Oleh : Nasrudin Joha
Mediaoposisi.com-Ruhut (poltak) Sitompul menuding pengusung khilafah sebagai biang kerok gagalnya pertemuan LBP - Prabowo. Bahkan, ruhut juga tunjuk hidung HTI dan FPI penyebab sulitnya rekonsiliasi damai antara Jokowi - Prabowo.
Si poltak ini masih juga suka cari kambing hitam, padahal kuping dia masih belum dipotong. Dulu, katanya kalau Ahok kalah mau potong kuping ? Potong dulu 'itu barang' baru bicara masalah bangsa. Jangan gemar obral tudingan yang tak jelas.
Coba kita berfikir sejenak. Urutan masalah pemilu di negeri ini alurnya dimulai dari :
1. Ngotot ingin dua periode
2. Pemilu curang
3. Maksa pihak lain mengakui kekalahan karena curang
4. Melobi untuk berdamai dengan kecurangan
2. Pemilu curang
3. Maksa pihak lain mengakui kekalahan karena curang
4. Melobi untuk berdamai dengan kecurangan
Nah, dari empat faktor masalah diatas itu tidak ada faktor khilafah, FPI atau HTI. Coba bikin statement yang agak intelek, misalnya ;
"Pemilu kisruh itu karena ada orang yang memaksakan diri untuk dua periode, meskipun rakyat sudah jengah dan tak menghendaki"
"Sulitnya rekonsiliasi itu karena adanya tindakan curang dalam pemilu, jadi wajar jika pihak yang dicurangi berjuang menuntut hak nya"
"Yang dibutuhkan itu bukan lobi damai, rekonsiliasi atau apalah namanya. Yang dibutuhkan itu kejujuran dan tidak berbuat curang, niscaya bangsa ini damai"
Nah, coba bikin quote yang intelek, yang nyamBung, yang bisa dicerna otak. Prabowo gagal ketemu Luhut Binsar Panjaitan kok karena HTI, memang HTI ikut partai koalisinya Prabowo ? HTI bisa maksa Prabowo ? Pemilu kisruh karena curang kok yang disalahkan khilafah, memang kemarin itu memilih pemimpin Islam atau Khalifah, atau sedang memilih Presiden ?
Wajar, kalau Prabowo menunggu hasil hitung KPU baru bicara damai. Lah, kalau mau damai, rekonsiliasi, itu untuk apa ? Wong keputusan KPU belum terbit. Rekonsiliasi untuk apa ? Damai untuk apa ? Untuk diam atas seabrek kecurangan ? Ya jelas tidak.
Dan saat ini, urusan pemilu curang itu bukan milik Prabowo, milik Amien Rais, milik Habib Rizq. Urusan ini milik umat, milik seluruh rakyat. Mana ada yang rela suaranya dikibuli ?
Ruhut, lebih baik datang ke Jokowi, nasehati Jokowi untuk segera 'seleh' mengakui bahwa rakyat tak lagi menghendaki. Jangan memaksa, sebab rakyat itu sudah bosan di paksa.
Sudahlah, akui saja ini semua karena rusaknya sistem demokrasi. Tak perlu menyalahkan khilafah, kalian mempercayai sekaligus mengkhianati demokrasi.
Kalian sembah suara rakyat sebagai suara Tuhan, kalian -juga khianati kedaulatan rakyat- yang telah menyuarakan arus perubahan. Terus mau kalian apa ? [MO/vp].