Oleh : Kusmini A.Md
" Pemerhati masalah social dan keluarga "
Tuti adalah TKI atau buruh migran yang berasal dari majalengka, beberapa desa di daerah ini merupakan salah satu lumbung TKI, terutama TKI informal yang sebagian besar adalah perempuan. Alasan mereka menjadi TKI adalah untuk peningkatan taraf kehidupan perekonomian keluarga. Susahnya lapangan pekerjaan di desa, memaksa mereka menjadi TKI Selain alasan perekonomian, masalah dalam rumah tangga, seperti perceraian, dan perselingkuhan merupakan salah satu factor pendukung menjadi TKI (www.pikiran-rakyat.com 31/10/2018)
Seorang perempuan sejatinya merupakan ummu warobbatul bait (manager rumah tangga), tetapi dengan kondisi mereka menjadi TKI tugas utama tersebut terabaikan. Ada banyak hal yang tidak terlaksana dengan hilangnya fungsi Ibu dalam rumah tangga. Mereka merupakan pencetak generasi yang handal dan tangguh, bagaimana bisa tercapai jika si ibu masih sibuk memikirkan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, atau bahkan dengan minimnya ilmu pengetahuan agama, bukan mustahil kegagalan rumah tangga menjadi cikal bakal merosotnya pemahaman seorang ibu tentang betapa pentingnya keberadaan tugas dan fungsinya.
Sebuah pertanyaan krusial dimana keberadaan seorang ayah dan tugas – tugasnya, di tengah maraknya TKI perempuan bermasalah ini. Sudah sejauh mana mereka melaksanakan tugas mereka, ataukah karena minimnya ilmu sehingga mereka merelakan istrinya menjadi buruh migran. Padalah keberadaaan mereka di luar rumah apalagi di negara lain sangat riskan mengalami pelecehan.
Semakin maraknya buruh migran perempuan bermasalah di luar negri tak akan pernah muncul, jika mereka mendapatkan kesejahteraan di negrinya sendiri. Negara abai dalam mensejahterakan rakyatnya. Pada masa sekarang rakyat digiring untuk memenuhi kesejahteraannya sendiri, ini merupakan penerapan hidup yang salah. Sistem kapitalis yang mengedepankan keuntungan secara massif menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan kehidupan rakyat. Tak ayal menjadi buruh migran wanitapun mereka lalukan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Tentu hal ini tidak sesuai dengan futrah manusia.
Disebut TKI merupakan pahlawan devisa, pengebutan ini bermakna orientasi kapitalis, dimana keuntungan dan kemanfaatan menjadi asas penopangnya. Sumber daya alam yang melimpah seharusnya digunakan sebaik mungkin secara berdaulat, bukan di serahkan pengelolaanya kepada pihak asing. Pendapatan dari sumber daya alam yang melimpah ini akan mensejahterakan rakyat jika di kelola sendiri. Sehingga tidak akan ada lagi warga negara yang bekerja di luar negri dengan alasan tidak di dapatkannya kesejahteraan di negaranya sendiri.
Penerapan system kapitalis tidak akan mampu mensejahterakan rakyat karena menggunakan asas dan pilar yang bathil. Dengan asas dan pilarnya itu hanya akan melahirkan ekploitasi, kemiskinan merajalela dan timpangnya kesenjangan ekonomi. Seberapa banyak lagi TKI yang harus meregang nyawa karena abainya pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.
Dalam system Islam, sudah terbukti mampu menjamin kesejahteraan kaum perempuan dan rakyat secara keseluruhan, dengan menggunakan mekanisme yang sempurna sesuai dengan fitrah manusia, baik secara pendekatan kolektif (oleh negara) maupun pendekatan Individual (cara penafkahan), serta penegakan hukum secara konsisten oleh negara. Karena menggunakan sumber hukum yaitu al Quran dan As-sunah. Sumber hukum pada system kapitalis di buat oleh manusia. Sedangkan manusia itu adalah mahluk yang terbatas.
Penerapan system islam akan sangant ideal mengatasi banyak permasalahan umat pada masa sekarang, kesejahteraan teridamkan, perempuan keberadaannya sangat di lindungi, karena berada di tangan merekalah keberhasilan negeri ini, melalui generasi tangguh, handal dan bertakwa[Mo,an]