Anisah Hanif
Pendidik, tinggal di Jombang
Mediaoposisi.com-Akhir-akhir ini salah satu topik yang sering diperbincangkan dan menjadi sebuah polemik adalah pernyataan politisi partai PSI tentang poligami.
Donasi Save Muslim Uighur
Dalam pidato politik akhir tahun 2018, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menyampaikan, “...Karena itu, PSI tidak akan pernah mendukung poligami. Tak akan ada kader, pengurus, dan anggota legislatif dari partai ini yang boleh mempraktikkan poligami.
Apakah kalian akan rela jika ibu kalian diduakan? Apakah Bro and Sis rela jika kakak atau adik Bro and Sis dimadu? Apakah Bro and Sis rela jika anak Bro and Sis menjadi istri kedua atau ketiga? Tidak, kita pasti tidak rela!" imbuhnya.
“Poligami itu memperdayakan perempuan, bukannya memberdayakan. Banyak perempuan terjebak dalam pernikahan poligami karena tidak mudah bagi perempuan untuk masuk dalam sektor ekonomi,” ujar Dara Adinda Nasution, juru bicara PSI untuk isu-isu perempuan, Selasa (18/12/2018).
Polemik ini tidak hanya membuat sebagian umat Islam geram, bahkan ditubuh PSI sendiri terjadi reaksi. Di situs banjarmasin.tribunnews.com diberitakan bahwa selang beberapa hari setelah pernyataan politisi PSI tentang larangan poligami, satu persatu kader PSI menyatakan mundur.
Poligami termasuk isu yang selalu dipergunakan untuk memojokkan Islam dan syariatnya. Framing ‘jahat’ tentang poligami terus digulirkan untuk menjauhkan umat Islam dari syariatnya.
Masifnya informasi yang salah tentang Islam membuat umat Islam sulit mencerna kebenarannya. ‘Fatwa’ tentang agama yang keluar dari mulut orang yang tidak berilmu bahkan dari non muslim-pun diterima dan dibela mati-matian. Kecerdasan akal untuk membedakan manakah aktifitas wajib ,sunnah ,mubah ,makruh,dan haram seakan-akan telah lenyap. Yang ada hanya kedunguan dan kesombongan manusia untuk mempertentangkan syariat Allah.
Jika poligami hal yang terlarang , tentu Rasulullah dan para sahabatnya yang mulia tidak akan melakukannya. Bukankah dari sisi kezuhudan mereka lebih utama. Dalil-dalil syar’i yang menyatakan kebolehan poligami telah dijelaskan dengan gamblang oleh para fuqaha, ahli tafsir, ulama-ulama salaf yang sudah tidak diperdebatkan lagi kefaqihan ilmunya. Lalu apa yang membuat ragu menerima ketetapan Allah ?
Pamer Kedunguan ?
Bobroknya sistem kehidupan kapitalisme dengan sekularisme sebagai asasnya membuat orang susah menerima apa yang dihalalkan Allah dan apa yang diharamkan-Nya.
Akal yang dimiliki hanya sebagi ‘cover’ untuk menunjukkan bahwa ia adalah manusia ‘cerdas’ penentang aturan Pencipta-Nya. Sistem yang bobrok inilah yang membuat kecerdasan manusia tersandera. Tersandera oleh hawa nafsunya. Fitrah akal yang mudah menerima seruan Rabbnya pun tak mampu membendung dorongan hawa nafsunya .
Di dalam Al-Quran, ditunjukkan siapa orang cerdas dan dungu.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS.al-A’raf:179)
Ada beberapa tafsir yang menjelaskan ayat diatas, diantaranya adalah :
1. Dalam tafsir Ibnu Kastir oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:
Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
Dengan kata lain, mereka tidak memanfaatkan sesuatu pun dari indera-indera ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai sarana untuk mendapat hidayah, seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi pendengaran, penglihatan, dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka, karena selalu mengingkari ayat-ayat Allah (al Ahqaf: 26) hingga akhir hayat.
2. Dalam tafsir Al-Misbah oleh Muhammad Quraish Shihab:
Dan sungguh Kami telah menciptakan banyak di antara jin dan manusia yang, di hari kiamat nanti, akan berada di api neraka.
Hal itu karena hati mereka tidak digunakan untuk menembus kebenaran, mata mereka tidak merenungi kekuasaan Tuhan, dan telinga mereka tidak mendengarkan ayat-ayat dan nasihat- nasihat untuk direnungi dan diambil pelajaran.
Mereka layaknya seperti binatang yang tidak menggunakan akal yang diberikan Allah untuk bertadabbur.
Bahkan mereka sebenarnya lebih sesat dari binatang.
Sebab, binatang itu-dengan instinknya-akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya, sementara mereka itu malah menolak kebaikan dan kebenaran yang ada.
Mereka itu memang orang-orang yang sangat bodoh!
3. Dalam tafsir al-Jalalain oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi:
(Dan sesungguhnya Kami jadikan) Kami ciptakan (untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah) yakni perkara hak (dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah)
yaitu bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah dengan penglihatan yang disertai pemikiran (dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah)
ayat-ayat Allah dan nasihat-nasihat-Nya dengan pendengaran yang disertai pemikiran dan ketaatan (mereka itu sebagai binatang ternak) dalam hal tidak mau mengetahui, melihat dan mendengar (bahkan mereka lebih sesat) dari hewan ternak itu sebab hewan ternak akan mencari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya dan ia akan lari dari hal-hal yang membahayakan dirinya tetapi mereka itu berani menyuguhkan dirinya ke dalam neraka dengan menentang (mereka itulah orang-orang yang lalai).
Dan bukankah mempertentangkan aturan Allah termasuk dalam hal poligami itu semakin menunjukkan kedunguan manusia?
Menghilangkan kedunguan
Cerdas dan dungu tidak hanya sebatas akumulasi ilmu, kemampuan berkarya cipta, dan mengem-bangkan sains dan teknologi. Tetapi berkaitan dengan keimanan dan amal shalih . Di dalam Islam ilmu yang merupakan bukti kecerdasan seseorang berkaitan sangat kuat dengan keimanan.
Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin kuat keimanannya dan semakin takut kepada Allah. Orang-orang seperti ini akan sulit ditemui dalam sistem yang berasaskan sekularisme. Sistem yang hanya ‘mengviralkan’ kedunguan manusia.
Maka tidak ada pilihan lain selain mewujudkan sistem kehidupan yang islami untuk menghilangkan kedunguan ini. Sistem kehidupan yang akan memunculkan orang-orang cerdas. Orang-orang yang tidak tunduk pada hawa nafsunya. Orang-orang yang mengetahui tujuan penciptaanya. Sistem tersebut adalah Khilafah Islamiyah ‘ala minhajjin nubuwah.
”Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya serta biasa beramal untuk bekal kehidupan setelah mati. Sebaliknya, orang yang lemah adalah orang yang memper-turutkan hawa nafsunya, sementara dia berangan-angan kepada Allah”. (HR. Ibnu Majah).[MO/ge]