Oleh: Puji Astutik
Mediaoposisi.com- Da'i dalan KBBI didefinisikan sebagai orang yang pekerjaannya berdakwah, menyebarluaskan ajaran Islam. Jadi, keseluruhan Da'i, baik Da'i nya kementerian agama atau kementerian umum, atau bahkan kepolisian memiliki tugas yang sama.
Yaitu sama-sama menyebarkan keseluruhan ajaran Islam. Namanya keseluruhan berarti tidak pilih-pilih materi agama. Baik materi menyangkut ibadah mahdhoh, kepemimpinan Islam, ekonomi Islam, politik Islam hingga fiqih sosial.
Da'i sosok ulama yang memiliki keterpengaruhan besar dikalangan rakyat. Kepercayaan ini bisa memudar dari umat. Faktor penyebabnya bisa karena Da'i yang cinta dunia, ketidakkonsistenan sikap Dai atas perbagai persoalan, Da'i yang menjadi kepanjangan tangan asing, Dai yang rendah sosialnya, dan faktor lainnya.
Demokrasi sebagai sistem yang mencampuradukkan antara yang haq dan batil telah membawa korban dari kalangan Da'i juga. Tawaran dana, popularitas, dan fasilitas kadang menggoyahkan pendirian Da'i.
Sebagai contoh saat musim kampanye pemilihan Bupati, Gubernur hingga Presiden tidak sedikit Da'i yang melalaikan kriteria pemimpin dalam Islam. Akhirnya beradu dukung mendukung pasangan yang tidak bervisi Islam.
Ditengah derasnya arus kaburisasi Islam dengan label-label jaman now seperti Islam Nusantara, Islam Moderat, Islam Radikal, Islam Arab dan label lainnya, dibutuhkan sosok Da'i yang lurus pandangannya terhadap Islam. Yang menjaga Islam dari pengkotak-kotakan yang membuat ajaran Islam jauh dari kekaffahan.
Padahal agama ini bersumber dari Tuhan yang satu, Nabi yang satu, kitab yang satu, namun kepada kemudian di moderatkan? Kenapa juga diradikalkan? Kenapa juga di tradisionalkan? Kenapa tidak disampaikan apa adanya saja. Sebagaiman dahulu yang diajarkan oleh Rasululullah dan generasi penerusnya?
Rasulullah SAW bersabda, "...Aku wasiatkan kepada kalian untuk tetap menjaga ketakwaan kepada Alloh 'azza wa jalla, tunduk taat (kepada pemimpin) meskipun kalian dipimpin oleh seorang budak Habsy. Karena orang-orang yang hidup sesudahku akan melihat berbagai perselisihan, hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Allah). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena semua bid'ah adalah sesat" (HR. Abu Daud).
Adapun persoalan khilafiyah memang boleh beda. Namun memoderatkan Islam yang berujung pada menyembunyikan sebagian ajaran Islam tentu tidak dibenarkan. Misal menyembunyikan ajaran tentang peradilan Islam dan pemerintahan Islam.
Atau kemudian memoderatkan Islam dengan pendekatan hermeunetik yang berbasis pada konteks. Akhirnya, melegalkan LGBT, menerima sekulerisme, pluralisme dan lainnya yang itu bahaya bagi kemurnian aqidah.
Islam, jika mau dibuat seperti agama lainnya tidak akan bisa. Karena dari sananya Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Gerakan memoderatkan Islam akan berbenturan dengan perintah Allah SWT untuk berislam kaffah.
Namun, memoderatkan Islam hanya akan menyenangkan negara-negara pengusung kapitaliesme-sekulerisme. Bagaimana, mau menjadi Da'i yang diridhoi Allah atau yang disenangi Barat?
Dengan demikian, Da'i/ulama saat ini harus berdiri digarda terdepan dalam mengajak umat untuk melawan arus liberalisme, moderatisasi Islam, radikalisasi Islam, ataupun fitnah Islam agama teroris. Islamophobia harus dihadang agar individu muslim berani menampakkan identitas Islamanya.
Dan proyek besar ini akan berhasil jika didukung dengan kerjasama yang baik antara Da'i dengan umat.[MO/sr]