Ahmad dhani nyanyikan nasid Bela Islam |
Oleh : Fitriani S.Pd
( Alumni Mahasiswa Universitas Dayanu Ikhsanuddin Kota Baubau)
Mediaoposisi.com- Tidak terasa setahun sudah aksi bela Islam terbesar diadakan di negeri ini berlalu. Namun rupanya baranya masih bergejolak hingga saat ini. Ya, aksi bersejarah yang berawal dari kasus penistaan Al-Qur’an oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ini, kembali di reunikan pada Sabtu 2 desember 2017 hari ini, karena mengingat tahun lalu di tanggal dan bulan yang sama umat Islam seluruh wilayah Indonesia pernah bersatu dalam satu barisan membela kitab Allah yaitu Al-Qur’an.
Berdasarkan pantauan penulis melalui Detiknews.com (02/02/2017) peserta yang telah hadir pada reuni hari ini sudah mencapai lebih dari 7,5 juta orang. Sungguh angka yang sangat fantastis bahkan melebihi jumlah peserta di aksi-aksi sebelumnya.
Tentu saja, seperti apa yang terjadi pada aksi 2 Desember tahun lalu, aksi yang di gelar hari ini sebelumnya telah menuai polemik pro dan kontra di mata publik. Seperti di lansir dari Cnnindonesia.com, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menilai lewat acara reuni alumni 212 tersebut, para tokoh 212 tengah berupaya memelihara eksistensinya. “Mereka genit dengan unjuk diri melalui reuni, kata Adi.
Masih dari sumber yang sama, Hendri Satrio selaku pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina menyebutkan bahwa apa yang dikatakan oleh pendiri Partai Amanat Nasional(PAN), Amien Rais dalam Kongres Nasional Alumni 212 kemarin justru dianggap memecah belah persatuan masyarakat, terutama umat Islam di Indonesia.
Hal ini dikarenakan Amien dalam pidatonya terus menegur presiden Jokowi agar tidak menjual murah aset negara dan menyindir para pendukung Jokowi yang selama ini di kenal dengan sebutan kecebong.
Tuduhan lainnya juga datang dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang juga menyebut bahwa acara reuni 212 tersebut berkaitan dengan agenda politik, terutama terkait pilkada serentak 2018 dan pemilu 2019 nanti. (Cnnindonesia.com,01/12/2017)
Sungguh, jika kita termaksud orang-orang yang berfikir dan peka, reuni akbar ini bukanlah sekedar reuni biasa layaknya reuni yang diadakan oleh anak-anak sekolahan zaman now ini. Melainkan ini adalah bukti yang nyata bahwa umat ini belum mati, ghiroh juang untuk membela agama Allah masih kuat menyala membara di dalam dada-dada kaum muslimin, yang bahkan tidak akan pernah padam sampai kapanpun.
Karena sesungguhnya ghiroh perjuangan dan persatuan ini adalah modal pertama dan utama untuk kebangkitan Islam dalam menyelesaikan seluruh problematika yang melanda kaum muslimin di seluruh dunia hari ini. Terlebih juga telah melanda Indonesia, negeri yang dengan mayoritas kaum muslim terbesar di dunia yang telah hampir bangkrut dengan utang luar negerinya ini.
Reuni 212 ini juga bukanlah terkait dengan hiruk pikuk pesta demokrasi 2019 nanti, melainkan aksi ini adalah aksi yang terkait dengan kesadaran umat akan pentingnya persatuan, kebangkitan dan perjuangan untuk berdakwah menyampaikan kebenaran di hadapan para penguasa sekuler agar mau kembali ke jalan yang benar, karena menyampaikan kebenaran didepan penguasa dzalim adalah jihad fii sabilillah..
“Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. (HR. Ahmad dari Abu Said al Khudzri.
Dan bagaimana mungkin di katakan bahwa aksi ini di ditunggangi politik tertentu, sementara dalam aksi ini peserta yang tumpah ruah tidak mengetahui siapa yang ikut menjadi donatur atau oratornya. Makanan tumpah ruah, relawan kesehatan di mana-mana. Mereka yang datang diaksi ini bahkan dengan suka rela berjalan kali berpuluh-puluh kilo dengan tujuan yang sama yaitu ingin mengoreksi penguasa atas landasan akidah.
Belum lagi aksi ini di hadiri oleh berbagai macam kalangan dan ormas-ormas dengan beragam afiliasi partai. Sehingga dengan beragam elemen masyarakat dan ormas yang berbeda-beda tersebut sangat tidak mungkin jika memiliki tujuan untuk menggolkan calon tertentu.
Selain itu, reuni ini juga merupakan pintu pertama bagi kaum muslimin bahwa fase akan terus berganti. Di awali oleh zaman kenabian, kedua zaman pemerintahan yang mengikuti jejak kenabian. Ketiga zaman pemerintahan yang menggigit.
Ke empat adalah zaman pemerintahan yang diktator, dan yang kelima kembali kepada masa atau zaman keemasan peradaban Islam yang mengikuti jejak kenabian.
“ Telah datang suatu masa kenabian atas kehendak Allah kemudian berakhir. Setelah itu akan datang masa Khilafah Rasyidah sesuai dengan garis kenabian, atas kehendak Allah, kemudian akan berakhir. Lalu, akan datang masa kekuasaan yang terdapat di dalamnya banyak kedzoliman, atas kehendak Allah kemudian berakhir pula. Lantas, akan datang zamannya para diktator (mulkan adludan), atas kehendak Allah akan berakhir juga. Kemudian (terakhir), akan datang kembali masa Khilafah Rasyidah dengan garis kenabian.Kemudian Nabi saw diam”. (HR. Imam Ahmad dan Al Bazzar).
Dan saat ini sungguh kaum muslim telah berada di zamannya para diktator yang serba sulit yang penuh ketakutan, kedzoliman, pengusiran, pembunuhan,penistaan, dan lain sebagainya yang penulis tidak mampu tuliskan semua di sini.
Sehingga aksi-aksi bela Islam seperti, reuni akbar yang diadakan hari ini adalah awal mula kaum muslim bersatu unutk menyongsong kemenangan Islam yang telah Allah janjikan. Bersatu dengan perasaan yang satu. Pemikiran yang satu dan peraturan yang satu.
Semoga apa yang Allah janjikan segera terwujud,sehingga negeri ini dan seluruh negeri-negeri muslim bisa merasakan the true of Islam Rahmatan Lil Alamin yang sesungguhnya. Yang kan terpancar dari langit dan bumi ketika hukum Allah terterapkan secara keseluruhan dalam seluruh aspek kehidupan baik skala individu, masyarakat hingga negara. [MO]