Oleh: Shita Ummu Bisyarah
Mediaoposisi.com-Pesta demokrasi 5 tahunan tinggal menghitung hari, atmosfir perpolitikan yang semakin memanas menghiasi dunia nyata dan maya, bercuit tiada henti sepanjang hari. Tak kalah para Buzzer penyebar fitnah dan hoaks berperang setiap detik saling menyerang dan menjatuhkan kubu lawan. Pemaparan visi misi dan debat capres pun telah disaksikan khalayak seantero Indonesia, menyisakan debat cawapres 17 Maret nanti.
Setiap paslon mulai menyederhanakan visi mereka. Prabowo-Sandi dengan semboyan “Indonesia Menang” dan Jokowi-Ma’ruf Amin dengan “Indonsia Maju”. Pasangan Prabowo Sandi menitik beratkan Indonesia harus menang menjadi negara yang mandiri tanpa penjajahan, sedangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf mengedepankan optimisme melanjutkan program – program pemerintahan Jokowi-JK yang menurutnya berhasil.
Tak dipungkiri visi misi ke-2 calon memang sangat “waw” dan sangat meyakinkan masyarakat Indonesia untuk memilih mereka. Hal ini tidak hanya terjadi pada pemaparan visi pemilu kali ini saja, namun juga pemilu – pemilu sebelumnya. Para calon presiden sungguh sangat trengginas dan lugas menyampaikan visi misi mereka. Namun pada faktanya setelah terpilih dan beberapa tahun memimpin visi hanyalah menjadi visi, sekumpulan fiksi yang tak berarti dan diingkari. Memang bukan semata salah sang Presiden, namun memang pada faktanya mereka harus melayani “tuan” mereka. Jika tidak, ditendang saja.
Kita lihat saja track record pemimpin kita sebelumnya. Indonesia sudah 7 kali ganti presiden. Berbagai macam tipe presidenpun telah memimpin Indonsia, mulai dari seorang negarawan yang cerdas dan berwibawa Pak Sukarno, petinggi militer Pak Soeharto, ilmuan cerdas yang visioner Pak Habibie, ulama yang disegani rakyat Gus Dur, perempuan pertama yang memimpin Indonesia Bu Mega, jendral dengan sejuta pesona Pak SBY bahkan rakyat biasa yang rendah hati seperti Pak Jokowi, namun tetap saja wajah Indonesia tak berubah bahkan cenderung memburuk.
Konsisi rakyat tak kunjung sejahtera, penjajah semakin kuat menancapkan cakarnya di negeri ini melalui neo-imperialisme dan neo-liberalisme, harga bahan pokok semakin melambung tinggi, dan masih banyak lagi musibah – musibah yang dari tahun ke tahun semakin memperburuk wajah negeri.
Apakah visi mereka jelek? Tidak sama sekali! Bahkan bisa dibilang cita – cita mereka sangat visioner. Lalu apa yang salah sehingga berbagai macam orang gagal menjadikan bangsa ini mandiri, maju dan terbebas dari penjajah?
Apabila orang – orang pilihan tersebut tak mampu berarti memang ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan mereka yang mengendalikan mereka. Lihat saja mereka tidak bisa membuat kebijakan yang pro rakyat walaupun mereka orang nomor 1 di Indonesia, lihat saja bagaimana Proyek pesawat pak Habibie terbengkalai walau beliau pemegang kekuasaan di negrinya, lihat saja bagaimana kita tak bisa melepas Free port, tambang emas terbesar yang merupakan milik kita padahal mereka sebenarnya bisa. Lihat juga bagaimana merka menjual asset – asset negara dan menumpuk hutang. Untuk siapa? Apakah untuk rakyat? Bukan!
Tak lain adalah sistem ini, Demokrasi Kapitalisme yang meniscayakan penjajah langgeng menancapkan kukunya di negeri ini. Mengeruk habis permukaan dan perut bumi ibu prtiwi. Lihat saja condong kebijakan -kebijakan mereka, condong kepada para kapitalis. Lihat saja bagaimana hukum mental terhadap para kapitalis, lihat saja berapa banyak revisi UU yang pro terhadap para kapitalis. Bukan rahasia lagi.
Maka jelas jika sistem warisan penjajah ini tetap dilanggengkan, bisa dipastikan Indonesia tidak akan maju bahkan menang entah siapapun pemimpinnya. Maka sudah saatnya bangsa ini kembali kepada jati dirinya yakni sebagai umat islam. Karena hanya dengan system yang dibuat oleh Allah sang pencipta manusia saja Indonesia bisa Maju dan Menang. Hal ini telah terbukti bagaimana saat kaum muslim menggunakan system islam selama 14 abad sehingga menjadi mercusuar peradaban. Islam merupakan modal besar menuju Indonesia Berkah, setuju???
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ ۚ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ الْقَيِّمِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ ۖ يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”.Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah." (Ar Rum:41-43)[MO/sr]