Yuli Sarwanto
(dir. FAKTA)
Saat memasuki dunia digital, banyak hal dapat dikendalikan melalui jaringan internet dengan perangkat gadget/ smartphone. Hal itu semakin memudahkan mobilitas dan dalam bisnis. Secara nasional, Indonesia masuk ke pintu persaingan ekonomi. Pasar online menjadi alternative guna memudahkan dan memperkenalkan produk kreatif mereka kepada konsumen baik Nasional maupun dalam kancah Internasional.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Presiden Republik Rakyat Cina Xi Jinping dan membahas perdagangan hingga ekonomi digital dalam pertemuan bilateral yang digelar di sela KTT APEC. Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin dalam keterangan tertulisnya menyebutkan pertemuan tersebut dihelat di Hotel Stanley, Port Moresby, Sabtu petang. (https://republika.co.id/berita/ekonomi/fintech/18/11/18/picjgs414-jokowi-bahas-perdagangan-ekonomi-digital-dengan-xi-jinping)
Indonesia dianggap sedang mengalami pertumbuhan industri e-commerce justru yang makin pesat di tengah perlambatan laju ekonomi tanah air. Terlebih, kebanyakan pelaku bisnis e-commerce di tanah air berskala kecil dan menengah (UKM). Bisnis UKM menjadi usaha yang paling tahan banting di saat krisis ekonomi sekalipun. Industri e-commerce, diprediksi pemerintah menjadi kekuatan ekonomi baru dunia pada tahun 2020 nanti. Nilai bisnis ekonomi digital Indonesia mencapai USD 130 miliar atau setara Rp 1.730 triliun. Terlebih, survei APJII pada 2016 yang mengungkapkan pengguna internet Indonesia ada 132,7 juta akan terus mengalami peningkatan seiring masih banyaknya masyarakat dan daerah yang akan dipenuhi kebutuhan layanan internetnya.
Potensi industri e-commerce di Indonesia, dari data analisis Ernst & Young, dapat dilihat pertumbuhan nilai penjualan bisnis online di tanah air setiap tahun meningkat 40 persen. Ada sekitar 93,4 juta pengguna internet dan 71 juta pengguna perangkat telepon pintar di Indonesia. Masyarakat di kota-kota besar kini menjadikan internet terlebih lagie-commerce sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Perilaku konsumtif dari puluhan juta orang kelas menengah di Indonesia menjadi alasan mengapa e-commerce di Indonesia akan terus berkembang.
Sebagian pihak khawatir digitalisasi ekonomi dan otomatisasi mesin industri telah menghilangkan banyak jenis pekerjaan konvensional. Industri padat karya seperti garmen dan tekstil, adalah sektor yang paling terdampak. Namun teknologi digital juga menciptakan ribuan lapangan pekerjaan baru yang sebelumnya tidak terduga. Misalnya bisnis jasa transportasi online, belanja online, industri animasi, game online, jasa pengiriman serta berbagai produk jasa yang lain. Pemerintah harus menaruh perhatian serius pada dampak ekonomi dan otomatisasi teknologi di bidang ketenagakerjaan. Selain menyiapkan regulasi, guna menyelesaikan dampak ketenagakerjaan yang muncul. Misalnya jika terjadi pengurangan tenaga kerja atau dampak lainnya.
Ancaman gelombang PHK di hari ini dan masa depan yang terjadi saat ini tidak lain merupakan dampak dari penerapan sistem ekonomi kapitalis karena lemahnya struktur ekonomi pasar yang dianut. Akibatnya, ia tidak mampu menahan gejolak negatif di berbagai sektor. Akhirnya, perekonomian melemah, perusahaan mengalami kerugian triliunan dan kas negara pun habis terkuras.
Dalam sistem ekonomi pasar Kapitalisme, lembaga perbankan dan keuangan merupakan pintu utama arus permodalan ke berbagai sektor perekonomian. Namun, dana tersebut lenyap begitu saja di sektor non-riil. Lembaga perbankan dan keuangan pun akhirnya lumpuh. Kelumpuhan tersebut mengakibatkan terhentinya proses produksi dan sekaligus mematikan daya beli perusahaan-perusahaan, khususnya di negara maju, termasuk terhadap barang-barang impor.
Pertumbuhan ekonomi pun terus merosot sampai ke titik nol. Perusahaan-perusahaan di negara-negara pengekspor, termasuk Indonesia, yang men-supply berbagai kebutuhan ke negara-negara maju—seperti tekstil dan produk tekstil—akhirnya menurunkan kapasitas produksinya sekaligus mengurangi/merumahkan tenaga kerjanya.
E-commerce memang menyimpan potensi besar, namun pemerintah jangan menghancurkan pondasi ekonomi negeri. Pemerintah Indonesia sebaiknya menarik diri dari keanggotaan APEC. Karena tidak membuat Indonesia untung, tapi malah buntung. Indonesia bukanlah Negara yang paling siap dengan perdagangan bebas. Keikutsertaan Indonesia dalam keanggotaan APEC memang sangat dipaksakan.
APEC dinilai sebagai kekuatan ekonomi dunia saat ini. Karena itu, maju mundurn ekonomi dunia banyak ditentukan oleh maju mundurnya ekonomi APEC. Dikabarkan, sejak APEC berdiri tahun 1989, total perdagangan internasional anggota APEC meningkat. Lapangan kerja yang tercipta di kawasan APEC dari 1999 hingga 2001 juga meningkat, dan kemiskinan turun 35 persen. Tapi gambaran yang tampak manis itu tidak berbanding lurus dengan fakta untuk rakyat Indonesia. Sejak kebijakan perdagangan bebas melalui ASEAN, banyak industri nasional gulung tikar, karena kalah bersaing dengan produk dari luar.
Perjanjian perdagangan bebas dan liberalisasi investasi yang akan disepakati melalui APEC, tentu akan makin memperburuk keadaan. APEC yang diselenggarakan jelas bentuk imperialisme politik yang sarat dengan mudharat bangsa bangsa dan Negara ini.
from Pojok Aktivis