Oleh : Jafisa ( Aktifis Remaja Sidareja dan Penanggung Jawab Pena Muslimah Cilacap )
Mediaoposisi.com-Destinati wisata sedang naik daun. Lini masa, jamak masyarakat beramai-ramai mengunjungi destinasi wisata diberbagai penjuru wilayah bahkan dunia. Rumus dunia seolah tidak terlepas dari kalimat "tiada hari libur tanpa mengunjungi tempat wisata". Begitu juga dengan negara, pasalnya destinasi wisata mampu memberikan sumbangsih besar dalam memajukan perkonomian bangsa.Organisasi Pariwisata Dunia di bawah naungaun PBB (UNWTO) mengapresiasi kenaikan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia, yang termasuk dalam kategori tercepat di dunia. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam pertemuan dengan Deputi Sekretaris Jenderal UNWTO Jaime Alberto Cabal Saclamente di gerai Indonesia pada pagelaran pasar pariwisata dunia di London, mengatakan pertumbuhan jumlah wisatawan karena, di antaranya, fasilitas digital untuk menunjang perjalanan (digital tourism).
"Kenaikan tercepat ini merupakan hasil dari transformasi digital. Menurut UNWTO, Indonesia dapat menjadi model bagi negara lain untuk melakukan digital tourism," kata Arief melalui keterangan tertulis diterima di Jakarta. Dalam pertemuan itu, Delegasi UNWTO menyempatkan berkunjung ke Paviliun Indonesia dan membahas program strategis antara Indonesia dan UNWTO.
Pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dan pariwisata digital menjadi beberapa isu yang dibahas oleh Indonesia dengan UNWTO.
"Perkembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia juga sangat diapresiasi UNWTO melalui pengembangan lima Sustainable Tourism Observatories (STOs) yang terus mengalami perkembangan yang sangat baik," kata Arief.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kunjungan wisatawan mancanegara periode Januari-September 2018 ke Indonesia sebanyak 11,93 juta orang atau naik 11,81 persen dibanding periode yang sama di 2017 yang berjumlah 10,67 juta orang. Namun, jika dibandingkan dengan Agustus 2018, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di September 2018 mengalami penurunan sebesar 10,56 persen. Wisatawan mancanegara pada September 2018 yang melancong ke Indonesia sebesar 1,35 juta orang, dibandingkan dengan Agustus yang mencapai 1,51 juta orang. Penurunan jumlah wisawatan asing tersebut, antara lain seiring berakhirnya Asian Games 2018 dan musim liburan.
https://m.antaranews.com/berita/766080/organisasi-pariwisata-dunia-kagumi-pertumbuhan-wisman-ke-indonesia
Prestasi Yang Menjebak
Apresiasi yang diberikan Organisasi Pariwisata Dunia ( UNWTO ) dibawah naungan PBB berhasil membuat pemerintah Indonesia ge-er kemudian mengambil titik fokus pembangunan infrastruktur dan pariwisata sebagai penopang keberlangsungan negara, bahkan dijadikan core ekonomi bangsa. Karena selain didukung infrastruktur yang baik juga akan menambah investasi. Tidak tanggung-tanggung pemerintah menggelontorkan dana yang tidak sedikit dalam sektor pariwisata hingga 6 kali lipat. Perkembangan pariwisata berkelanjutan Indonesia berstandar pada lima Sustainable Tourism Observatories ( STOs ) sehingga mampu menarik para wisatawan mancanegara untuk ramai-ramai mengunjungi Indonesia.
Sangat terlihat jika akar pengembangan pariwisata semata-mata hanya karena faktor ekonomi, sementara pemerintah tidak melihat dampak dari sektor pariwisata yang meliputi kerusakan sosial karena secara otomatis akan ada banyak turis mancanegara berkunjung dari berbagai background. Tanpa memperhatikan lagi gaya hidup bebas yang dibawa para turis. Adanya pergeseran nilai juga bisa terjadi tatkala tempat pariwisata menjamur. Di negara berkembang kenyataannya uang yang dihasilkan sektor wisata kebanyakan tidak masuk kas negara. Perusahaan penerbangan, agen liburan dan hotel yang banyak menerima uang. Pekerja lokal seringkali tidak menerima upah yang besar dengan kondisi kerja yang buruk. Banyaknya wisatawan yang masuk menambah besar kerusakan lingkungan terutama dari sampah.
Adakala wisatawan asing memanfaatkan kelonggaran imigrasi untuk menyelundupkan narkoba dan menjualnya di lokasi wisata dan masih banyak dampak negatif yang perlu dipertimbangkan pemerintah secara mendalam. Sementara dengan memfokuskan pada destinasi wisata, pemerintah akan disibukan dengan pariwisata sebagai sumber pendapatan negara semata namun para pelaku investasi asing bebas menjarah kekayaan alam negeri. Sektor pariwisata juga bisa menjadikan kerusakan dari berbagai arah.
Destinasi Wisata Bukan Penopang Ekonomi Negara
Di zaman ini, standar ekonomi negara maju berada pada sektor pariwisata, wal hasil banyak negara-negara maju yang mengandalkan sektor ini. Tidak heran lagi jika standar yang digunakan dunia sebagai ciri-ciri negara maju menjadi salah satu senjata untuk menutupi kejahatan. Adalah PBB sebagai badan Perserikatan Bangsa-bangsa yang menjadi rujukan setiap negara yang berada pada ketiaknya. Lazimnya negeri yang hidup dibawah cengkraman sistem Kapitalisme yang memuja uang/harta sebagai kebahagiaan tertinggi ini akan senantiasa berjalan sesuai dengan keinginan tuanya. Dengan meninabobokan negeri dengan sebutan "kiblat destinasi wisata", sudah cukup membuat Indonesia lupa akan sumber kekayaan, kemajuan dan kesejahteraan negara yang sebenarnya. Para investor asing dengan bebas melenggang merampas kekayaan negara sementara negara disibukan dengan destinasi wisata. Ini miris bukan?
Dalam hal ini bukan berarti Islam menolak tata kelola wisata dan ilmu perwisataan. Sebagai agama yang paripurna, Islam memandang destinasi wisata sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta yang telah menciptakan keindahan alam yang luar biasa. Wal hasil tempat wisata ala islam akan jauh dari aroma maksiyat dan kebebasan tanpa kendali. Selain itu, sektor pariwisata juga dijadikan ajang dakwah dan propaganda islam terhadap yang bukan Islam (baca:kafir) agar mereka bisa menerima islam sebagai agama terbaik tanpa memaksa mereka masuk kedalamnya. Ekonomi islam tidak mengandalkan pariwisata sebagai sumber penghasilan negara. Islam menjadikan sumber daya alam dan zakat sebagai sumber utama khas negara.
Berdasarkan hal ini, Allah SWT berfirman:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَرْضِ وَاخْتِلَا فِ الَّيْلِ وَا لنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَ لْبَا بِ ۙ
inna fii kholqis-samaawaati wal-ardhi wakhtilaafil-laili wan-nahaari la`aayaatil li`ulil-albaab
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,"
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 190)
Terakhir, berbagai langkah yang ditempuh pemerintah tidak berlepas pada sistem usang yang dianutnya, berbangga terhadap sanjungan asing merupakan kebodohan, karena dalam kamus besar sistem Demokrasi Kapitalistik "tidak ada teman dan lawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan yang abadi", untuk itu, berharap kemajuan negara dengan mengandalkan sektor pariwisata dunia dan nasional hanya akan menarik Indonesia kedalam perangkap hegemoni penjajah.[MO/db]
Wallahu'alam biash-shawab. [ ]