Oleh : Siti Nur Aisyah (Mahasiswi)
Mediaoposisi.com-Gaza kembali membara. Banyak nyawa tak bersalah tumbang menjadi korban. Kucuran darah kaum Muslim kembali membasahi bumi Palestina. Seolah-olah urusan hidup matinya penduduk Gaza hanya sebuah lelucon belaka. Padahal Rasulullah, sang suri teladan kaum Muslim telah menegaskan bahwa hilangnya dunia itu lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak (H.R Nasa'i no. 3987, Turmudzi no. 1455)Sebagaimana yang dilansir Reuters, tim medis resmi di Gaza melaporkan bahwa serangan yang dilakukan beruntun dalam tempo dua hari (Senin dan Selasa) memakan korban jiwa sebanyak 34 orang. Setengahnya merupakan masyarakat sipil (antaranews 18/11/19). Belum lagi korban yang belum sempat dievakuasi, tentu melebihi perhitungan yang ada. Mengingat betapa brutal penyerangan yang dilakukan Israel terhadap penduduk Gaza.
Bahkan, tidak hanya rumah penduduk yang mengalami kehancuran. Tapi instansi-instansi yang berada di daerah tersebut juga porak-poranda. Salah satu jurnalis, yakni Muadz Amarna pun menjadi korban aksi tentara zionis. Padahal keberadaan para pers dan tenaga medis tentu dilindungi oleh Undang-Undang negara. Sehingga tidak boleh dilakukan penyerangan apalagi penembakan secara sengaja.
Penduduk berbagai negara pun ramai melakukan aksi pengecaman atas tragedi yang terjadi. Namun, bukan berarti itu menunjukkan bahwa setiap individu telah peduli atas penindasan yang menimpa saudara kita di Gaza. Sebagian besar dari mereka tidak tahu menahu tentang berita yang mencuat dalam media dunia. Itu menunjukkan bahwa individu masyarakat cenderung bersikap individual, yang menghasilkan pemikiran 'hidup kalian bukan urusan kami'.
Masyarakat yang ada pun tidak semuanya ikut peduli atas kejadian ini, walau hanya sekedar melirik. Jangankan hidup penduduk Gaza hidup kami saja belum terjamin keamanannya, mungkin itu yang ada dalam benak mereka. Sehingga hanya sebagian dari masyarakat yang turut andil dalam pembelaan kehormatan masyarakat Gaza. Tentu tak heran, karena standar hidup era sekarang adalah materi dan manfaat. Hal ini adalah contoh nyatanya.
Kemudian, melihat dari negara-negara lain juga tidak menunjukkan adanya kepedulian mereka. Hingga saat ini apakah ada penguasa yang berani menerjunkan tentara mereka untuk membela kehormatan rakyat Gaza? Terutama penguasa negara dengan mayoritas muslim? Jawabannya tentu tidak ada. Para penguasa hanya mengecam secara lisan tanpa ada aksi nyata. Padahal, hanya kekuatanlah yang mampu melawan kekuatan pula.
Dengan alasan sekat teritorial yang memisahkan antar negara itu, para pemimpin negara lantas acuh tak acuh terhadap permasalahan dunia. Yang selalu saja, kaum Muslim yang menjadi sasaran utamanya. Ketika kejadian serupa terus berlanjut, selama itu pula penderitaan terus terjadi. Padahal, hak asasi manusia terus digaungkan oleh para kelompok feminisme berbagai negara. Namun ternyata, HAM sendiri tidak pernah memihak penduduk minoritas Muslim.
Lantas, bagaimana pandangan Islam atas fakta diatas? Tentu, setiap permasalahan mempunyai solusi nyata dalam aturan Islam. Mulai dari aturan bagaimana membangun rumah tangga sampai membangun sebuah negara. Yang mengatur kehidupan mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Sesempurna itulah hukum Allah sang pencipta untuk para hamba-Nya. Semua itu hanya untuk kemudahan umat manusia dalam menjalani kehidupan.
Dalam aturan Islam, ketika terjadi peristiwa penindasan terhadap salah satu muslim, maka kaum Muslim yang lain berkewajiban menghentikannya. Karena, seperti yang lumrah kita ketahui bahwa sesama kaum muslim itu bersaudara. Bahkan, diibaratkan satu tubuh. Sehingga ketika satu bagian tubuh mengalami sakit, bagian tubuh yang lain pun akan merasakannya. Dengan begitu, maka sesama orang muslim kita harus berpikir bagaimana menyelesaikannya.
Seluruh masyarakat muslim pun tidak boleh hanya diam menyaksikan penindasan. Seperti kasus saudara kita di Palestina. Apalagi, Masjid Al-Aqsha merupakan salah satu lambang kehormatan kaum muslim dunia. Namun, apakah cukup dengan menyalurkan logistik semata? Padahal tentara Israel melakukan penyerangan dengan kekuatan yang luar biasa? Sedangkan dalam Islam, masyarakat lah yang menjadi kontrol bagaimana kekuatan mereka?
Tentu harus ada penyelamatan dengan kekuatan pula. Itu mustahil terjadi, ketika tidak adanya persatuan kaum muslim seluruh dunia. Karena, hanya dengan kekuatan persatuan itulah musuh-musuh Islam bertekuk lutut dibawah kekuasaan Islam. Namun, selamanya kaum muslim di dunia tidak akan bersatu dalam satu kekuatan besar kecuali dengan satu komando yang besar pula. Yakni komando dari pemimpin umat Islam dalam cakupan institusi negara.
Pemimpin yang memiliki kekuasaan untuk mengayomi dan menyatukan seluruh kaum muslim dunia. Sehingga ditangannyalah persatuan yang akan melahirkan kekuatan besar mampu menyelamatkan saudara kita diberbagai dunia. Namun, itu hanya akan terjadi ketika hukum-hukum Allah diterapkan secara totalitas. Dari urusan individu sampai urusan negara. Karena, hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui seluk beluk manusia dan alam semesta.
Apalagi pedoman berkehidupan itu telah nyata ada dan tertulis secara lengkap tanpa ada cacat sedikitpun. Sejarah pun telah membuktikan betapa hebatnya negara Islam. Mampu menaungi hampir seluruh dunia dengan penerapan kesempurnaan aturan-Nya selama 1400 tahun lamanya. Sayangnya, ego dan ketamakan manusialah yang menghalangi penerapan kembali segala hukum-Nya dalam bentuk negara. Itu terjadi di detik dan masa sekarang ini.
Saatnya kembali pada fitrah yang sesungguhnya. Yakni sebagai hamba yang taat pada segala pedoman-Nya. Tidak lain demi terciptanya keselamatan seluruh umat dunia dan apa yang membersamainya. [MO/db]
Wallahu A'lam