Oleh :Tri Wahyuningsih
"Pegiat Media Dan Anggota Muslimah Jambi Menulis"
Mediaoposisi.com-Berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta kini berlomba memperkenalkan pendidikan kewirausahaan di kampusnya. Mereka, ramai-ramai menyemaikan nilai entrepreneurship di kampus. Perguruan tinggi sadar untuk mencetak lulusan berjiwa entrepreneur handal yang pada akhirnya meningkatkan ekonomi bangsa. "Sudah saatnya kampus dijadikan basis produksi entrepreneur! " Seperti itulah kira-kira slogan semangat yang diteriakkan petinggi kampus. Perguruan tinggi yang awalnya berfungsi sebagai tempat menimba ilmu, memperdalam pengetahuan dari pendidikan sebelumnya kini telah berubah menjadi tempat mencetak benih-benih pengusaha yang outputnya ekonomi dan uang.
Tak hanya perguruan tinggi unggulan dan besar yang menjadi sasaran program enterpreneur ini, perguruan tinggi di daerah pun telah masuk dalam list perubahan fungsi lembaga pendidikan menjadi lembaga pencetak enterpreneur. Sebagaimana di kutip dari halaman resmi UIN STS Jambi, "Mahasiswa FTK UIN STS Jambi tidak hanya menguasai ilmu dibidangnya saja, tetapi juga harus mampu membaca peluang bisnis. Hendaknya mahasiswa berjiwa entrepreneur, agar keberhasilan dapat diraih dengan seimbang, tidak hanya dunia kampus tetapi juga bidang bisnis” kata Rektor UIN Riau dalam kuliah umum (8/9/18).
Wacana pencarian bakat enterpreneur dari dunia kampus bukan hanya lewat seminar-seminar atau kuliah umum, tapi juga dengan ajang penghargaan (awards) bagi entrepreneur. Perguruan tinggi swasta di Jambi yakni Universitas Batanghari terpilih menjadi tuan rumah "Entrepreneurship Award III Tahun 2019", setelah sebelumnya perdana dilaksanakan langsung oleh L2DIKTI Wilayah X di Padang - Sumbar, dan pada Tahun 2018 ini berlangsung di Pekanbaru - Riau oleh Universitas Islam Riau. Kegiatan yang secara komitmen berkala digelar setiap tahun dalam lingkup L2DIKTI Wilayah X bertujuan untuk menumbuhkan, mendukung, dan mengembangkan lebih banyak pengusaha muda, khususnya dari kalangan Mahasiswa.
Dunia kampus yang seharusnya menjadi tempat mahasiswa menjalankan tiga fungsi utamanya yakni Agent of change, social control dan iron stock kini hilang tergantikan dengan tempat penyemaian benih pengusaha-pengusaha muda, yang berujung dengan materi dan materi. Idealisme mahasiswa telah hilang seiring berubahnya peran perguruan tinggi.
Konsep Triple Helix
Program penyemaian benih-benih enterpreneur di dunia kampus ini sejalan dengan program pemerintah yakni revolusi industri 4.0 yang kini telah dan sedang berjalan. Menteri perindustrian mengajak perguruan tinggi di Indonesia agar berperan strategis dalam memasuki era perubahan pada revolusi industri 4.0. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, langkah kolaboratif triple helix antara pemerintah dengan pelaku industri dan akademisi ini dinilai penting untuk mewujudkan ekosistem yang mendukung penerapan ekonomi digital.
"Industri 4.0 merupakan perjalanan di bidang inovasi dan teknologi. Namun, khusus di Indonesia, yang juga kita pacu adalah empowering human talents. Jadi, kuncinya ada tiga, sumber daya manusia, teknologi, dan inovasi," kata Airlangga di Jakarta, Sabtu (28/7/2018).
Konsep triple Helix ini sendiri adalah upaya mengsinergikan antara kampus dan pemerintah untuk kemajuan industri dalam skala nasional maupun internasional. Di negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman, China dan lainnya konsep ini telah lama diterapkan dan berhasil menjadikan mereka negara yang sukses dalam bidang industri serta pengembangan sains dan teknologi. Dan hari ini, Indonesia mencoba menerapkan konsep triple Helix untuk kemajuan bangsa dengan menerapakan kurikulum berbasis ekonomi (knowledge economic based) sejak sekolah menengah hingga perguruan tinggi.
Program pendidikan ini kemudian menuntut peserta didik belajar dan berfikir menghasilkan uang dalam waktu bersamaan. Dalam prakteknya siswa ataupun mahasiswa akan diminta membuka peluang usaha dengan membuat produk-produk yang bisa menghasilkan uang. Jadi, mindset yang terbentuk dalam benak dan jiwa peserta didik hanya uang dan uang. Miris.
Siasat Triple Helix Ala Kapitalisme
Enterpreneur dalam dunia kampus memang sejalan dengan asas dasar sistem kehidupan yang diterapkan hari ini, yakni Kapitalisme. Dimana ideologi atau sistem kehidupan ini memang berputar tentang materi dan materi, keuntungan dan keuntungan. Apapun yang dilakukan manusia haruslah menghasilkan materi, tujuan hidup manusia ya materi bukan yang lain. Sebab, manusia akan dinilai sukses ketika mampu menghasilkan uang yang banyak dan berlimpah. Pemisahan agama dari kehidupan yang kemudian tak lagi menjadikan manusia berlomba-lomba dalam mencari Ridho Allah tapi berlomba-lomba dalam mencari harta. Inilah asas Kapitalisme.
Maka wajar, jika seluruh program pemerintah untuk dunia pendidikan khususnya kampus semuanya berorientasikan materi. Mulai dari program saham, revolusi industri 4.0, dan yang terakhir Knowledge Based Economic (KBE) semuanya berujung menjadikan mahasiswa berdaya menghasilkan uang, menjadi pengusaha dengan dalih "kemajuan ekonomi bangsa".
Akhirnya, mahasiswa lupa akan tugas utamanya. Lupa dan abai akan kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat, tutup mata akan jeritan masyarakat. Tak ada lagi mahasiswa yang turun ke jalan menyuarakan perubahan revolusioner, yang ada hanyalah mahasiswa turun karena dorongan nasi bungkus atau uang lima puluh ribu. Miris sekali rasanya, jati diri mahasiwa sebagai Agent of change hilang tergantikan dengan Agent of business.
PengelolaanPengelolaan Sumber Daya Manusia menurut Islam
Dalam Islam pengelolaan sumber daya manusia mengacu pada apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW didasarkan pada konsep Islam mengenai manusia itu sendiri. Konsep Pertama: Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan. Oleh karena itu segala kegiatan manusia harus merupakan bentuk ibadah, ibadah dalam arti luas, tidak hanya ibadah yang bersifat ritual.Setiap kegiatan manusia bisa bernilai ibadah jika diniatkan untuk mencari ke-ridho-an Tuhan. Bermasyarakat yang baik adalah ibadah, bekerja dengan giat merupakan ibadah, bahkan tidur pun bisa bernilai ibadah. Konsep kedua: Manusia adalah khalifatullah fil ardhli – wakil Allah di bumi, yang bertugas memakmurkan bumi.
Konsekuensi dari kedua konsep ini adalah segala kegiatan manusia akan dinilai dan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.Dengan konsep tersebut Islam memandang bahwa mengatur dan mengelola masalah manusia bukan masalah yang sepele. Islam mengusahakan sumber daya manusia untuk ikut memakmurkan bumi dalam lingkup pengabdian kepada Tuhan dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi yang telah dianugerahkan oleh Tuhan.
Dalam Islam, sumber daya manusia dimanfaatkan sebaik mungkin tanpa menghilangkan Fitrahnya sebagai Makhluk yang harus beribadah kepada sang pencipta. Justru sebaliknya, Islam akan memberdayakan potensi manusia dengan baik dan sempurna serta menjadikan segala hal yang dilakukan manusia bernilai ibadah, berbuah pahala di hadapan Allah. Islam juga menjadikan manusia berjalan diatas fitrah nya sebagai makhluk yang sempurna, yang Allah berikan akal serta tanggung jawab memimpin bumi ini.
Maka pemberdayaan potensi manusia apalagi generasi muda hanya akan sempurna bila Islam diterapkan secara kaffah. Sebagaimana dulu Rasulullah berhasil membina para sahabat, menjadikan mereka tak hanya terkenal di dunia tapi juga akhirat. Dan juga seperti generasi-generasi cemerlang lainnya yang lahir dari peradaban Islam yang gemilang.[MO/an]