Oleh; Siti Rahmah
Mediaoposisi.com- Sontak booming, pernyataan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menyebut ramalan Indonesia bubar di tahun 2030. Apa yang di nyatakan oleh Ketua Umum Gerindra tersebut tentu menuai pro kontra, ada yang menyikapinya fositif tapi tidak sedikit yang nyinyir dengan pernyataan tersebut.
Apalagi ketika di sampaikan apa yang melatar belakangi pernyataan Mantan Panglima Kostrad tersebut tentang ramalannya bahwa indonesia akan bubar di tahun 2030 yaitu kutipan dari sebuah karya fiksi ilmiah novel fiksi Ghost Fleet: a Novel of The Next World War, karya pengamat militer Petter W. Singer dan August Cole sebagai dasar ramalannya.
Ghost Feelt merupakan karya fiksi Ilmiah yang mengulas isu perang masa depan, termasuk isu perang Dunia III. Telaahan dalam novel tersebut di susun melalui hasil pengamatan dinamika politik, persaingan tekhnologi, termasuk isu spionase diantara ketiga negara:
Amerika Serikat, China dan Rusia. Sang penulis tidak lagi menyebut perang sebagai perebutan wilayah ataupun sumber daya alam, sebagai mana terjadi pada pertempuran - pertempuran besar sebelumnya.
Singer, di lansir dari San Diego Union Tribune menyebut, "Perang akan berubah menjadi perebutan pengaruh yang melemahkan siapapun yang tidak sigap memantaunya". Jakarta, Liputan6.com. Benarkah negeri kita sedemikian genting dan terancam bubar sperti yang di katakan oleh Prabowo?
Kajian Kritis
Apa yang di sampaikan seorang pemimpin partai politik tentu bukan sekedar ungkapan yang tidak memiliki landasan dan tujuan. Sehingga wajar adanya ketika pro kontra pun terjadi dalam merespon ucapannya tersebut, seakan akan ungkapan tersebut sebagai test cash untuk mengetahui arus suara masyarakat sebagai bahan kajian demi di tindak lanjuti untuk persiapan menjelang pemilu 2019. Dan ternyata benar adanya munculah komentar - komentar dari para tokoh terkait ramalan Prabowo tersebut.
Seperti ungkapan Ketua Pusat Study dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Muradi, yang memiliki pendapat berbeda dengan Prabowo. Muradi menyebut, "kegagalan Uni Soviet dan Yugoslovakia karena adanya sebab ancaman dari luar. Kalau yang mengancam (Indonesia) dari luar, siapa? ga ada kan?" kata Muradi kepada Liputan6.com, Jumat (23/3/2018).
Nada optimispun di sampaikan oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Sirodj dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir yang menepis ramalan bubarnya Indonesia di tahun 2030.
Berbeda dengan pendapat tokoh - tokoh diatas, Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengajak semua pihak merenungkan pernyataan Ketua Umum Partai Gerinda Indonesia tentang Indonesia Bubar tahun 2030. " soal ancaman Indonesia bubar 2030 bahkan bisa lebih cepat tapi ada apabinya" kata Gatot saat berkunjung ke redaksi CNN Indonesia. Kamis, 22/3.
Hal senada di sampaikan Wakil Ketua DPR Fadhli Zon yang mengungkapkan "apa yang di sampaikan Prabowo intinya mengingatkan masyarakat agar tidak lengah lantaran semua itu bisa saja terjadi". TribunNews.com
Begitupun dengan pernyataan Calon Presiden dari PKS Anis Matta menilai bahwa "polemik novel "Ghost Feelt" positif dan menjadi alarm bagi Indonesia. Yang lebih penting apa yang harus kita lakukan mulai dari sekarang? jika keadaan berjalan linear, dan kita tidak melakukan apa - apa, maka kita akan menjadi pelanduk yang terinjak - injak diantara dua gajah yang bertarung", ujar anis Matta, Tribunnews.com Minggu 23/3/2030.
Indonesia hari ini
Apa sebenarnya yang terjadi dengan Indonesia saat ini, sehingga ramalan Ketua Umum Gerindra tentang bubarnya Indonesia tahun 2030 di respon begitu besar. Bahkan sebagian tokoh dengan latar belakang berbeda menganggap lamaran tersebut sebagai sinyalemen, alarm dan peringatan penting yang harus di waspadai dari sekarang, sedemikian terpuruknyakah tanah air kita?
Walaupun ada sebagian tokoh yang menepis ramalan tersebut hanya saja kekuatan data sepertinya melemahkan keoptimisan tersebut jika layak di sebut optimis, mungkin lebih tepatnya menutup mata dari realita yang terjadi. Karena faktanya hari ini banyak permasalahan yang di hadapi Indonesia tanpa ada kepastian penyelesaiannya.
Misal dari sisi penegakan hukum sudah menjadi rahasia umum lemahnya penegakan hukum di Indonesia, banyak kasus hukum yang menjerat aparatur negara tapi penanganan yang begitu lamban sedangkan ketika menyangkut rakyat jelata hukum begitu sigap dan tegas. atau ketikadilan yang mnjerat kaum muslimin dan ormas Islam dengan penanganan yang begitu serius tapi begitu lemah ketika di hadapkan dengan orang atau ormas pro pemerintah.
Belum lagi masalah ekonomi saat ini hutang Indonesia sudah mencapai lebih dari 4000 triliyun sehingga menjadi pemicu lesunya perekonomian dan merebaknya kesenjangan. Dari sisi kehidupan sosial sudah tidak di hitung lagi kasus - kasus sosial yang menimpa masyarakat yang tak kunjung usai. Kriminalisasi, kebobrokan moral pelajar, pembunuhan, perampokan, pemerkosaan seolah - olah menjadi bom waktu yang begitu menakutkan.
Disisi lain nya kekayaan alam Indonesia (SDA) yang di miliki Indonesia sudah di kuasai asing dan aseng bahkan penguasaan yang tidak hanya dari sektor hullu saja tapi sampai sektor hilir bahkan sampai yang terkecil asing sudah berperan sampai - sampai di tahun 2018 Presiden Jokowi meminta perizinan WNA di permudah.
Di sisi lain kualitas SDM yang begitu lemah di gempur dengan persaingan WNA yang membanjiri Indonesia menambah ruyam kemelut permaslahan yang hadapi. Melihat kenyataan seperti ini yakin Indonesia masih baik - baik aja?
Solusi Tuntas
Apa yang terjadi dengan Indonesia memang begitu mengenaskan jika kita sebagai kaum muslim dan generasi anak negeri tidak segera mengambil peran dan misi penyelamatan. Berbagai masalah yang di hadapi jika tidak segera di selesaikan bukan tidak mungkin jika nantinya akan menghantarkan Indonesia ke jurang kehancuran.
Hanya saja penyelesaian yang harus di lakukan tentu bukan sekedar penyelesaian yang parsial, bukan hanya sekedar bongkar pasang pemimpin dan rezim yang berkuasa. Tapi penyelesaian yang harus di lakukan adalah penyelesaian yang fundamental penyelesaian yang menyeluruh, perubahan sisitem yang di terapkan.
Apalagi jika mengutip pernyata calon Presden dari PKS yang menggambarkan Indonesia di kangkangi dua gajah besar(negara adidaya) yang sedang bertarung maka dimana posisi Indonesia?
Sesungguhnya Indonesia bisa menjadi Gajah besar itu dan mampu melawan kekuatan negara - negara adidaya, seandainya Indonesia terbuka menerima kekuatan besar yang sudah bergejelok di tengah - tengah masyarakatnya, kekuatan besar itu adalah Idiologi Islam yang sudah banyak di sadari dan di perjuangkan oleh rakyat Indonesia.
Ketika Indonesia memberikan ruang untuk Idiologi ini berperan dalam menyelasaikan permasalahan dan melakukan perubahan maka bubarnya Indonesia hanya akan jadi sebuah fiksi belaka. Karena Islam akan menyelamatkan Indonesia bahkan akan mengambil peran dalam pertempuran memperebutkan pengaruh dunia dan dengan penerapan idiologi Islam Indonesia akan memenangkan pertempuran tersebut dan lahirlah menjadi negara adidaya di dunia, InsyaAllah. [MO/sr]