-->

Islamofobia Kian Menggila

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen


Oleh :Sri Rahayu, S. Pi

Mediaoposisi.com-Masjid adalah tempat kaum Muslimin memenuhi panggilan merdunya azan untuk menunaikan salat di setiap waktunya. Juga tempat pembinaan ajaran Islam yang lengkap dan komprehensif. dari cara thaharah, makanan, pakaian, pergaulan, ekonomi, peradilan, politik dan pemerintahan. Dari A sampai Z.Khilafah sebagai ajaran Islampun termasuk cakupan dalam kajian.
Indonesia negeri Muslim terbesar banyak didapati masjid. Di kota besar, kecil ataupun dusun terpencil.

Kadang berupa mushala ataupun surau. Meski begitu, masjid terbesar di dunia dapat kita temui di Makah al Mukarramah. Di sana terdapat Ka'bah sebagai kiblat kaum Muslimin sedunia. Tawaf mengelilingi ka'bah menjadi kekuatan dahsyat. Makin terasa persatuan umat Islam, terutama saat ibadah Umrah dan Haji. Semua disatukan dalam kalimat tauhid Laa ilaha illa Allah, Muhammad Rasulullah.

Masjid Nabawi, di Kota Madinah al Munawwarah juga simbol kesatuan umat Islam sedunia. Karena di sanalah sebagai pusat pemerintahan Islam setelah Rasulullah SAW hijrah. Beliau seorang Rasul dan sekaligus kepala negara.  Dan sepeninggalan beliau dilanjutkan Khulafaur Rasyidin dan para Khalifah setelahnya.

Beredarnya informasi rahasia Badan Intelejen Negara (BIN) terkait 41 masjid di lingkungan pemerintahan wilayah Jakarta terpapar paham radikalisme, telah meresahkan masyarakat.

"Jadi konten ceramahnya yang kita utamakan, kalau masjid nya gak ada yang radikal,” kata Wawan Hari Purwanto (juru bicara ketua BIN) dalam konferensi pers di Restauran Sate Pancoran, Jalan Pasar Minggu, Jakarta Selatan,  IDNNews,Selasa  20/11/2018

Tuduhan ini seolah menegaskan bahwa rezim sekuler neoliberal tengah panik. Mereka gusar dan gentar melihat kesadaran umum umat tentang Islam kian kuat terbangun.

Berawal dari kesuksesan menjatuhkan Ahok si penista agama, umat merasakan deru mesin ideologi sekularisme kian kuat melaju. 7,4 juta manusia berkumpul dalam aksi 212, dengan kata yang sama adalah momok besar bagi rezim sekularisme neoliberal. Umat sudah terang melihat kegagalan rezim dalam mengurusi segala urusan umat melalui penerapan sistem Kapitalisme. Di sisi lain pergerakan kebangkitan itu semakin hari semakin sulit untuk dibendung.

Alhasil kemarahan mereka lampiaskan dengan membubarkan organisasi Islam, persekusi ulama, kriminalisasi Khilafah ajaran Islam, persekusi bendera tauhid hingga mereka berani membakar panji Rasulullah SAW dan mengatakan bendera yang dibakar adalah bendera HTI! Berharap umat kembali terhalang dari cahaya Islam politik, namun yang mereka tuai adalah kesia-siaan.

Sayang, sayang seribu kali sayang. Umat Islam telah paham dan tumbuh kesadarannya tentang Khilafah ajaran Islam, juga panji tauhid kebanggaannya. Umat Islam tak rela Al-Liwa dan Ar-Rayah pemersatu umat dan juga simbol perisainya dinista. Sontak satu bendera dibakar jutaan panji tauhid berkibar siap datang membela. Suara serentak itu menggema dari seluruh penjuru Indonesia, bahkan negeri Syam.

Kecintaan itu kian dalam hingga umat tak hanya membela agar panji tauhid berkibar tapi kalimat tauhid di dalamnya diterapkan sebagai perisainya. Umat paham bahwa Laa ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah yang akan menaunginya di bawah pemimpin adil yang menerapkan syariah-Nya secara kaaffah.

Dialah seorang Khalifah pemimpin Khilafah Islamiyyah. Tak bisa dibendung, segala kejadian yang dirancang untuk menghadang kebangkitan Islam justru menjadi blunder kekalahan para pendengki dan semakin menguatkan umat menuju kejayaan Islam.

Kesadaran umum umat akan panjinya, dan Khilafah sebagai ajaran Islam adalah bahaya terbesar rezim sekuler neolib. Sehingga mereka tak diam. Tak puas dengan mempersekusi organisasi dakwah dan pengembannya. Nafas memburu dan sorot mata elangnya tak lepas tertuju pada dakwah yang bertujuan untuk melangsungkan kehidupan Islam. Berbagai teror mereka tebarkan untuk membungkamnya. Mereka membidik dengan sebutan radikalisme, menyuburkan islamofobia, teroris dan semacamnya. Mereka sebut masjid terpapar radikalisme. ASN terpapar radikalisme harus memilih dibina atau keluar. Begitulah mereka memburu.

Kaum Muslimin janganlah bimbang ataupun ragu apalagi takut terpaku. Inilah sunatullah kehidupan dunia. Pertentangan antara yang haq dan bathil akan terus melaju. Bukankah dulu Rasulullah SAW dan para sahabat juga dimusuhi dan diburu? Hingga nyawa sebagai taruhan membela Diennya.

Apapun mereka kerahkan untuk memenangkan dakwah, untuk kemuliaan Islam. Mereka sampai pada pengorbanan tertinggi dan mulia yaitu memberikan hidup dan matinya semata-mata untuk kepentingan memenangkan Islam. Ingatlah bahwa gerbong dakwah ini akan terus melaju dan hanya berhenti di stasiun kemenangan. Allah telah mengingatkan kita dala Firman Allah SWT :

 وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)." Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah”.  ( Qs. Al Baqarah 120). [MO/an]



Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close