Gambar: Ilustrasi |
Oleh: Risma Aprilia
Mediaoposisi.com-Gema suka cita Ramadhan disambut bahagia oleh seluruh kaum muslim di Indonesia. Perasaan bahagia bisa berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan, bulan yang begitu mulia, terdapat banyak keberkahan di dalamnya. Limpahan pahala pada setiap amal ibadah yang dikerjakan hingga pintu-pintu surga pun terbuka.
Sebagaimana yang dikeluarkan dalam Sunan dari hadits Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:“Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru: ‘Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah.’ Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan.”
Namun, jauh berbeda dengan yang dirasakan oleh saudara muslim di Gaza Palestina, mereka menyambut Ramadhan dengan perasaan was-was karena gempuran rudal dari militer Yahudi Israel. Seperti yang dikutip dalam (www.kumparan.com , 6/6/2019), diberitahukan dalam AFP, hingga minggu (5/5) malam, roket Israel terus menghantam kawasan Gaza. Akibatnya, 23 warga Gaza meninggal dunia. Termasuk diantaranya seorang perempuan yang sedang mengandung bayi.
Diberitakan Associated Press, militer Israel telah menyerang peluncuran roket, terowongan, lokasi pelatihan, gudang penyimpanan, dan gudang-gudang Hamas di Gaza. Perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut, Hamas harus membayar ‘harga mahal' untuk serangan roketnya terhadap Israel. (www.kumparan.com 5/5/2019)
Penderitaan saudara muslim Gaza benar-benar terjadi nyata di depan mata. Para penguasa muslim tidak ada yang mampu menolong, mereka sudah terbelenggu dengan ikatan nasionalisme dan perjanjian-perjanjian dengan penjajah. PBB yang diklaim sebagai badan perdamaian dunia pun tidak berbuat apa-apa karena memang pada faktanya, tangan-tangan Barat berada di belakangnya.
Bahkan, banyak umat Islam pun yang tidak peduli dengan nasib yang diderita oleh saudara seakidahnya. Inilah akibat dari bahaya ikatan nasionalisme. Mereka hanya akan mengerahkan kekuatan militernya jika negaranya sudah mendapat ancaman dari luar namun jika negara lain yang memerlukan bantuan militer, mereka akan berfikir beribu kali. Dengan istilah lain yang penting negara saya aman.
Bukankah Rasulullah sudah menjelaskan dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Nu'man bin Basyir yang berbunyi, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila salah satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR. Muslim)
Segala kekacauan yang dihadapi umat muslim saat ini merupakan dampak dari satu masalah pokok yaitu hilangnya Islam dari dalam hati dan benak manusia. Serta, dari dalam sistem yang mengatur kehidupan mereka. Mereka menganggap, Islam hanya sebatas agama yang mengatur perkara-perkara ibadah ritual dan menyangkal bahwa Islam juga sebenarnya mengatur segala aspek kehidupan.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa perlu adanya seseorang yang mempunyai wewenang kuat dalam menghilangkan penindasan dan kedzaliman yang menimpa umat muslim di Gaza Palestina. Kehadiran seorang khalifah dalam naungan Khilafah sangatlah penting karena memang itu satu-satunya solusi. Umat Islam saat ini tidak punya kekuatan, tidak punya pelindung, tidak ada yang mampu menggerakkan kekuatan militer, selain seorang Khalifah.
Semestinya di bulan Ramadhan, umat semakin bersemangat untuk mewujudkan kemuliaan umat dan persatuan hakiki di bawah naungan Islam. Demi terwujudnya itu semua, seluruh umat muslim di belahan dunia manapun harus membuka mata bahwa derita warga Gaza adalah derita kita bersama, tangis mereka juga tangis kita semua.
Semua itu sebagai wujud ekspresi keprihatinan karena bukan sekedar kehilangan harta namun lebih dari itu yakni kehilangan nyawa. Jika masih ada jiwa kemanusiaan dari dalam diri umat, mungkin sedikitnya akan timbul perasaan sakit saat melihat penderitaan yang tiada henti-hentinya. [MO/ms]