Oleh : Fatimah
(Menulis Untuk Dakwah)
Mediaoposisi.com- Gejolak pemikiran umat yang sadar politik makin menghangat dengan isu Khilafah. Kian hari Khilafah makin diperbincangkan. Di satu pihak ingin menenggelamkan ide Khilafah, namun di pihak lainnya dalam area Allah yang menguasai, gema Khilafah makin melejit.
Tokoh kondang membuat statement gebrakan menjelaskan bahaya mengkriminalisasi ajaran Islam termasuk Khilafah ini. Bukankah itu hanya campur tangan Allah? Allah memilih siapa yang layak dipilih sebagai penjaga Syariat Islam. Tentunya pilihan akhirat lebih utama bagi insan beriman.
Semua yang terjadi tak ada yang kebetulan. Allah SWT menyampaikan kabar gembira tentang Khilafah melalui bisyaroh (berita/ucapan) dari Rosulullah SAW yakni hadist "Tsumma takuunu Khilafata ala min haajinnubuwwah (kemudian akan ada Khilafah sesuai metode kenabian).
Betul-betul, memperjuangkannya mengikuti metode dakwah Rosulullah SAW. Dakwah pemikiran tanpa kekerasan. Yakni dakwah prinsip pemikiran aqidah Islam. Memboomingkan Tauhid serta propaganda penerapan Syariat yang terpancar dari Akidah Islam.
Arus penentang Khilafah layaknya Quraisy pada zaman Rosulullah SAW dahulu kala 1447 tahun silam lebih. Dimana kaum Quraisy tidak rela Agama yang diemban Rosulullah SAW berkembang dan menjelma jadi kekuatan besar Daulah Khilafah pertama di Madinah.
Segala cara dikerahkan demi menjegal lahirnya Khilafah itu. Namun Allah merahmati utusanNya. Dan itu telah tercatat di LauhilMahfudz. Darussalam itu berdiri. Hingga menggetarkan imperium Romawi dan Persia sebagai negara adidaya waktu itu.
Lalu bagaimana dengan hari ini? Quraisy menjelma dalam makom Amerika sebagsi polisi dunia kali ini dan negeri-negeri bonekanya. Amerika muncul sebagai negara yang kuat memainkan perpolitikan dunia.
Padahal di negerinya sendiri dia sedang koma. Akibat biaya perang yang menjadi alat intervensi unjuk gigi kekuatannya pada dunia. Padahal kekuatannya hanya di film-film yang mereka buat. Itulah
cerdasnya otak Amerika yang mampu membaca bahaya bagi kerajaan Kapitalisme yang mereka bangun.
Termasuk mereka meyakini Khilafah akan bangkit dan berusaha mereka aborsi sebelum lahirnya.
Layaknya jantung, Amerika sudah memakai ring disana sini, dan ring itu adalah negara-negara yang
masih menghamba padanya. Termasuk Indonesia.
Sampai masalah pemilu saja membayar konsultan Asing. Otomatis arahannya akan sesuai dengan
arahan konsultan. Mungkin keren sepertinya, tapi tahukah hal ini adalah perbudakan halus sampai
ranah pemerintahan?Tidak lagi ada kemandirian bangsa. Kartu matinya sudah dipegang.
Jadi, tidak heran peradaban Kapitalisme diserap mudah di negeri ini. Gaya hidup, pemerintahan, sampai budaya Asing secara suka rela menjadi kebanggaan. Begitu pula apa yang dibenci Amerika yakni kebangkitan Islam Khilafah, serta merta pemerintah mengamini dan melabeli sama dengan Amerika yaitu bani radikalisme.
Tentu ini menjadi syarat yang membahagiakan negara Paman Sam. Walaupun menyakiti rakyatnya sendiri yang ingin memperbaiki keadaan bangsa dengan Islaminya. Tinggal satu sekarang harapan pada umat Islam sendiri. Apakah mereka sadar sedang berada dalam asuhan Kapitalisme?
Jika sadar, merekalah yanga akan bangkit dari nina bobo dan ambisi kekuasaan Kapitalis, hijrah secara kaffah pada Islam murni yang diemban Rosulullah SAW. Mereka akan sadar, bahwa Islam tidak hanya sebatas spiritual saja yang mengurusi solat saja, haji saja, puasa saja, toharoh saja atau ahlak saja.
Tapi Islam sebagai sistem pemerintahan yang mengurusi urusan umat dengan menjalankan syariat Islam. Bukan mustahil, kembali pada Piagam Jakarta. Toh, perubahan selalu memungkinkan . Atas nama rakyat yang sudah jengah dengan kebobrokan Demokrasi Kapitalis Barat. Yang ternyata tidak mampu menentramkan dan mensejahterakan.
Kaum mukminin akan sangat yakin pada janji Allah SWT dalam Al Quran surat Annur ayat 55,
terjemahnya :
" Allah telah menjanjikan kepada orang beriman di antara kamu yang mengerjakan
kebajikan. Bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka
dengan agama yang telah Dia Ridhoi (Islam). Dan Dia benar-benar mengubah keadaan mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tidak
mempersekutukanKu dengan sesuatu apapun. Tapi barangsiapa tetap kafir setelah janji itu, maka
mereka itulah orang-orang yang fasik."
Inilah kalamullah. Yang menjadi kepastian bagi umat yang beriman pada Allah SWT. Bahwa
kesejahteraan dan keamanan itu akan didapat hanya dengan menjalankan aturan Allah SWT tanpa
mempersekutukan dengan apapun.
Beda dengan Demokrasi Kapitalis yang menuhankan uang, jabatan demi kebahagiaan jasmani sesaat
saja. Dengan menghalalkan yang diharamkan dan mengharamkan yang dihalalkan oleh Allah SWT. Misal ridho dengan Demokrasi yang memakai aturan manusia, melegalkan khomer (minuman keras),
merangkul dan malah mengharamkan Khilafah. Inilah yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Umat beriman disuguhi kemaksiyatan di depan mata tanpa bisa melakukan amal ma'ruf nahi munkar.
Karena Kapitalisme mengusung kebebasan berekspresi walaupun bertentangan dengan ajaran Islam.
Untuk itu, tidak ada harapan baru atau pilihan selain Islam itu ditegakan dalam bingkai Khilafah. The
New Order Khilafah Wadullah (harapan baru Khilafah janji Allah) menjadi cahaya yang dinanti oleh umat Islam yang cinta pada Allah SWT dan Rosulullah SAW. Khilafah adalah mahkota kewajiban.
Karena umat Islam beramal selalu mengkaitkan dengan akhirat. Dan beramal pribadi maupun negara harus sesuai perintah dan larangan Allah. Syarat mutlak menggapai Ridho-Nya. Jadi belum tunai sempurna kewajiban ber-Islam jika belum secara menyeluruh memakai aturan Allah dalam bingkai Khilafah. Wallohualambisshowaab. [MO/ra]