Oleh: Isromiyah, SH, Pemerhati Generasi
Mediaoposisi.com- Indonesia diprediksi akan mendapat anugerah bonus demografi selama rentang waktu 2020-2035. Puncaknya akan terjadi pada 2030. Pada saat itu, jumlah kelompok usia produktif (umur 15-64 tahun) jauh melebihi kelompok usia tidak produktif (anak-anak usia 14 tahun ke bawah dan orang tua berusia 65 ke atas)(KumparanNews,15/11/17).
Deputi Lalitbang BKKBN Pusat, Muhammad Rizal Martua Damanik mengatakan, Indonesia telah memasuki fenomena kependudukan yang disebut bonus demografi. Di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari pada usia non-produktif. “Diprediksi pada 2020-2030, 100 orang produktif menanggung 44 orang non-produktif,” tuturnya(Prokal.co,13/12/18).
Ia menjelaskan, bonus demografi apabila dimanfaatkan secara optimal dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan bangsa. Namun, jika tidak mampu memanfaatkannya dengan meningkatkan kualitas masyarakat, bonus demografi bisa menjadi bencana kependudukan yang membawa berbagai dampak terhadap kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Saat ini dari sisi kuantitas usia produktif sudah baik.
Namun, yang kurang dari sisi kualitas. Dulu tantangan tidak terlalu berat. Saat ini, dengan kemajuan teknologi dan masyarakat ekonomi ASEAN, tantangan sudah ada di depan mata. “Kalau usia produktif ini gagal berkompetisi, siap-siap jadi penonton,” ujarnya.
Menurut Endang Srihadi, Peneliti Bidang Sosial The Indonesian Institute, untuk meraih keuntungan bonus demografi, ada empat prasyarat yang harus dipenuhi. Pertama, penduduk usia muda yang meledak jumlahnya itu harus mempunyai pekerjaan produktif dan bisa menabung. Kedua, tabungan rumah tangga dapat diinvestasikan untuk menciptakan lapangan kerja produktif. Ketiga, ada investasi untuk meningkatkan modal manusia agar dapat memanfaatkan momentum jendela peluang yang akan datang. Keempat, menciptakan lingkungan yang memungkinkan perempuan masuk pasar kerja(lailagizi-fkm.web.unair.ac.id,10/12/12).
Untuk memanfaatkan peluang ini, Pemerintah dengan sistem demokrasi kapitalis telah menetapkan konsep ‘cantik’ yang akan mengintegrasikan 3 elemen utama, yaitu (1) mengembangkan potensi ekonomi; (2) memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global; (3) memperkuat kemampuan sumber daya manusia (SDM) dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.
Selain itu Pemerintah juga telah menetapkan strategi “Full Participation” dalam rangka meningkatkan produktivitas penduduk usia produktif. Maka yang paling berperan besar dalam mengendalikan negeri ini pada puncak demografi adalah anak-anak yang saat ini masih berusia belasan tahun. Apakah mereka sudah dipersiapkan untuk menjadi generasi hebat selama 15 tahun kedepan dalam memanfaatkan celah kesempatan dari bonus demografi? Hingga saat ini belum ada urgensi untuk mempersiapkan manusia-manusia hebat guna menghadapi tantangan ”tahun-tahun emas”. Tony Wagner (2008) mengidentifikasi ada tujuh skills yang menjadi penentu kesuksesan anak pada abad 21. Tujuh skills tersebut adalah:
1. Criticalthinking& problemsolving
2. Collaboration across networks & leading by influence
3. Agility & adaptability
4. Initiative& entrepreneurialism
5. Effective oral & written communication
6. Accessing& analyzinginformation
7. Curiosity & imagination .
99,9% lebih sekolah-sekolah tidak mengenalnya dan sibuk mengajarkan anak didik menghafal dan menyelesaikan soal-soal ujian. Dengan sistem pendidikan berbasis industrial, sekolah-sekolah justru secara sistematis membonsai kekritisan berpikir, kreativitas, dan daya cipta(KoranSindo,5/11/17). Akhirnya sistem ini menciptakan sosok-sosok pembebek yang defisit daya imajinasi, daya kreasi, dan passion untuk mengubah dunia.
Dalam Islam, potensi para pemuda senantiasa disentuh Islam yang kemudian membentuk kepribadian Islam dalam diri mereka dan menjadikan orientasi hidupnya hanya untuk meraih ridlo Allah SWT. Hal ini akan mampu menggerakkan mereka untuk memimpin perubahan di tengah-tengah masyarakat. Dengan dorongan akidah, generasi muslim akan senantiasa mengoptimalkan segenap kemampuan dan potensinya untuk dapat mewujudkan kebangkitan.
Kebangkitan suatu bangsa akan terwujud bila negara mengemban ideologi yang benar yang mampu mengantarkan generasi emasnya menuju kebangkitan. Dengan ideologi Islam negara akan senantiasa memanfaatkan segenap potensi yang ada (baik potensi individu, masyarakat, maupun negara). Potensi ini akan dijalankan sesuai dengan perintah dan larangan Allah. Jadi, keuntungan yang ingin diraih hanyalah ridlo Allah semata, bukan materi. Kebangkitan hakiki akan teraih, yang akan membawa kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.[MOsr]