-->

Bakar Panji Rasul: Neo Belah Bambu?

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh : Puput Yulia Kartika, S.Tr.Rad
Koordinator SMART Muslimah Community

Mediaoposisi.com-Jagat dunia maya kini tengah diramaikan, pasalnya menyeruak pemberitaan mengenai video dibakarnya bendera bertuliskan kalimat Tauhid.

Dalam video tersebut tengah memperlihatkan beberapa pemuda yang berasal dari gerakan Banser (Badan Anshor Serbaguna) sedang membakar bendera hitam yang di dalamnya berlafadzkan kalimat 'Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah' pada saat Hari Santri Nasional (HSN) 201

Menurut Ketua Umum PP GP Ansor selaku induk dari Banser, Yaqut Cholil Qoumas, bahwa pembakaran yang mereka lakukan merupakan pembakaran terhadap bendera HTI, katanya saat dimintai konfirmasi, Senin (22/10/2018). (detikNews)

Sungguh sangat disayangkan, bagaimana bisa mereka yang 'mengaku' sebagai seorang Muslim melakukan tindakan seperti itu.

Bahkan tidak ada asap, dan tidak ada api. Berdalih bahwa bendera tersebut milik Hizbut Tahrir Indonesia, padahal di dalam lafadz bendera tersebut tidak ada tulisan Hizbut Tahrir Indonesia melainkan hanya kalimat  Tauhid.

Hal ini membuat umat Muslim menjadi marah dan kesal akan tindakan tersebut. Bahkan tak menutup kemungkinan, hal ini akan menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam itu sendiri.

Jika perpecahan antar umat Muslim terjadi, maka dapat dipastikan mereka lah para kafir barat yang akan merasa senang. Dengan begitu mereka akan semakin mudah memperkokoh kedudukannya di negeri-negeri Muslim, terlebih di negeri ini.

Kejadian ini, seperti strategi 'politik belah bambu'. Mengklaim diri bahwa ormasnya merupakan yang paling cinta tanah air dan menjaga keutuhan negara, sementara yang lainnya tidak.

Strategi ini pernah dilakukan barat sejak masa pemerintahan daulah khilafah Utsmaniyah. Kala itu, barat selalu berusaha mencari cara untuk menghancurkan daulah khilafah.

Berbagai peperangan propaganda militer dan non militer dilancarkan, namun kekuasaan sentral Khilafah Islam tetap 'tak tersentuh'.

Barat menyadari bahwa kaum Muslim tidak dapat dikalahkan melalui jalur militer, dan menyimpulkan bahwa cara satu-satunya mengalahkan kaum Muslimin ialah dengan 'mempengaruhi' mereka terhadap ajaran Islam.

Mereka mencabut pemahaman Islam dalam benak-benak kaum Muslim, sehingga negara Islam dapat dijatuhkan dari dalam. Tentu, hal ini diprediksi dapat menimbulkan efek yang luar biasa, sehingga negara Islam dapat dilenyapkan hingga ke akar-akarnya.

Untuk melancarkan misinya tersebut, mulailah mereka menebarkan benih-benih nasionalisme sebagai langkah awal memulai propagandanya.

Dengan mengutus para agennya, mereka melancarkan misi tersebut, dengan berkedok bantuan kemanusiaan dan ilmu pengetahuan.

Para misionaris yang terdiri dari Inggris, Perancis dan Amerika melancarkan misinya dalam 2 tujuan utama, yang pertama menjauhkan kaum Muslim dari pemahaman 'yang benar' tentang Islam.

Lalu, yang kedua menanamkan benih-benih nasionalisme untuk menciptakan kesenjangan antara orang-orang Turki, Arab dan Persia.

Benarlah apa yang diprediksikan, akhirnya terjadi permusuhan yang luar biasa antara Muslim Turki dan Arab. Keduanya saling menjatuhkan dan saling tuduh. Dan pada akhirnya mampu mengubur khilafah Islam sedalam-dalamnya hingga tak mampu bangkit lagi bahkan sampai saat ini.

Kejadian itu seperti kondisi saat ini, dimana ada golongan umat Muslim yang merasa paling benar sendiri hingga berani membakar bendera Rasulullah yang justru menjadi pemersatu umat Muslim.

Bila kita menilik pada sejarah masa lalu, maka akan kita dapati bahwa bangsa kuno telah mengenal bendera-bendera dan panji-panji. Sebut saja misalnya bangsa Romawi, Persia dan bangsa lainnya, termasuk didalamnya bangsa Arab Jahiliah bahkan pada masa Islam.

Kala itu, panji-panji yang dibuat sangat sederhana sekali. Biasanya, sebelum berperang orang-orang Arab akan mengambil tombak lalu kemudian memotong pakaian atau baju istrinya dengan bentuk segiempat, kemudian mengikatnya diujung tombak.

Begitupun dengan kaum Muslim, mereka menggunakan bendera Al-Liwa (yang berwarna putih) dan Ar-Raayah (yang berwarna hitam) pada saat ekspedisi-ekspedisi perang yang dilakukan Nabi SAW.

Berdasarkan ahli sejarah, pengarang kitab-kitab tentang peperangan dan ahli -ahli lainnya, bahwa Al-Liwaa' adalah al-'alam (bendera) yang berukuran besar, dengan kata lain ia merupakan bendera negara.

Sedangkan, Ar-Raayah al-'alam (bendera) yang berukuran kecil, yang diserahkan oleh Khalifah atau wakilnya kepada pemimpin perang serta komandan-komandan pasukan Islam lainnya. Ar-Raayah merupakan tanda yang menunjukkan bahwa orang yang membawanya adalah pemimpin perang.

Adapun nash-nash yang mendukung kesimpulan tersebut, bahwa Imam al-Waqidiy telah menjelaskan tentang Al-Liwaa' al-a'dzam (bendera terbesar),

 tatkala beliau menuturkan sebuah hadits yang menceritakan tentang Perang Uhud, “Al-Liwaa' al-A'dzam diserahkan kepada Mush'ab bin 'Umair ra, sedangkan liwaa' al-Aus (bendera suku Aus) diserahkan kepada Usaid bin al-Hudlair,

sedangkan liwaa' al-Khazraj (bendera suku Khazraj) diserahkan kepada Sa'ad atau Hunan.” (Al-Maghazi-Al-Waqidi)

Selain itu, menurut Imam Ibnu 'Abdil Bakar menyatakan dalam perang Badar, kala itu Al-Liwaa' diserahkan kepada Mush'ab bin 'Umair,

sedangkan Ar-Raayah al-waahidah (Panji pertama) diserahkan kepada 'Ali, Panji kedua diserahkan kepada seorang laki-laki dari suku Anshar -keduanya berwarna hitam dan berukuran kecil- sedangkan bendera suku Anshar diserahkan kepada Sa'ad bin Mu'adz. (Ad-Durur-IbnuAbdil Barr-, hal.102)

Bahkan dalam haditsnya dari Ibnu Abbas Rasulullah Saw bersabda :

"Rayah Rasulullah berwarna hitam dan liwa'-nya berwarna putih, tertulis padanya Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah" (HR. Syaikh Al-Ashbahani dalam Akhlaq an-Nabiy Saw.)

Jadi, sangat disayangkan bila berkata bendera tersebut milik HTI terlebih sampai membakarnya. Sebagai umat Muslim, seharusnya yang kita lakukan bukanlah memecah belah umat.

Tetapi seharusnya, saling bersinergi dalam berdakwah dengan menjalin ikatan ukhuwah islamiyah, sebagaimana dalam firman Allah SWT :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Yang artinya, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat” (TQS Al Hujurat: 10).[MO/gr]









Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close