Oleh : Dini Azra
Mediaoposisi.com-Lagi dan lagi ! Teror terhadap umat Islam kembali terjadi. Sepekan pasca aksi penembakan di dua masjid, di Christchurch New Zealand. Empat masjid di pusat kota Birmingham, Inggris dirusak oleh pria tak dikenal. Pria itu menghancurkan kaca jendela dengan menggunakan palu godam. Dilakukannya secara beruntun, di empat lokasi berbeda. Rabu, 20 Maret 2019.
Kepolisian setempat, bekerja sama dengan unit antiteror tengah memburu siapapun pelakunya. Menurut Kepala Kepolisian West Midlands, Dave Thomson. Sejak terjadi penembakan di Masjid Christchurch, New Zealand.
Kepolisian Nasional Inggris, sudah melakukan patroli di sekitar masjid-masjid negara itu. Menyusul adanya laporan dari kelompok anti rasisme, tentang meningkatnya sentimen anti Islam/Islamophobia. Dan juga aktivis ekstrimis sayap kanan.
Yayasan Hope Not Hate, merilis hasil jajak pendapat. Bahwa sepertiga dari warga Inggris, melihat bahwa Islam adalah ancaman terhadap hidup orang Inggris. (21/3/2019)
Tak hanya di Inggris, tindakan yang didasari Islamophobia juga terjadi di Denmark. Sejumlah muslim sedang mengadakan aksi solidaritas bagi para korban penembakan di New Zealand. Mereka berkumpul, dan melaksanakan shalat Jumat didepan gedung parlemen negara itu.
Tiba-tiba datang kelompok ekstrimis sayap kanan yang anti Islam memprovokasi, dengan membawa bendera Israel. Pemimpin partai sayap kanan Rasmus Paludan menghasut, lalu membakar salinan Alquran. Hal itu dilakukannya sebagai protes terhadap umat Islam karena shalat di depan gedung parlemen. (23/3/2019)
Jauh sebelum terjadi penembakan di kota Christchurch. Umat Islam di New Zealand sudah sering mengalami pelecehan, dan ancaman dari supremasi kulit putih dan neo Nazi disana. Tahun 2016, seorang penganut supremasi kulit putih mengirim kepala babi di Masjid Al Noor.
Begitupun warga muslim, sering mendapat intimidasi dengan perkataan kejam, baik secara online ataupun secara langsung. Sayang, pemerintah New Zealand mengaku belum memiliki Undang-Undang anti ujaran Kebencian.
Islamophobia, adalah kebencian atau takut yang berlebihan terhadap segala sesuatu yang berbau Islam. Di negara-negara Eropa atau Amerika Islamophobia terus berkembang. Penyebabnya, bisa jadi kurangnya informasi yang benar tentang Islam.
Sehingga mereka salah paham. Serta media mainstream yang sering memberitakan, adanya kelompok ekstrim, dan teroris seperti Alqaida. Terlebih semenjak peristiwa tragedi WTC pada 11 September 2001. Kelompok Islam dituduh sebagai pelakunya. Presiden Amerika George Bush waktu itu segera mengumumkan "War on Terror".
Yang secara tidak langsung bermakna, Perang Terhadap Islam. Agenda ini disebarkan keseluruh dunia termasuk negeri-negeri muslim seperti Indonesia.
Islam distereotipkan sebagai agama teroris. Seluruh dunia pun memiliki kecemasan tersendiri terhadap Islam. Banyaknya imigran yang datang, membuat penduduk asli mengalami xenophobia (kecemasan terhadap orang asing) karena menilai orang muslim itu ekslusif. Terutama jika penampilan mereka menampakkan identitas keislaman. Seperti jilbab, cadar, atau jenggot.
Pertumbuhan warga muslim ditakutkan dapat menggeser populasi penduduk setempat. Kecemasan itupun berubah menjadi Islamophobia.
Kalau saja mereka mau membuka mata dan telinga. Membandingkan, antara muslim yang terlibat terorisme. Dan muslim yang menjadi korban pembantaian, genosida, dan kejahatan kemanusiaan lainnya. Seperti di Palestina, Suriah, Uighur, Rohingya dsb. Semestinya itu dapat merubah pandangan mereka terhadap Islam.
Sementara Indonesia, negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Gejala Islamophobia itu cukup terasa. Masih berimbas dari isu teroris dunia yang disematkan atas Islam. Simbol dan ajaran Islam sering dikaitkan dengan paham radikalisme.
Misalnya jenggot, cadar, celana disebut simbol Islam garis keras. Ajaran Islam seputar jihad dan khilafah dianggap ancaman. Kelompok yang menyeru kembali pada aturan Islam, malah dikriminalkan. Islam dianggap lebih baik, jika dapat mentolerir peradaban modern dari barat. Dan merawat budaya masyarakat yang penuh dengan khurafat.
Hal yang nyata terjadi, ketika pemerintah secara represif membubarkan ormas HTI. Tanpa ada dialog, pengkajian atau pengadilan sebelumnya.
Sejak itu, ormas yang konsisten mendakwahkan syariah dan khilafah ini. Selalu disudutkan diberbagai kesempatan. Dengan berbagai macam tuduhan yang tak berdasar. Umat sengaja ditakut-takuti dengan keberadaan HTI. Sistem Khilafah selalu dibenturkan dengan Pancasila dan NKRI.
Bahkan menjelang pilpres hari ini, HTI turut diseret dalam kancah perpolitikan. Karena HTI sudah di stigma buruk oleh pemerintah. Maka dijadikan alat memukul lawan politik. Mulai dari TKN, Ulama yang mendukung, menuding kubu Prabowo-Sandi didukung HTI. Bahkan panji Rasulullah yang merupakan milik umat Islam.
Dijadikan bukti atas tuduhan tersebut. Saat terlihat Ar Rayyah berkibar di panggung kampanye paslon no 02. Padahal HTI sedari dulu konsisten untuk tidak terlibat politik praktis. Dan sikap mereka tegas, bahwa demokrasi adalah sistem kufur yang tidak sesuai dengan Islam.
Deklarasi menolak Khilafah dan mendukung Jokowi pun banyak diadakan. Inilah bentuk Islamophobia yang terjadi di Indonesia. Memang tidak ada serangan fisik dan teror terhadap muslim. Namun lebih berbahaya dari itu.
Bagaimana tidak, umat Islam justru ditakut-takuti dengan simbol dan ajaran agamanya sendiri. Dan yang menyebarkan ketakutan itu justru dari sisi penguasa. Akibatnya aqidah umat kian terkikis, dan jauh dari prinsip beragama.
Sampai kapan virus Islamophobia ini akan terus berlanjut? Dan membuat posisi umat Islam semakin tersudut? Meskipun kebencian terhadap Islam ini cukup mencekam. Kita tidak perlu larut dalam kegundahan. Dan dibayangi oleh ketakutan. Karena tidak ada yang akan bisa memadamkan cahaya Islam. Agama ini datang dari Allah Subhanahu wa ta'ala, diturunkan kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
Membawa rahmat bagi seluruh alam. Segala hal buruk yang dituduhkan, akan terbantahkan. Jika seperangkat aturan didalamnya diterapkan secara kaffah. Karena Islam satu-satunya agama yang paripurna.
Memecahkan segala persoalan yang mungkin ada didunia. Syariat Islam dapat menyatukan manusia, bukan hanya yang seagama. Mereka yang diluar Islam pun akan diayomi. Terlindungi dan bebas memeluk agama yang diyakini. Tidak akan ada lagi xenophobia ataupun Islamophobia. Karena hukum yang dibawa Islam sudah sesuai dengan fitrah manusia. Menenangkan dan membawa kedamaian.
Yakinlah, bahwa masa itu akan datang. Karena Allah dan Rasul Nya telah menjanjikan. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam mengisyaratkan dalam sabdanya :
“Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Lata dan Al-Uzza telah disembah. Lalu Aisyah bertanya : ‘Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa tatkala Allah menurunkan firman-Nya
: “Dia-lah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai, hal ini itu telah sempurna (realisasinya)”. Beliau menjawab : “Hal itu akan terealisasi pada saat yang ditentukan oleh Allah”. (HR. Muslim)