-->

Menawar Lebih Untuk Harga Yang Sepadan, Lagu Lama PKB

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh: Nasrudin Joha

Mediaoposisi.com-Kalo dulu, Cak imin sesumbar harus menjadi Wapres jika Jokowi ingin menang, kali ini Cak imin patok 10 kursi menteri jika Jokowi - Ma'ruf menang Pilpres. Sebenarnya, ini tergolong saru (tabu). Belum juga menang, sudah sibuk ngeplot jumlah menteri. Namun, politik demokrasi itu harus Rai gedek, muka tembok, ndas Tank.

Kalo malu-malu, bisa diserobot lawan. Harus ribut didepan, jangan sampai capek berkeringat ternyata cuma kerja bhakti. Kayak PDIP. Suara mayoritas, di parlemen jabatan ketua DPR luput, di eksekutif porsi menteri tidak proporsional. Dipikir-pikir, Mending Nasdem : dua menteri satu jaksa Agung, dengan modal suara pas-pasan.

Pernyataan Cak imin, yang mengajukan proposal terlalu dini, selain mengajukan posisi sejak awal -daripada ribut kemudian- juga mengkonfirmasi ada friksi besar di internal koalisi Joma' (Jokowi - Ma'ruf). Sebab, proposal ini sebenarnya cukup diajukan melalui memo terbatas, tidak perlu diumbar ke publik.

Membawa proposal keruang publik -padahal posisi TKN joma' sedang berjibaku mencari suara- menunjukan betapa besar 'gesekan' PKB dengan partai atau partai-partai di koalisi Joma'.

10 kursi PKB itu tidak realistis, dengan banyaknya komposisi partai koalisi Joma' juga realitas suara PKB. Tapi bagi PKB, ini trik lama, lagu lama kaset baru : menawar lebih untuk harga yang sepadan.

Harga yang sepadan bagi PKB, dikaitkan dengan berhimpunnya Golkar sebagai mitra koalisi, adalah di kisaran 2-4 kursi. Jika PKB dapat 4 kursi, Jokowi sangat memanjakan PKB, dan partai lain layak iri.

Hanya saja Cak imin akan selalu mempersoalkan suara NU untuk dikonversi menjadi kapling menteri PKB. Padahal, kapling NU bisa saja dianggap porsi berbeda, seperti ketika Khofifah menjabat Mensos.

Friksi partai ini, diduga kuat sebab rebutan klaim suara umat Islam. Dalam lingkaran koalisi Jokowi, PKB memang boleh mengklaim partai representasi Islam ketimbang PPP atau PBB yang menjadi New Comer. Yang jelas, PKB, PBB dan PPP, berebut ceruk pasar umat. Ketiganya, punya hak mengklaim suara umat untuk Jokowi.

Hehehe, dasar partai. Yang diurusi Bangke dunia saja, kursi kekuasaan mulu. Nasib umat tidak diperhatikan, tapi suara umat selalu diperebutkan. Giliran umat ditindas, tidak ada yang bersuara. Giliran umat mau bersuara di pemilu, semua rebutan peran seolah paling berjasa sebagai pejuang umat.

Namun apapun itu, teriakan Cak imin ini patut diteliti. Suara negatif perpecahan kubu Jokowi, tidak mungkin keluar dari sumber sekunder. Ditengah himpitan hebat atas elektabilitas Jokowi yang Istiqomah terus menurun, internal partai sedang saling bermanuver mengamankan jatah kompensasi kursi.

Kita lihat saja, apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang jelas, Mas Romi juga akan ambil posisi juga. Semua partai, tidak mungkin ridlo hanya kerja bhakti untuk setor suara untuk Jokowi. Mereka bergerak karena kursi, jangan sampai sudah capek berjibaku untuk Jokowi tapi tidak kebagian kursi menteri. [MO|ge]

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close