Oleh : Eni Mu’tamaroh I, S.Si
(Pendidik, Member Revowriter Jombang)
Mediaoposisi.com- Maulid Bukan Sekadar Seremonial
Peringatan kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad SAW di sambut dengan suka cita oleh umat Islam seantero dunia. Pasalnya, Nabi Muhammad SAW adalah sosok mulia utusan Allah SWT menjadi rahmat bagi semesta alam. Sosok yang paling berjasa sepanjang peradaban karena telah menerangi kejahiliyahan dunia dengan cahaya Islam.Tentu momentum maulid Nabi SAW menyimpan spirit dan menjadi momen penting untuk mengekspresikan kerinduan dan kecintaan umat Islam kepadanya. Semoga momen ini tak sekadar seremonial belaka, tapi menjadi momen kebangkitan semangat meneladani beliau. Meng-copy paste semua aspek kehidupan Nabi SAW.
Nabi SAW Adalah Uswatun Hasanah
Sungguh Nabi Muhammad SAW adalah suri teladan yang sempurna. Baik kehidupan beliau dalam berkeluarga, bermasyarakat, juga bernegara. Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Nabi SAW adalah sosok yang paling kuat ibadahnya. Padahal beliau orang yang maksum dan di jamin surga oleh Allah SWT. Gambaran Tentang Kesungguhan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Dalam Beribadah diriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu anhu bahwa Nabi SAW melakukan shalat hingga kedua telapak kaki beliau membengkak, lalu ada yang berkata kepada beliau, “Apakah engkau memaksakan diri untuk ini, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan bagimu atas dosa-mu yang telah lalu dan yang akan datang?” Beliau menjawab:
أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا.
"Apakah tidak boleh jika aku termasuk hamba yang bersyukur.” (HR. Bukhari)
Beliau sosok yang paling mulia akhlaknya. Mencintai keluarga dan umatnya. Sangat baik dalam bertetangga, bergaul dan bermuamalah. Sebagaimana penuturan Aisyah ra, “Rasulullah adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Tidak pernah berlaku keji. Tidak mengucapkan kata-kata kotor. Tidak berbuat gaduh di pasar. Tidak pernah membalas dengan kejelakan serupa. Akan tetapi, beliau pemaaf dan pengampun.” (HR. Ahmad)
Tidak sebatas itu, Nabi SAW juga teladan terbaik dalam kepemimpinan dan kenegaraan. Beliau berpolitik dalam dan luar negeri, menjalankan pemerintahan, menerapkan hukum, dan menyelesaikan persoalan umat.
Nabi SAW membangun negara Islam di Madinah. Menunjuk dan mengangkat beberapa sahabat sebagai mu’awin, wali, amil, komandan pasukan, qadhi di beberapa wilayah dan para katib untuk urusan administrasi. Nabi SAW juga melakukan diplomasi dengan negara-negara lain.
Melakukan perjanjian dan perang. Ini menjadi bukti bahwa Nabi adalah pemimpin negara. Menerapkan syari’ah Islam secara total. Hal ini tertuang dalam Piagam Madinah, “Bilamana kalian berselisih dalam suatu perkara, tempat kembali (keputusan)-nya adalah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan kepada Muhammad SAW… (Ibnu Hisyam, As-sirah an-Nabawiyyah).
Kiprah Nabi SAW juga diakui oleh dunia barat. Dan menempatkan beliau dalam urutan pertama orang yang paling berpengaruh dalam sejarah. Dr. Michael H. Hart penulis buku The 100, A Ranking of the Most Influential Person in History, menulis “Pilihanku untuk menempatkan Muhammad di urutan pertama dalam daftar nama orang yang paling penting dalam sejarah mungkin akan mengejutkan pmbaca. Namun dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang merengkuh keberhasilan tertinggi dalam bidang agama dan dunia. Dia adalah satu-satunya yang telah menyelesaikan pesan agama dengan sempurna, menggariskan aturan-aturannya dan diimani oleh seluruh bangsa ketika ia hidup. Selain agama, dia juga mendirikan negara sebagi media menyatukan suku-suku dalam satu negara dan meletakkan dasar-dasar kehidupan agama. Dialah yang memulai misi agama dan dunia serta menyempurnakannya.”
Meneladani Nabi SAW dalam Seluruh Aspek Kehidupan
Meneladani Nabi SAW tidak sebatas menyelami kisah perjalanan hidup beliau dalam sirah dan dijadikan romatisme sejarah. Atau menerapkan sebagian aspek akhlak individu beliau dan meninggalkan aspek politisnya. Meneladani Nabi SAW haruslah copy paste dalam semua aspek kehidupannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Apa saja yang rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukum-Nya.” (Qs. Al – Hasyr : 7)
Menjadikan Nabi SAW satu-satunya panutan, model perilaku dan suri teladan dalam segala aspek kehidupan, juga merupakan bentuk kecintaan kepada Allah SWT dan Nabi SAW. Katakanlah, “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Ali - Imran: 31)
Mengikuti apa yang dilakukan, disampaikan oleh Nabi SAW saat ini menjadi perkara yang berat. Risalah Islam tak sepenuhnya diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Semenjak wafatnya Nabi SAW dan runtuhnya sistem pemerintahan Islam yang dilanjutkan oleh para Khalifah. Semenjak sistem pemerintahan Islam diubah menjadi sistem sekuler. Dunia menjadi gelap. Umat Islam tercerai berai menjadi lebih dari 50 negara dan terjajah. Penderitan fisik dan non fisik terus mendera.
Berada dalam kondisi demikian umat Islam tidak boleh diam. Dahulu, Sultan Salahuddin al-Ayyubi menjadikan momen Maulid Nabi SAW untuk mengobarkan semangat jihad fi sabilillah dalam menghadapi serangan tentara salib. Hingga umat Islam meraih kemenangan. Saat ini, umat Islam juga harus menjadikan momen Maulid Nabi SAW untuk meneladani perjuangan Nabi SAW dan para Sahabatnya.
Bagaimana Nabi SAW berjuang dan menerapkan Islam secara kaffah banyak ditemukan dalam sirah-sirah Nabawiyah. Diawali dari titik dakwah di Makkah, menyeru keluarganya, orang-orang yang dekat dengannya hingga membentuk kutlah (kelompok dakwah). Melakukan interasi dengn masyarakat, hingga terjadilah baiat aqabah yang pertama dan kedua.
Kemudian terjadi peristiwa hijrah dan membangun pemerintahan Islam di Madinah. Sistem pemerintahan Islam inilah yang menjadikan Islam kian tersebar, kejayaan demi kejayaan menjadi mercusuar, dan umat Islam hidup dalam kesejahteraan. Semoga momentum Maulid Nabi SAW dapat menggelorakan semangat untuk berjuang mengembalikan kejayaan Islam, menerapkan Islam secara kaffah.[MO/sr]