-->

HIV/AIDS Memapar anak-anak, Bagaimana nasib Generasi?

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh : Ifa Mufida 
( Praktisi Kesehatan Kota Malang)

Mediaoposisi.com-Sangat Tragis, Insiden HIV AIDS saat ini telah memapar kalangan anak-anak. Data dari  PBB menunjukkan sekitar 3200 anak di Indonesia terjangkit HIV dengan penularan dari ibu.

Penularan yang paling banyak adalah adalah para istri pengguna narkoba dengan suntik, para pengguna jasa pekerja seks komersial, istri para pria gay dan pria gay.

Di Sumatra Utara pada Bulan ini telah ditemukan anak-anak yang mengidap HIV AIDS dengan kondisi yatim piatu  (kemungkinan tertular dari orang tua mereka). Dengan ditemukan anak-anak pengidap HIV/AIDS ini,  bisa jadi masih banyak anak-anak yang senasib dengan mereka.

Mengingat prevalensi HIV/AIDS dari hari ke hari bukan berkurang tetapi justru terus meningkat pesat. Apalagi kita kenal dengan fenomena gunung es untuk penyakit menular dan mematikan ini.

Bisa kita bayangkan bagaimana kondisi generasi kita beberapa tahun mendatang jika permasalahan ini terus diabaikan dan tidak dicarikan solusi yang solutif.

 Di sisi lain, di tengah permasalahan ancaman terhadap generasi kita akibat HIV/AIDS, ada pihak-pihak tertentu justru ingin menghilangkan phobia terhadap HIV/AIDS.

Mereka, sebut saja para penggiat HAM (Hak Asasi Manusia) terus mengkampanyekan “diskrim-inatif” terhadap orang-orang dengan HIV/AIDS (ODHA). 

Selain itu, mereka menganggap bahwa meningkatnya prevalensi HIV/AIDS yang jelas-jelas disumbang oleh perilaku seks bebas, LGBT, dan NAPZA diakibatkan karean kampanye mereka tentang ABCD yang salah. 

Bukan mengevaluasi kenapa program ini tidak berhasil menekan pertambahan prevalensi HIV AIDS justru mengganggap bahwasanya kampanye program ini belum sesuai dan belum maksimal. 

Padahal telah jelas, sejak digelontorkan program ABCD sebagai program pencegahan HIV AIDS justru prevalensi penyakit ini semakin meningkat. ABCD ( Abtinencia, Be faithfull, Condom, dan Drugs) jika dianalisa ternyata justru melanggengkan seks bebas dan LGBT. 

Karena program ini bukannya mengarahkan untuk hidup yang jelas sesuai dengan Aturan Allah SWT justru mengajak untuk melakukan seks bebas baik tidak sejenis ataupun sejenis (LGBT). 

Kampanye mereka bisa disingkat bahwa untuk mencagah HIV/AIDS maka langkah pertama adalah A yakni tidak melakukan hubungan seks. Jika tidak bisa menghindari untuk tidak berhubungan seks maka solusi nya adalah B yakni setia pada satu pasangan. 

Dan Jika tidak bisa setia bagaimana, maka masih ada solusi yakni pakailah Kondom dengan benar. Pada faktanya setiap peringatan hari HIV AIDS justru mereka melakukan bagi-bagi kondom, seolah olah pemakaian kondom adalah hal yang aman untuk mencagah penularan HIV AIDS. 

Padahal sejak awal kondom diciptakan untuk program KB, dan pada program KB pun masih sangat tinggi tingkat kegagalan nya, apalagi untuk mencegah infeksi virus?

Dalam kondisi meledaknya angka prevalensi HIV/AIDS yang jelas-jelas mengancam keberlangsungan generasi ternyata tidak ada upaya konkret dari negara untuk mengatasi hal ini. 

Para pengidap penyakit ini pun bebas berkeliaran di masyarakat, dan tidak menutup kemungkinan bisa menularkan ke orang lain. Terlebih bagi mereka yang belum jatuh di kondisi AIDS, maka mereka tidak ada beda dengan manusia biasa. 

Dengan kampanye ABCD yang rusak, akan menjadikan banyak orang merasa aman ber seks bebas asal menggunakan kondom. Karena bagi mereka ini adalah hak asasi yang haruslah mereka dapatkan. Ini adalah pemahaman liberalisme yang sangat merusak. 

Karena ketika HAM ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi dari aturan Allah SWT, maka kerusakan telah nampak nyata di depan kita. Namun, kehidupan sekuler ini sudah cuek dengan itu semua. 

Bahkan ada arus yang besar saat ini untuk menghilangkan sama sekali kewaspadaan terhadap HIV AIDS dengan menjadikan mereka harus benar-benar sama dengan masyarakat secara umum. 

Karena setiap perilaku pengucilan maka dianggap hal tersebut adalah perbuatan diskriminatif dan ini adalah pelanggaran terhadap HAM.

Butuh upaya yang serius untuk menyelamatkan nasib Generasi. Karena jika tidak, hancurlah negeri ini. Nagara memiliki peran besar untuk memberikan solusi. Karena kondisi ini sudah tidak memungkinkan diselesaikan secara individu. 

Perlu adanya upaya untuk menghilangkan akar masalah dari merebaknya HIV AIDS. Liberalisasi dan Sekulerisme telah menjadikan setiap solusi yang diberikan bukan justru menyelesaikan masalah tetapi justru menambah masalah. Sudah terbukti beberapa tahun ini telah gagal. 

Maka sudah sepatutnya lah kita meninggalkan solusi bobrok ini. Islam telah nyata bise memberikan solusi setiap permasalahan yang ada. Bagi individu, ketakwaan dan kokohnya aqidah sangat berperan untuk menjaga dari perilaku yang rusak semisal seks bebas dan LGBT. 

Keluarga berperan besar terhadap penjagaan masing-masing anggota keluarga, karena bagaimanapun juga keluarga adalah benteng pertahanan terakhir yang masih ada saat ini. Bagi masyarakat, harus ada sikap peduli dan memiliki satu perasaan pemikiran yang sama ketika memandang kasus HIV AIDS ini. 

Dan yang utama adalah harus ada kebijakan yang mengatur bagaimana penanggulangan penyebaran penyakit menular dan mematikan ini. 

Untuk kasus HIV AIDS karena ini adalah salah satu penyakit yang terutama ditularkan dari hubungan seks maka segala peraturan yang liberal dan sekuler yang menjadi corong harus dihilangkan. Sudah nyata bahwa seks bebas dan LGBT menjadi penyebab terbesar menularnya penyakit ini. 

Maka dibutuhkan sistem yang tegas, terhadap perulaku dekstruktif ini. Hanya Islam Yeng telah terbukti bisa melakukan penjagaan secara nyata terhadap jiwa dan kehormatan setiap insan. Maka sudah saat nya lah kita menjadikan Islam sebagai rahamatal Lil 'Aalamiin, bukan sekedar agama ritual semata.[MO/ge]





Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close