebih sebagai senjata penjajah untuk mencegah kebangkitan ideologi Islam. Dengan cara yang sangat halus, melalui agen kaki tangan mereka yang ada di negeri-negeri Islam, melalui kekuasaan rezim yang mereka bisa kangkangi, dan juga media-media mainstream pro penguasa.
Karena dengan cara seperti itulah, ideologi Kapitalis-sekuler bisa menjaga dan mempertahankan cengkraman hegemoninya terhadap negeri-negeri Islam.
Islam Kaffah Solusi Paripurna
Islam adalah pandangan hidup yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan secara detail. Baik terhadap hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya, hubungan manusia dengan dirinya, juga aspek yang lebih luas hubungan manusia dengan sesamanya.
Mengenai hal ini Allah SWT dalam firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian " (TQS al-Baqarah [2]: 208).
Ini adalah perintah dari Allah kepada semua mukmin untuk mengambil dan mengamalkan ajaran Islam dan syariahnya secara menyeluruh, termasuk mengagung kan syiar-syiarnya.
Totalitas ketaatan yang hanya bisa diwujudkan dengan penerapan Islam baik secara menyeluruh, baik fiqrah dan thariqahnya, yakni menerapkan Islam sebagai sebuah ideologi, yang dengannya Islam mampu membawa perubahan mendasar dari masyarakat jahiliyah menuju masyarakat Islami.
Telah terbukti, sejak Rasulullah mendirikan negara Islam pertama kali di Madinah hingga kekhilafaan Turki Utsmani yang diruntuhkan pada 3 Maret 1924, peradaban Islam di puncak kegemilangan selama lebih kurang 14 abad lamanya, dalam sebuah bentuk sistem pemerintahan Islam yang khas yakni Khilafah.
Khilafah adalah sebuah negara yang memiliki kedaulatan tinggi, sehingga tidak mudah didikte asing dan aseng. Dijalankan oleh orang-orang shalih yang mengikuti petunjuk al-Qur'an dan as-Sunnah. Didukung oleh media yang di bawah kontrol khilafah, sehingga tidak akan ditemukan konten sekuler pro penjajah.
Islamophobia, harus dilawan dengan dakwah sebagai bentuk cinta. Menyadarkan umat pentingnya penerapan Islam dan Khilafah sebagai Institusi penerapannya.
Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu laksana perisai, dimana orang-orang akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)Nya.
(HR. Bukhari Muslim).
Wallahu 'alam bi shawwab. [MO/sg]