Oleh : Yuli Mariyam
Mediaoposisi.com- Ditebang dan dipilih begitulah ungkapan yang cocok saat melihat perpolitikan di Indonesia. Siapa saja yang tak senada dengan rezim akan terkena imbasnya. Tak terelakkan pada Said Didu yang terkenal sangat kritis akan kebijakan - kebijakan yang di ambil pemerintah menyangkut persoalan Freeport, perusahaan tambang milik Amerika yang berada di Papua.
Seperti yang dilansir dari TRIBUN-MEDAN.com. Said Didu mengungkapkan alasan kenapa dirinya dipecat dari Komisaris PT Bukit Asam (PTBA).Sesuai keputusan RUPSLB PTBA hari ini saya diberhentikan sebagai Komisaris PTBA dengan alasan saya sudah tidak sejalan dengan pemegang saham Dwi Warna (Menteri BUMN), kata dia di akun @saididu, Jumat (28/12/2018).
Sementara itu di Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono merespons cuitan mantan Komisaris PT Bukit Asam Tbk (Persero) Said Didu soal penjualan saham Freeport. Diketahui, pemerintah melalui PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) akhirnya membeli saham Freeport senilai Rp56 triliun untuk 51,23 persen pada pekan lalu.
SBY pun menyatakan bahwa cuitan Said Didu di tweetnya utuh dan mendidik. Alasannya sangat jelas - bukan karena kinerja - tapi karena tidak sejalan dengan Menteri. Artinya jika mau jadi pejabat BUMN sekarang harus siap jadi penjilat ? Saya tidak punya bakat jadi penjilat, tulis Said Didu, dikutip oleh CNN Indinesia , Jumat (28/12).
Bukankah negara ini negara demokrasi yang di dalamnya ada musyawarah dan toleransi ? Namun semua itu hanya tinggal slogan semata karena pada kenyataannya siapapun ia ketika tak menguntungkan rezim maka pemecatan bahkan persekusilah yang berlaku. Seakan siapapun di haramkan untuk mengkritik pemerintah. Miris!
Pandangan Islam dalam menerima kritikan warga negaranya.
Pada dasarnya, kritikan adalah bentuk nasehat kebaikan untuk semua. Dalam islam, agama merupakan nasehat. Jadi, ketika seseorang melakukan kritikan atau menasehati para penguasa sejatinya ia telah beramar ma'ruf untuk menyelamatkan negeri agar tak jatuh pada jurang kehancuran.
Maka, sebagai penguasa yang amanah terbesarnya adalah riayah suunil ummah ( menyelesaikan
persoalan ummat ) harusnya legowo dan membuka diri atas segala kritikan atau setidaknya menampung saran yang di berikan sebagai acuan untuk mengambil keputusan.
Terakhir. Sungguh dalam hal ini, Said Didu adalah orang yang siap menerima resiko apapun termasuk
pemecatan dari jabatannya sebagai komisaris PT. Bukit Asam. Sedang rezim menjadi pihak yang semakin jelas kedzalimannya. Wallahu A'lam bi asshowab. (MO/ra)