-->

Atasi Stunting dengan Gerakan Piara Ayam?

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen
Oleh: Yuni Damayanti

(Pemerhati Sosial Asal Kabupaten Konawe, Sultra)
Mediaoposisi.com-Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendukung usulan Kepala Staf kepresidenan Moeldoko agar setiap keluarga memelihara satu ekor ayam untuk mencegah stunting.  Menurutnya, kebutuhan ayam nasional akan terpenuhi jika usulan itu terealisasi. Realisasi satu keluarga pelihara satu ayam tidak bisa terwujud hanya melalui program pemerintah.  Lebih lanjut, politisi Nasdem ini menyampaikan bekerja bersama dengan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. 

Hal senada juga diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Musdalifah machmud “usulan satu orang pelihara satu ayam adalah baik”. Sebab, dia berkata bahwa masyarakat selama ini belum menganggap ayam sebagai kebutuhan yang penting bagi pertumbuhan. Namun terkait hal itu, Musdalifah mengaku  belum ada kebijakan resmi. Sejauh ini dia berkata masih berusaha menjaga ketersediaan dan menjaga harga ayam agar tetap stabil (Cnnindonesia.com, 24/11/2019).

Menteri kesehatan Nila Moeloek pun menyatakan tingkat prevalensi stunting balita di Indonesia mengalami penurunan, sesuai hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI). Survei tersebut dilakukan secara terintegrasi dengan Survei  Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan BPS pada Maret 2019 dan melibatkan 320.000 rumah. Dalam soft launcing hasil SSGBI, di Kemenkes, Jumat (18/11/2019), Nina Moeloek menyatakan Prevalensi stunting balita mengalami penurunan dari 30,8% tahun 2018 (Riskesdas, 2018) menjadi 27,67% tahun 2019 (Bisnis.com, 18/10/2019).

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yang berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik itu polusi udara, air tidak bersih bisa juga mempengaruhi stunting. Tidak jarang pula masalah non kesehatan menjadi akar masalah stunting, seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan (Sardjito.co.id, 22/7/2019).

Sementara itu, jika menilik tentang gerakan pelihara satu ayam tiap rumah tangga, apakah itu merupakan solusi yang tepat mengatasi stunting? Sebab banyaknya faktor penyebab stunting itu sendiri. Selain itu, adanya usulan terkait hal ini justru seolah menunjukan upaya pemerintah untuk berlepas tangan terhadap pemenuhan kemaslahatan rakyat. Kemiskinan menyebabkan banyak kepala keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi bagi anggota keluarganya. Mengentaskan kemiskinan adalah salah satu masalah  yang harus diselesaikan oleh pemerintah untuk mencegah stunting.

Tidakkah sebaiknya negara dituntut membuat kebijakan menyeluruh menghapus kemiskinan dengan pengelolaan sumber daya alam dengan benar? Karena sesungguhnya Indonesia negara yang kaya akan sumber daya alam, jika saja dikelola dengan baik dan tidak diserahkan pengelolaannya kepada pihak swasta atau asing. Hal itu sudah cukup untuk menjamin kesejahteraan rakyat. Pun dapat memaksimalkan pemberian layanan kebutuhan masyarakat secara berkualitas, murah bahkan gratis.

Sangat berbeda dengan kondisi saat ini, di mana ibu-ibu saat berada di pasar mondar-mandir menawar kebutuhan pokok yang harganya melambung tinggi, sementara uang belanja mereka terbatas. Bahkan banyak ibu yang rela meninggalkan anaknya untuk bekerja diluar rumah dengan alasan agar dapat membantu ekonomi keluarga. 

Lain halnya dengan Islam yang merupakan agama yang tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan penciptanya, tetapi mengatur pula seluruh urusan kehidupan, tak terkecuali bagaimana cara mengentaskan kemiskinan. Adapun cara yang dapat ditempuh di antaranya: Pertama, secara individual, Allah SWT memerintahkan setiap Muslim yang mampu untuk bekerja mencari nafkah untuk dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 233). 

Rasulullah saw. juga bersabda, “Mencari rezeki yang halal adalah salah satu kewajiban di antara kewajiban yang lain” (HR ath-Thabarani). 

Jika seseorang miskin, ia diperintahkan untuk bersabar dan bertawakal seraya tetap berprasangka baik kepada Allah sebagai Zat Pemberi rezeki. Haram bagi dia berputus asa dari rezeki dan rahmat Allah SWT.

Nabi saw. pun bersabda, “Janganlah kamu berdua berputus asa dari rezeki selama kepala kamu berdua masih bisa bergerak. Sungguh manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan merah tanpa mempunyai baju, kemudian Allah ‘Azza wa Jalla memberi dia rezeki” (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Kedua, secara jama’i (kolektif) Allah swt. memerintahkan kaum Muslim untuk saling memperhatikan saudaranya yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan.  

Ketiga, Allah swt. memerintahkan penguasa untuk bertanggung jawab atas seluruh urusan rakyatnya, termasuk dalam menjamin kebutuhan pokok mereka. Rasulullah saw. Bersabda,
"Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus”  (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).

Sebagaimana Rasulullah saw. saat di Madinah yang ketika itu sebagai kepala negara, Rasulullah saw. menyediakan lapangan kerja bagi rakyatnya dan menjamin kehidupan mereka. Pada zaman beliau ada ahlus-shuffah. Mereka adalah para sahabat tergolong dhuafa. Mereka diizinkan tinggal di Masjid Nabawi dengan mendapatkan santunan dari kas negara. 

Begitu pula saat menjadi khalifah, Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab biasa memberikan insentif untuk setiap bayi yang lahir demi menjaga dan melindungi anak-anak. Beliau juga membangun “rumah tepung” (dar ad-daqiq) bagi para musafir yang kehabisan bekal.

Hal di atas hanyalah gambaran kecil dari banyaknya peran yang dimainkan penguasa sesuai dengan tuntunan syariah Islam untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya. 

Oleh karena itu, masalah kemiskinan yang menimpa masyarakat saat ini sesungguhnya merupakan kemiskinan struktural. Sistem inilah yang telah membuat kekayaan milik rakyat dikuasai dan dinikmati oleh segelintir orang. Olehnya itu masalah stunting hanya bisa diatasi dengan peran negara bukan hanya berharap pada gerakan nasional yang mengandalkan keaktifan anggota masyarakat saja.
[MO/db]

Wallahu a’lam bisshowab.



Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close