Oleh: Siti Rahmah
Mediaoposisi.com-"Jika kamu diam ketika agamamu dihina, maka gantilah pakaianmu dengan kain kafan", Buya Hamka. Lagi dan lagi agama kita dihina, tentu sebagai seorang muslim kita tidak layak diam. Kita harus bergerak, kita harus berjuang, kita bela bendera tauhid, kita harus menjadi penolong agama Allah. Nahnu Ansharalloh.
"Hai orang-orang mu'min, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (QS Muhammad: 7)
Seperti halnya HTI yang selama ini berjuang tanpa lelah dan terus-menerus menyadarkan umat untuk kembali kepada Islam? Untuk mengenal simbol-simbol agama mereka? Sampai akhirnya hari ini kita menyaksikan buah dari upaya mereka dalam mengembalikan memori umat. Hari ini umat mulai sadar dan mengenal kembali akan harta warisan kemuliaan Islam dan bendera tauhidnya yang begitu berharga.
Umat sudah ingat akan panjinya, ingat dengan bendera tauhid sebagai benderanya. Sehingga umat tidak nerima benderanya dihina, apalagi sampai dibakar. Bagaimanapun derasnya upaya mengaburkan pemahaman umat, dengan mengatakan bahwa yang dibakar adalah bendera HTI namun itu semua tidak mempan. Karena ingatan dan kesadaran mereka sudah kembali. Mereka tidak bisa lagi mengakali dan memanipulasi. Justeru semakin kuat mereka membuat opini sesat semakin dahsyat pembelaan umat.
Hal ini nampak dari berbagai aksi yang digelar di setiap daerah di negeri ini. Walaupun berbagai pelarangan sudah mulai terjadi tapi hal itu tidak menghalangi dan tidak mengurungkan perjuangan mereka. Umat marah, umat bangkit untuk berjuang, serempak dan bersatu untuk mengibarkan bendera tauhid. Semenjak pembakaran di Garut hingga hari ini aksi demi aksi masih digelar.
Sayangnya dengan dahsyatnya reaksi umat, alih-alih mengakui kesalahannya mereka malah semakin berulah. Apalagi pelaku pembakar bendera pun di bebaskan. Hal ini tentu semakin menyakiti umat. Ditambah lagi kasus pembakaran ini semakin bergulir bak bola liar. Semakin tidak jelas penanganan dan pengusutannya. Hal ini seakan mengungkap luka lama, membuka lembaran masa lalu ketika Al Quran surat Al maidah dinistakan. Siapa pelaku siapa tersangka sampai akhirnya umat berjuang sendiri menuntut keadilan. Hal ini nampak dalam aksi 212 tahun 2016 silam.
Kondisi yang sama terjadi saat ini, dimana aparat penegak hukum tidak mampu berdiri tegak menegakkan keadilan, maka umat butuh persatuan untuk memperjuangkan keadilan. Dan tentu saja bukan persatuan sesaat, tapi persatuan yang mampu meninggikan Islam pada posisi yang seharusnya sebagai khairaul ummah.
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah." (QS Al Imran: 110)
Untuk mewujudkan semua itu, umat butuh peran para pemuda yang memiliki ghiroh (semangat) ke Islaman tinggi untuk membela agamanya. Umat butuh para pemuda yang senantiasa siap untuk berada di garda terdepan perjuangan.
Umat butuh peran pemuda untuk merekat ukhuwah, umat butuh pemuda untuk bergandeng tangan merapihkan barisan. Umat butuh pemuda yang bisa membawa perubahan dalam tatanan kehidupan sehingga Islam bisa dimuliakan. Umat butuh pemuda yang menjadi motor penggerak perubahan. Sampai akhirnya kita tidak lagi menyaksikan Islam dihinakan, Al Qur'an dinistakan, bendera tauhid dibakar dan dilecehkan.
Wahai para pemuda, wahai para pejuang dan penggenggam obor perjuangan pimpinlah perjuangan umat jangan biarkan umat berjuang sendiri. Para pemuda Islam bangkitlah, terus dampingi dan pimpin umat dalam membela agama ini.
Mereka butuh komando untuk mengobarkan keberaniannya melawan segala kezoliman. Wahai para pemuda, singkirkan sentimen yang tak beralasan, singkirkan segala perbedaan. Karena sejatinya perbedaan adalah sunatulloh, selama perbedaan itu warna Islam maka biarkanlah mewarnai kehidupan dan memberikan keindahan.
Perbedaan kelompok, almamater, jalan perjuangan itu adalah hal yang wajar selama masih memiliki landasan akidah Islam dan muara yang sama yaitu meraih ridho Allah. Maka bergandeng tanganlah rapatkan barisan.
Singkirkan segala penghalang yang menghalangimu melangkah di arena perjuangan. Bebaskan dirimu dari kemulut masalah pribadi, bebaskan dirimu dari debu-debu cinta dunia yang menghalangi. Lepaskan semua rantai yang mengkerangkeng jasadmu, persembahkanlah semua waktu, tenaga dan fikiranmu untuk perjuangan ini.
Buktikan perjuanganmu dengan mewakafkan waktu dan hidupmu hanya untuk Islam, bela bendera tauhid, bela setiap penindasan terhadap agama ini dan kokohkan kakimu untuk terus berjuang sampai agama ini dimenangkan. Jadilah saksi sejarah, perjuangan kaum muslimin, jadilah pengusung perjuangan, jadilah pembawa obor perubahan. Di tangan para pemudalah terbitnya fajar harapan, di tangan kalianlah lahirnya perubahan. [MO/sr]