Umatuna.com - PEMAKNAAN hari raya Idul Fitri bersifat konstruktif adalah menjalin silaturrahmi sebagai sarana membebaskan diri dari dosa yang bertautan antar sesama makhluk.
Silaturahmi dapat dijalin melalui pertemuan formal khas Indonesia yaitu Halal bi Halal. Dari berbagai sumber, saya memetik pengetahuan mengenai Halal bi Halal.
Halal Bi Halal berakar pada bahasa Arab yang bermakna "yang halal dan yang halal", "yang boleh dan yang boleh", "saling melepaskan ikatan", atau "saling mencairkan hubungan yang membeku".
Halal Bi Halal merupakan acara saling maaf-memaafkan antar sesama umat Islam.
Bila di Arab dan negara-negara Timur-Tengah, budaya saling maaf-memaafkan antar umat Islam dilakukan ketika menjelang puasa bulan Ramadhan; di Indonesia, tradisi maaf-memaafkan dilakukan setelah Ramadhan berakhir, yakni pada dan setelah perayaan Idul Fitri. Tradisi saling memaafkan ini biasanya diejawantahkan sebagai acara saling mengunjungi antar sesama warga Indonesia untuk saling meminta memaafkan.
Tradisi Halal bi Halal merupakan kesempatan silaturahmi demi menjaga serta melestarikan hubungan antar sesama umat Islam bahkan juga sesama warga Indonesia tanpa batas suku, ras, sosial, ekonomi. budaya, agama. Halal bi Halal merupakan kesempatan menjalin rekonsiliasi nasional melalui jalur kebudayaan.
Halal bi Halal
Manusia mustahil sempurna maka mustahil tidak melakukan kesalahan. Idul Fitri dengan Halal bi Halal memberi kesempatan bagi umat Islam bahkan segenap masyarakat Indonesia melebur kesalahan diri dengan berbagi maaf tanpa sekat agama, ras, suku, sosial, ekonomi. Insya Allah, di masa lebaran kita masih mau dan mampu teringat bahwa tidak semua warga Indonesia beruntung dapat menikmati kebahagiaan lebaran.
Pada kenyataan masa kini, masih ada sesama warga Indonesia terpaksa hidup sengsara dalam pengungsian akibat tergusur atas nama pembangunan. Maka alangkah indahnya apabila pada masa Lebaran, Insya Allah, pemerintah daerah berkenan menyelenggarakan acara Halal bi Halal menjalin silaturahmi bersama sesama rakyat Indonesia yang sedang menderita akibat tergusur atas nama pembangunan di daerah masing-masing.
Saling memaafkan memang jauh lebih indah ketimbang saling menghina, saling menghujat, saling memfitnah, saling menyalahkan, saling mendendam apalagi saling menggusur.
Tentu makin indah , apabila setelah Halal bi Halal bersama rakyat tergusur, pihak pemerintah daerah berkenan menatalaksakan pembangunan infra struktur di daerah masing-masing dengan cara yang selaras, serasi dan sesuai hukum, hak asasi manusia, kontrak politik Ir Joko Widodo dengan rakyat miskin, Pancasila, UUD 1945 serta agenda Pembangunan Berkelanjutan yang telah disepakati segenap anggota PBB (termasuk Indonesia) sebagai pedoman pembangunan TANPA mengorbankan rakyat.
Selamat merayakan Idul Fitri, mohon maaf lahir-batin.
Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajar Kemanusiaan
Sumber: Rmol
Silaturahmi dapat dijalin melalui pertemuan formal khas Indonesia yaitu Halal bi Halal. Dari berbagai sumber, saya memetik pengetahuan mengenai Halal bi Halal.
Halal Bi Halal berakar pada bahasa Arab yang bermakna "yang halal dan yang halal", "yang boleh dan yang boleh", "saling melepaskan ikatan", atau "saling mencairkan hubungan yang membeku".
Halal Bi Halal merupakan acara saling maaf-memaafkan antar sesama umat Islam.
Bila di Arab dan negara-negara Timur-Tengah, budaya saling maaf-memaafkan antar umat Islam dilakukan ketika menjelang puasa bulan Ramadhan; di Indonesia, tradisi maaf-memaafkan dilakukan setelah Ramadhan berakhir, yakni pada dan setelah perayaan Idul Fitri. Tradisi saling memaafkan ini biasanya diejawantahkan sebagai acara saling mengunjungi antar sesama warga Indonesia untuk saling meminta memaafkan.
Tradisi Halal bi Halal merupakan kesempatan silaturahmi demi menjaga serta melestarikan hubungan antar sesama umat Islam bahkan juga sesama warga Indonesia tanpa batas suku, ras, sosial, ekonomi. budaya, agama. Halal bi Halal merupakan kesempatan menjalin rekonsiliasi nasional melalui jalur kebudayaan.
Halal bi Halal
Manusia mustahil sempurna maka mustahil tidak melakukan kesalahan. Idul Fitri dengan Halal bi Halal memberi kesempatan bagi umat Islam bahkan segenap masyarakat Indonesia melebur kesalahan diri dengan berbagi maaf tanpa sekat agama, ras, suku, sosial, ekonomi. Insya Allah, di masa lebaran kita masih mau dan mampu teringat bahwa tidak semua warga Indonesia beruntung dapat menikmati kebahagiaan lebaran.
Pada kenyataan masa kini, masih ada sesama warga Indonesia terpaksa hidup sengsara dalam pengungsian akibat tergusur atas nama pembangunan. Maka alangkah indahnya apabila pada masa Lebaran, Insya Allah, pemerintah daerah berkenan menyelenggarakan acara Halal bi Halal menjalin silaturahmi bersama sesama rakyat Indonesia yang sedang menderita akibat tergusur atas nama pembangunan di daerah masing-masing.
Saling memaafkan memang jauh lebih indah ketimbang saling menghina, saling menghujat, saling memfitnah, saling menyalahkan, saling mendendam apalagi saling menggusur.
Tentu makin indah , apabila setelah Halal bi Halal bersama rakyat tergusur, pihak pemerintah daerah berkenan menatalaksakan pembangunan infra struktur di daerah masing-masing dengan cara yang selaras, serasi dan sesuai hukum, hak asasi manusia, kontrak politik Ir Joko Widodo dengan rakyat miskin, Pancasila, UUD 1945 serta agenda Pembangunan Berkelanjutan yang telah disepakati segenap anggota PBB (termasuk Indonesia) sebagai pedoman pembangunan TANPA mengorbankan rakyat.
Selamat merayakan Idul Fitri, mohon maaf lahir-batin.
Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajar Kemanusiaan
Sumber: Rmol