Oleh: Nasrudin Joha
Mediaoposisi.com-Ini bukan kenakalan remaja, bukan dilakukan sekelompok masa yang tidak dikenal. Ini aksi brutal teror terhadap masjid jogokariyan, melempari jamaah dan masjid, menimbulkan ketakutan dan suasana mencekam.
Ini kelakuan Parte kebo, yang bikin teror, melempari jamaah dan masjid, itu Parte kebo. Dibuktikan dua hal : pertama, massa menggunakan atribut Parte kebo, yang pulang dari aksi beri dukungan Jokowi. Kedua, pernyataan damai resmi diteken pengurus Parte kebo. Jadi jelas, teror terhadap masjid jogokariyan didalangi Parte kebo.
He polisi, ini bukan kenakalan remaja, ini aksi brutal Parte kebo. Mana pasal berlapis nya ? Sejak kapan, perdamaian menghilangkan unsur pidana ? Sejak kapan, kemuliaan masjid menjadi halal dilecehkan ? Kalian ini polisi penegak hukum atau centeng Parte kebo ?
He parte kebo, ngurusi kader saja tidak becus. Gitu pengen dipilih ngurusi negara ? Lima tahun memimpin negara Ancur Minah, sudah kalian jadi rakyat biasa saja, bahaya jadi pemimpin gaya preman begini.
HE pegiat HAM, mana suara kalian ? Jangan hanya ngurusi SAENI yang jualan warteg di bulan Ramadhan. Ini hak asasi umat Islam tercederai. Kalian meneng meneng bae ?
HE kalian yang sok NKRI, tuh ada yang merongrong masjid, mencederai kemuliaan masjid, jangan cuma sibuk jagain gereja. Mana batang hidung kalian ? Dimana pidato heroik kalian ?
HE BPIP, masih eksis Ga ? Apa cuma kenyang makan gaji ratusan juta ? Tuh, kader kebo nyatroni masjid. Mana etika Pancasilanya ? BPIP itu dibentuk untuk membina ideologi Pancasila atau jadi benteng Parte kebo ?
Kami ini, umat Islam sudahlah menjadi korban tapi dituding pula menjadi pelaku. Aneh kan ? Dimana mana umat Islam korban kekerasan. Tapi, dimana mana juga, umat Islam dituding pelaku kekerasan. Logika Ga nyamBung, tapi di pas-pasin Klo untuk umat Islam. Umat Islam menjadi korban sekaligus dituding menjadi pelaku.
HE Jokowi, mana katanya suruh lapor polisi? Katanya negara hukum ? Ini di laporin polisi cuma didamaein ? Enak banget pelaku teror masjid, puas melempari masjid dan jamaah setelah itu tinggal Teken matere damai. Mana hukum yang adil ?
Sakit sekali menjadi muslim mayoritas di negeri ini. Mayoritas tapi di bawah kendali tirani minoritas. Ini semua tidak mungkin terjadi, jika negeri ini menerapkan Islam secara kaffah.
Wahai umat Islam, jalan keluarnya hanya satu : kembali kepada Islam. Upayakan, kekuasaan Islam yang menolong, yang hanya menerapkan Islam, dan melindungi Marwah dan wibawa Islam. [MO|ge]