-->

Isu Terorisme Akhir Tahun, Narasi Masa Lalu yang Tidak Laku

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen
Ilustrasi: www.bbc.com
Oleh : Ifa Mufida


Mediaoposisi.com-Sampai saat ini, publik terus dihembuskan sebuah pemahaman bahwa segala tindak terorisme itu berasal dari Islam. Penyesatan opini ini terus digelontorkan oleh rezim kapitalisme dunia, pun juga oleh rezim pemerintahan Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim. Penyesatan opini tersebut menimbulkan adanya islamphobia di kalangan masyarakat terhadap Islam itu sendiri.
Menjelang perayaan natal dan tahun baru, isu ketakutan akan teror yang "disematkan" kepada Islam kembali dimunculkan. Seolah mereka bisa memprediksi jika momen Natal dan tahun baru, yang bukan merupakan momen Islam, aksi teror bisa kembali terjadi. Momen tersebut menjadi langkah preventif bagi beberapa pihak, terutama kepolisian.
Sebagai contoh, menjelang perayaan Natal dan tahun baru, Polda Riau menyiagakan 940 personel untuk pengamanan. Langkah ini dilakukan melalui Operasi Lilin Muara Takus 2018 yang berlangsung selama 10 hari, sejak 23 Desember hingga 1 Januari mendatang.
Tidak hanya di Riau, Balikpapan pun berlaku demikian. Sebanyak 141 lokasi peribadatan umat Kristiani di Balikpapan dipastikan mendapat jaminan keamanan dari kepolisian. Hal itu diungkapkan Kapolres Balikpapan AKBP Wiwin Fitra, Selasa (18/12/2018). Adanya ormas dan masyarakat Muslim yang ikut membantu pengamanan sejumlah gereja di Balikpapan, ikut direspon oleh Kapolda Kaltim Irjen Pol Priyo Widyanto.
Adanya pengamanan ketat menjelang akhir tahun bukan tanpa sebab. Ini dinilai sebagai pengamanan terhadap aksi terorisme. Polisi mulai mengawasi 'sel tidur' jaringan terorisme yang dianggap berpotensi menimbulkan serangan jelang penutupan tahun 2018. Kerja sama dengan sejumlah aparat penegak hukum digalang untuk mencegah potensi penyerangan (cnn.indonesia).
Lebih dari itu, tim detasemen khusus 88/ anti-teror polri menangkap sebanyak 21 orang terduga teroris jelang hari raya natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Meskipun kepolisian belum menemukan indikasi serangan teror di dua perayaan itu. Hal itu ditegaskan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian di Markas Besar (Mabes) Polri, Jakarta Selatan, Rabu (19/12). Menurutnya, Densus 88 belum menemukan indikasi rencana serangan 21 terduga teroris ini saat Natal dan Tahun Baru (cnn.indonesia).
Tentu menjadi pertanyaan bersama mengapa narasi terorisme kembali dimunculkan? di tengah-tengah kondisi musibah yang silih berganti. Di saat, perpolitikan sedang panas karena kebijakan Freeport dan kampanye presiden. Pun juga, sebelumnya umat Islam telah suskes melaksanakan reuni 212 dengan penuh damai, bahkan mendapat apresiasi dari masyarakat umum.
Akan tetapi tetap saja isu teror ini dimunculkan untuk meneror umat Islam. Ini adalah upaya keji dengan mengaitkan Islam yang rahmatan lil'alamin sebagai agama yang jadi sumber tindak pelaku terorisme. Sungguh ini sangat mengebiri Islam dan umat Islam, astaghfirullah.
Memang, sejak Amerika mencetuskan War on Terorism (WoT) pada tahun 2001, sejak itulah narasi terorisme terus digencarkan. Indonesia yang merupakan bagian dari negara yang berserikat dalam PBB, dipaksa untuk tunduk dan patuh pada kebijakan negara adidaya. Dalam lawatan Presiden Jokowi ke 4 negara Eropa, 19-23 April 2016, salah satu agenda kerjasama penting yang diemban presiden adalah membangun kerjasama counter terrorism atau kerjasama menangkal terorisme. Negara yang masuk dalam daftar agenda kerjasama counter terrorism adalah Inggris dan Belanda.
Jauh sebelumnya, Lembaga Pendidikan Polri dengan Dewan Eksekutif Akademi  Kepolisisan Belanda telah menandatangani LoA (Letter of Acceptance) kerja sama pelatihan kepolisian pada tanggal 14 Desember 2012 (presidenri.go.id ).
Proyek WoT sejatinya adalah proyek barat untuk 'menyerang' umat Islam secara pemikiran yang berujung pada fisik. Upaya stigmatisasi negatif terus digencar untuk mencitrakan bahwa Islam identik dengan kekerasan. Padahal, itu sebuah "hoax" terbesar yang didesain negara adidaya dan diaruskan di negeri-negeri muslim.
Terlebih betapa mirisnya rezim saat ini sangat 'patuh' terhadap segala propaganda yang diaruskan oleh negara adidaya, dan menjadi 'ekor' dari mereka. Mereka menjadi perpanjangan lisan-lisan dusta dan segala ide yang diemban oleh kafir barat. Salah satu produk yang sudah ditelorkan oleh rezim ini adalah UU Terorisme yang sangat mengkebiri dakwah Islam.
Padahal Islam adalah Rahmat bagi seluruh alam. Islam akan memberikan kesejahteraan bukan hanya untuk kaum muslim, tetapi juga untuk kaum non-muslim. Sebagaimana firman Allah SWT, “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107). Demikianlah, Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia.
Namun, orang-orang kafir ternyata tidak pernah mau menerima kebenaran yang dibawa oleh Islam. Hal ini secara fitrah ditegaskan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 120, Allah berfirman: "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu."
Sebagai umat Islam, seharusnya menyadari betapa kafir barat terus melakukan beragam proyek secara masif dalam menjauhkan umat saat ini dari Islam politik. Terlebih, mereka sudah jauh hari-hari telah memprediksi gejolak kebangkitan umat Islam saat ini. Sebagaimana lembaga think tank Amerika National Intelligence Council’s (NIC) yang telah merilis sebuah laporan berjudul “Mapping the Global Future”.
Salah satu poin penting dalam laporan itu adalah gambaran tentang nasib umat Islam di masa mendatang. Diprediksikan bahwa pada tahun 2020 akan berdiri kembali “A New Chaliphate” -khilafah Islam- yang ditakutkan AS. Mereka saja sudah meramalkan tentang persatuan umat Islam sedunia berdasarkan data-data akurat mereka, lalu bagaimana sikap umat muslim sendiri? Tidak sepatutnyalah, kaum muslimin ketika diserang dengan isu terorisme justru merasa kecil hati dengan Islam.
Mereka merasa tidak percaya diri dengan keislamannya. Namun sebaliknya kaum muslimin harus semakin serius mempelajari Islam dan mengamalkannya sepenuh hati. Hal inilah yang akan menepis serangan demi serangan terorisme terhadap Islam. Dan suatu saat nanti umat Islam pasti akan dimenangkan oleh Allah SWT, insya Allah.


* Praktisi Kesehatan dan Pemerhati Masalah Umat


Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close