Jokowi Dalam Ancaman Mahasiswa
oleh : Max (Redaksi Mediaoposisi.com)
Spesial Redaksi| Mediaoposisi.com- Dominasi elit penguasa yang berakhir dengan desakan mahasiswa tidak asing bagi Indonesia. Hal ini patut diwaspadai oleh rezim Jokowi. Pasalnya,kebijakan kebijakan yang dimunculkan oleh rezim Jokowi dinilai berbagai kalangan sebagai kebijakan represif dan tidak pro rakyat. Dimulai dari awal pemerintahan dengan munculnya kritikan keras dalam 100 hari kepemimpinan Jokowi,tak tanggung tanggung almamater Jokowi sendiri turut bergabung dalam aksi.
Dikutip dari Tempo.co ,2 tahun silam,puluhan mahasiswa perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari kampus Yogyakarta seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), STMIK Amikom dan lain lain mengadakan aksi untuk mengkritik perjalanan seratus hari pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Bundaran UGM, Rabu, 28 Januari 2015.
Sebagai simbol ketidakpuasan dan kecaman terhadap rezim Jokowi,mereka membawa replika keranda berlapis kain putih dan melakukan tabur bunga.
"Aksi ini untuk mengkritik hasil kerja seratus hari pemerintahan Jokowi. Indonesia masih mati suri," kata Presiden BEM UNY, Hanis Fahilah.
Tak hanya itu ,mahaiswa juga menilai Jokowi sebagai boneka dari Megawati dengan . Mereka menyimbolkan kritikan tersebut dengna membawa replika boneka Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Boneka Megawati dipasang di atas gambar Jokowi. Pada gambar tangan dan kaki Jokowi menjuntai sejumlah tali sebagai pertanda bahwa ia dikendalikan oleh boneka di atasnya.
Jangan Remehkan Mahasiswa
Tak terhitung banyaknya BEM,HIMA,Gerakan Mahasiswa atau elemen mahasiswa lain yang mengecam kepemimpinan Jokowi. Bukannya evaluasi diri, Jokowi justru menerbitkan Perppu Ormas yang mengizinkan pemerintah menindak pihak pihak kritis dengan mengatasnamakan pancasila,tak terkecuali mahasiswa. Artinya,mahasiswa dianggap sebagai ancaman bila berani mengkritisi atau mengusik rezim Jokowi dengan tuduhan Anti NKRI dan Anti pancasila.
Tentu penerbitan Perppu mengundang kemarahan dan ketidakpercayaan mahasiswa kepada Jokowi. Dilansir dari Republika, ratusan mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di Medan, Senin (17/7). Mereka mengecam terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Ormas.
Mereka menilai, Perppu tersebut berpotensi mengancam pihak kritis tak terkecuali mahasiswa. Aksi yang dilakukan Aliansi Mahasiswa Muslim Bersama Umat (AMMBU) ini didahului dengan long march melewati sejumlah titik di pusat kota Medan.
Koordinator Lapangan AMMBU Abdul Rahman mengatakan, Perppu Ormas berpotensi terwujudnya rezim Jokowi diktator yang represif dan otoriter.Salah satu poin tersebut, yakni dihilangkannya proses pengadilan dalam mekanisme pembubaran Ormas.
"Kami menolak keras terbitnya Perppu tersebut karena sepenuhnya tidak ada alasan yang bisa diterima untuk menerbitkan Perppu itu," kata Abdul, Senin (17/7).
Gema Pembebasan,sebagai gerakan mahasiswa yang dikenal kritis dan tajam terhadap rezim Jokowi pun mengecam keras terbitnya penerbitan Perppu. Perppu yang dinilai sebagai perppu represif dan anti Islam oleh berbagai pihak tersebut pun tak lepas dari pengamatan Gema Pembebasan.
Ancaman Jokowi kepada pihak kritis berbalut Perppu Ormas diaminkan oleh Gema Pembebasan. Situs Kumparan.com menyebutkan bahwa dada Rabu (12/7) siang, massa dari Gema Pembebasan beraksi di seberang Istana di kawasan Monas. Mereka membawa spanduk mengecam Perppu represif tersebut. Tidak hanya itu Gema Pembebasan pun menilai tindakan Jokowi menerbitkan Perppu Ormas adalah bentuk diabaikannya UU yang dibuat pemerintah sendiri.
“Perppu ini akan menyasar ormas Islam khususnya ormas yang hari ini menawarkan konsep sebagai khilafah Islamiyyah padahal dalam UU sebelumnya, yang disebut Anti Islam adalah Marxisme, Lenimisme, Stalisnime, dan Sosialisme. Khilafah Islamiyyah adalah ajaran Islam," beber Sekjen Gema Pembebasan,Gustar.
Penolakan dari mahasiswa semakin menjadi jadi, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Pemuda Mahasiswa Islam (FPMI) menggelar aksi di depan Gedung DPRD, Jawa Barat, Bandung, Rabu, (16/08). Aksi ini sebagai wujudu desakan kepada DPRD Jabar menolak dan mencabut Perppu No. 2 Tahun 2017 atau Perppu Ormas.
Khilmi Hakim, Sekjend FPMI mengatakan, Perppu Ormas yang telah ditetapkan, merupakan sebuah blunder bagi pemerintah. Hal karena bertolak belakang dengan demokrasi itu sendiri.
“Dalam Perppu ini Ormas dibubarkan dulu, baru bisa membela diri. Ini sudah seperti seseorang yang dituduh mencuri, kemudian dihakimi dahulu baru bisa membela,” kata mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung kepada KabarKampus, Rabu, (16/08/2018).
Khilmi menilai, Perppu ini merupakan sebuah bentuk kezdomiman pemerintah atas nama pancasila. Perppu Ormas juga mengancam sikap kritis mahasiswa kepada pemerintah
“Karena kami sudah merasakan kedzoliman atas nama pancasila, baik zaman Orba maupun Orde baru. Karena itu kami tidak ingin itu terjadi lagi di era demokrasi sekarang ini,” terang Khilmi.
Peran mahasiswa untuk Indonesia sangat besar untuk memicu perubahan,bahkan dari masa pra kemerdekaan.Kita tidak lupa Boedi Utomo,didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual untuk melawan permasalahan yang ada.
Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi Perhimpunan Indonesia, tahun 1925.
Kita lihat,kalangan mahasiswa atau pemuda intelektual bergerak sebagai kekuatan oposan atau kekuatan untuk melawan pemerintahan yang ada,dalam hal ini penjajahan Belanda. Pada masa itu,mahasiswa mengembangan ide keemrdekaan yang itu merupakan ide perlawanan terhadap penjajahan beladna. Alhasil kemerdekaan pun terwujud dengan sedikit banyaknya peran mahasiswa.
Peran Younster tak bisa dipandang remeh dalam masa pasca kemerdekaan. Di akhir orde Lama,tidak ada yang bisa menafikan peran KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang terkenal dengan Tritura-nya. Dahsatnya Tritura bahkan mampu membuat perubahan besar berupa turunnya rezim Sukarno dari kursi empuk kepresidenan yang digadang gadang akan dijabat seumur hidup oleh Ayah dari Megawati tersebut.
Permasalahan kompleks yang melanda saat itu seperti pemberontakan G30S/PKI,represifnya Soekarno, ekonomi yang kacau balau dan sebagainya. Mahasiswa muncul sebagai kekuatan perlawnan oposan untuk menjungkalkan pemerintah yang dinilai korup dan represif tersebut.
1998,lagi lagi ketika krisis multidimensional melanda inodnesia. Mahasiswa muncul sebagai kekuatan oposan yang mampu menggulingkan rezim Soeharto yang represif setelah berkuasa penuh di Indonesia selama 32 tahun. Mahasiswa mampu menjadi penggerak utama dalam perubahan pada saat itu dengan tumbangnya orde baru dan munculnya reformasi yang digadang gadang akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Jadilah Mahasiswa Oposan !
Sejarah telah membuktikan,dan Mahasiswa memiliki kekuatan dalam mensukseskan perubahn di Indonesia. Perubahan yang muncul akibat kesadaran terhadap sikap represif dan kedzaliman penguasa perlu diwaspadai oleh Jokowi. Apalagi, kali ini umat Islam dijadikan sasaran tembak oleh Jokowi melalui Perppu Ormas. HTI adalah korban pertama,dan tidak menutup kemungkinan akan bertambah lagi.
Mendagri pun menjanjikan akan membubarkan ormas lain dengan alat Perppu Ormas ini. Mahasiswa pun bisa menjadi sasaran tembak oleh rezim Jokowi bila kritis mengingat HTI yang dihuni banyak kalangan khususnya mahasiswa pun dibubarkan secara sepihak melalui Perppu.
Mahasiswa menyimpan kekuatan oposan dan kelak akan bangkit lagi bila terpantik oleh penyebab yang sama,yakni sikap represif penguasa serta permasalahan multidimensional lain yang ditimbulkan oleh penguasa. Pembubaran HTI salah satu contoh nyata dari kebijakan represif pemerintahan,lalu sebelumnya terdapat kenaikan TDL,lesunya daya beli, hutang yang semakin meningkat, kenakalan remaja,budaya seks bebas dan lain sebagainya hingga tak aneh bila Mediaoposisi.com mengatakan bahwa Indonesia di era Jokowi mengalami krisis multidimensional.
Jokowi jangan senang dulu dengan dukungan penuh partai politik. Dahulu,Soekarno yang didukung penuh oleh PNI dan PKI lalu Soeharto yang didukung penuh oleh Golkar dan militer tak bisa mengekang kekuatan oposan mahasiswa.Mahasiswa yang menjelma menjadi kekuatan oposan selalu memiliki ciri khas berupa daya kritis yang tajam,luasnya pengetahuan dan solusi untuk permasalahan.
Maka,mengapa enggan menjadi mahasiswa oposan? Percuma intelek namun jadi jongos penguasa. [MO]