Oleh : Winda Sari
(Mahasiswi Universitas Jember)
Mediaoposisi.com- Hampir setiap orang Indonesia punya kendaraan bermotor, umumnya adalah sepeda motor. Dengan mempunyai kendaraan bermotor ini, otomatis punya tanggungan juga untuk terus memberikan minum kepada kendaraannya. Jika tidak diberikan minum, tidak akan bisa jalan, kecuali kendaraan yang berbahan bakar listrik, tapi itu jarang yang punya, kebanyakan orang itu punyanya yang berbahan bakar minyak.
Setelah langkanya Premium, maka orang-orang larinya ke Pertalite. Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) ini yang biasa dibeli oleh kebanyakan orang. Pertalite ini yang paling bersahabat harganya dengan kantong mayoritas orang Indonesia dibanding dengan harga BBM jenis lainnya seperti Pertamax.
Hampir setiap tahun BBM mengalami perubahan harga. Perubahan harga ini jelas bukan menjadi turun, akan tetapi naik. Mana mungkin di zaman sekarang yang serba kapitalis mampu menurunkan harga minyak. Naiknya harga BBM memang tak begitu drastis, antara Rp200 sampai Rp300, tetapi dampaknya sangat terasa. Orang semakin lama tanggungannya semakin banyak, bukan untuk membeli BBM saja, belum tentu juga penghasilannya itu nambah.
Tentu kenaikan harga BBM ini tak lepas dari pengaruh kebijakan penguasa, dan penguasa hari ini tidak mungkin kalau tidak disetir oleh asing. Pasti asing itu selalu ada dalam mempengaruhi setiap Negara, apalagi sistemnya sistem kapitalis, tambah tdak karuan.
Kenaikan harga BBM juga terjadi di tahun 2018 ini. Fenomena kenaikan harga BBM ini seolah-olah sudah menjadi langganan tiap tahun. Apalagi nanti menjelang lebaran, BBM bisa langka. Orang nanti menjelang lebaran pasti akan berburu BBM, ngantri di SPBU, bahkan ada oknum yang menjual dengan harga yang luar biasa mahal. Ini masih belum lebaran harga BBM sudah naik. Awal tahun setelah disambut oleh impor beras, kali ini rakyat disambut oleh kenaikan harga BBM.
Sabtu, 24 Maret 2018 kemarin, PT. Pertamina (Persero) menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Menurut Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Adiatma Sardjito, harga minyak mentah dunia mempengaruhi perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia.
Selain harga minyak mentah dunia yang mempengaruhi naiknya harga BBM, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga mempengaruhi kenaikan ini. Perubahan harga BBM ini mulai diterapkan oleh PT. Pertamina (Persero) pada Sabtu kemarin, tanggal 24 Maret 2018.
Kenaikan harga terjadi pada BBM jenis Pertalite. Harga Pertalite, khususnya untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali yang sebelumnya Rp7.600 per liter menjadi Rp7.800 per liter. Kenaikan harga BBM jenis Pertalite ini di setiap daerah ada yang sama, ada juga yang berbeda, harga berkisar mulai dari Rp7.800 per liter hingga ada yang Rp8.125 per liter.
Misalnya saja, di DKI Jakarta harga BBM jenis Pertalite menjadi Rp7.800 per liter, sedangkan di daerah lainnya seperti di Provinsi Riau, harga Pertalite lebih tinggi dari itu, yaitu Rp8.125 per liter.
Luar biasa ! Luar biasa otoriter pemerintah hari ini. Kalau Pak Harto bisa bilang “penak jamanku”, apalagi Islam, yang sudah nyata bukti kegemilangannya dan sudah nyata langsung sumbernya dari Sang Pencipta. Kecil bagi Islam bilang “penak jamanku” karena Islam mengikuti aturan dari Sang Pencipta termasuk dalam urusan tata kelola Negara. Sedang sekarang, zamannya kapitalis, kapitalis yang diajdikan pedoman tata kelola Negara, mau bilang “penak jamanku”, rakyat nangis.
Apalagi yang ditunggu selain menyingkirkan sistem kapitalis dari dunia ini. Saatnya Khilafah memimpin dunia dan Islam menjadi ideologinya. Jangan pernah melawan Allah SWT, ikuti aturannya, taati perintahnya, mudah saja bagi Allah hancurkan bumi ini hanya sentuhan sedikit saja dari Nya. Kembali ke jalan yang benar yang menuntun pada Ridho Allah, niscaya kesejahteraan akan menghampiri.
Suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib, yakni kewajiban menegakkan syariah Islam, Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.
“…dan taatlah kepada Allah dan Rasul Nya jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anfal : 1)[MO/sr]