Spesial Redaksi| Mediaoposisi.com- Menyikapi fenomena Iedul Fitri 1439 H, presiden Jokowi tak ketinggalan memohon maaf. Presiden kontroversial tersebut mengundang masyarakat bersilaturahmi sekaligus ritual "Maaf-Maafan" di Istana Bogor dalam rangka memperingati Idul Fitri 1439 Hijriah,Jumat (15/6).
Permohonan maaf sosok kontroversial ini perlu mendapat perhatian lebih pasalnya, luka yang diberikan kepada umat Islam tidak sedikit. Tidak bisa dilupakan, sikap abu abu Jokowi yang menjadikan jutaan umat Islam harus berduyun duyun ke Jakarta untuk menuntut Ahok diadili.
Bila Jokowi serius mengatasinya, umat Islam tak perlu bersusah payah ke Jakarta, sayangnya fakta berkata lain. Disinyalir, ketidakseriusan penanganan hukum oleh negara akibat kedekatan Jokowi dengan Ahok yang pernah menjadi wakilnnya saat masih memimpin Jakrta.
Ahok Effect berdampak pada dosa jokowi berikutnya, yaitu membubarkan ormas Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) serta kriminalisasi ulama. 2 hal ini memilki benang merah yang sama, yaitu pihak yang kritis terhadap pemerintah. Sontak, tudingan rezim represif, anti kritik dan anti Islam sukses menjadi “prestasi” rezim ini.
Tak hanya kepada umat Islam di Indonesia, presiden yang dekat dengan penista agama Ahok ini turut bersalah terhadap rakyat Indonesia secara umum. Negeri ini diarahkan oleh penguasa menuju pintu gerbang “ Neraka” Kapitalisme”. Pembiaran harga BBM mengikuti harga pasar hingga anggaran raksasa -untuk menyambut IMF dan Worlbank merupakan bukti tak terbantahkan.
Terakhir, rezim ini membiarkan seorang tokoh NU bermesraan dengan bangsa pembantai uamt Islam, Israel. Tidak ada ketegasan untuk menindak tokoh tersebut dari Presiden yang pada kampanyenya mendukung kemerdekaan Palestina.
Apalah artinya minta maafmu wahai rezim ?[MO]