Gambar: Ilustrasi
Oleh :
Ahsani Ashri, S.Tr.Gz
(Nutritionist, Pemerhati Sosial)
Mediaoposisi.com-Kabar terbaru terkait pembebasan Abu Bakar Ba’asyir menuai polemik. Ustadz sesepuh tersebut didakwa melakukan tindakan penggalangan dana pelatihan bersenjata untuk teroris. Pengadilan memutuskan beliau bersalah dan mendapat hukuman 15 tahun penjara. Beberapa hari lalu umat muslim dikagetkan dengan warta pembebasan beliau dan menyambut baik kabar ini.
Bak menjilat ludah sendiri, setelah berbusa mengumumkan rencana pembebasan Ust. Abu Bakar Ba'asyir (ABB) dengan klaim atas dasar kemanusiaan, dari usia yang sudah mencapai 81 tahun hingga sakit-sakitan, kini rezim mengumumkan rencana pembebasan Ust. ABB resmi batal, pengumuman ini disampaikan oleh Moeldoko (https://nasional.tempo.co)
Lucu bin ajaib negeri ini. Semua penyelenggara negara dan Presiden layaknya badut, omongannya tak bisa dipegang. Hoax terbesar yang diciptakan rezim ini dapat memantik kemarahan umat Islam. Ketua DPP Partai Demokrat sekaligus Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ferdinand Hutahaean mengatakan, pembebasan Ustaz Ba’asyir adalah hoax terbesar dari penguasa (https://www.berkabar.id)
Di sistem Demokrasi, hukum bisa dijadikan sebagai alat permainan untuk kepentingan rezim semata. Harus disadari oleh netizen terkait tujuan di balik rencana pembebasan Ust. ABB, dimana rezim hanya peduli terhadap elektabilitas jelang Pilpres bukan terhadap Ust. ABB, rezim segera memutar haluan.
Pernyataan resmi pemerintah disampaikan oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Kemanan Wiranto yang ditugaskan melakukan pengkondisian dengan menggungah bahasa : rencana pembebasan Ust. ABB perlu dikaji ulang. Bahkan, Wiranto menyebut Presiden tidak boleh grusah grusuh. Seperti yang dikabarkan Republika.co.id, rencana pembebasan tersebut perlu mempertimbangkan alasan ideologi, Pancasila, NKRI, hukum dan hantu blawu lainnya. Begitu ungkap Wiranto, yang mengambil peran pengkondisian awal, sebelum dieksekusi oleh Moeldoko.
Jelas, rezim ini telah mempermainkan Ust. ABB. Bahkan, rezim ini telah mempermainkan umat Islam. Setelah sempat membuat hati umat Islam bungah (gembira) dengan kabar pembebas Ust. ABB, kini rezim, melalui Moeldoko, mengubah suasana kebatinan umat yang gembira dan bahagia, menjadi diliputi kesedihan, dan kemarahan.
Kemunculan kasus terorisme di dunia Islam sejatinya tak lepas dari upaya Barat dalam War on Terorism. Terorisme adalah isu yang dipakai oleh negara-negara kapitalis di era proxy war untuk tujuan menghancurkan Islam secara sistematis. Mereka menjadikan Islam sebagai musuh bersama.
Bahkan sebelum terbukti di pengadilan, gampang sekali mereka memuntahkan peluru melumpuhkan tertuduh teroris. Atas dasar menumpas terorisme, Barat bahkan menyerang negeri-negeri muslim yang tidak mau tunduk dengan arahannya. Afghanistan, Irak, Suriah dan negeri muslim lainnya yang tidak mengikuti arahan barat, diserang habis-habisan. Memerangi terorisme hanyalah alibi untuk memusuhi negeri muslim.
Riak kebangkitan umat Islam di penjuru negeri sengaja diredam dengan isu terorisme. Umat Islam dijauhkan dari pemikiran Islam dan fitrah alamiah untuk bersatu atas ikatan akidah. Bangsa Barat tentu saja tidak mengharapkan persatuan atas dasar akidah tumbuh subur.
Untuk menghambatnya mereka melakukan berbagai upaya. Salah satunya adalah menstigma negatif pengemban dakwah Islam kaffah. Kemudian diciptakan momok menakutkan jika Islam bangkit yaitu dengan dimunculkannya istilah terorisme.
Hanya saja gencarnya bombardir isu terorisme ini, efektifkah mengerem laju kebangkitan Islam yang ditakutkan oleh mereka? Berawal dari tragedi WTC 9/11 pada 2001 silam, diikuti dengan skenario terorisme global hingga di Indonesia. Nyatanya tidaklah berdampak sesuai dengan ekspektasi yang mereka inginkan. Nafas kebangkitan Islam justru semakin menggelora. Terbukti saat ini syariah Islam sudah mulai dikenal luas oleh masyarakat.
Dalang dibalik skenario ini ialah para penjajah barat yang tak terlihat secara kasat mata oleh rakyat dan berlindung di balik kedok ilusi demokrasi kapitalisme demi meraup kepentingannya. Mereka pun tak mengingkari bahwasanya kekuatan ideologi Islam tak mungkin dapat dibendung.
Mereka juga meyakini Indonesia menjadi salah satu episentrum kebangkitan ideologi Islam. Maka dari itu gencarnya serangan pemikiran dan emosional kepada ajaran Islam dan kaum Muslim di Indonesia termasuk salah satunya ialah fitnah terorisme yang dikaitkan dengan Islam agar kebangkitan tersebut dapat mereka hentikan.
Propaganda ini tentulah sangat melukai hati umat Islam. Tapi kita meyakini bahwa dalam merealisasikan sebuah tujuan pastinya kita akan diuji oleh banyaknya batu sandungan. Rasulullah Saw. dan para sahabat saat berdakwah pun mengalami berbagai propaganda, pemboikotan hingga penyiksaan.
Namun, berbagai upaya oleh kaum kafir dalam menghentikan dakwah Rasulullah Saw. dan para sahabat tak berhasil. Terbukti Islam berhasil menjadi pioner peradaban dunia hingga runtuhnya tahun 1924 silam.
Oleh karena itu, umat Islam yang sedang berjuang mengembalikan lagi kejayaan Islam saat ini tak perlu berkecil hati dengan segala fitnah dan rintangan yang dihadapi. Tidak bisa kita pungkiri, untuk terus menyerukan kebenaran Islam guna menghantam ide buruk yang dilontarkan Barat, perang pemikiran yang juga dibentengi stempel undang-undang zalim ini seyogyanya tidak menyurutkan langkah pengemban dakwah.
Keyakinan bahwa Allah SWT membersamai setiap langkah perjuangan menjadi sebaik-baiknya penghibur hati. Rancangan makar mereka tak akan mampu melawan makar yang telah Allah SWT siapkan. Allah SWT berfirman:“Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 54). [MO/re]
Wallahu a’lam biashshawab.