-->

"Sabar Terhadap Penguasa yang Zalim, Bolehkah?"

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen


Oleh: Ana Nazahah 
(Member Revowriter Aceh)

Mediaoposisi.com-Sebagai seorang Muslim, manusia diwajibkan memiliki sifat sabar. Terlebih kesabaran dalam meniti jalan iman dan ketaatan.

Hanya saja, ada sebagian dari kita yang masih keliru dalam memaknai kesabaran. Lalu timbullah wacana dalam masyarakat jika bersabar itu artinya menerima dengan lapang dada setiap situasi yang ada.

Diantara kesalahan dalam memaknai istilah sabar ini misalnya, bersabar terhadap kezaliman penguasa, bersabar terhadap kemiskinan sehingga enggan berusaha, bersabar saat dianiaya dan difitnah tanpa ada niat meluruskan masalah yang sebenarnya.

Nah, sabar model begini adalah sabar yang keliru dan bisa berakibat fatal. Kenapa fatal? Bayangkan jika kita hanya berdiam diri saat penguasa berbuat kezaliman di atas muka bumi, niscaya kehancuranlah yang akan terjadi. Penguasa yang zalim akan terus menzalimi kehormatan, hak dan agama kita.

Seperti yang terjadi hari ini, perlakuan penguasa terhadap rakyat sudah nyata zalimnya. Terlihat dari berbagai kebijakan yang jahat. Seperti menaikkan harga BBM dan menghapus subsidi. Akibatnya merembes ke harga barang yang semakin tinggi seiring tingginya harga produksi. Di waktu yang sama malah pemerintah mengimpor barang yang sama, namun dengan harga berbeda.

Ekonomi rakyat ditikung penguasa sendiri. Selanjutnya, rakyat tercekik. Ekonomi rakyat mati. Mencari kerja sulit, seiring persaingan antar tenaga kerja asing yang justru dimuluskan administrasinya oleh penguasa kita sendiri.

Ini hanya salah satu model kezaliman dari sekian banyak bentuk kezaliman yang terjadi. Lalu pantaskan kita diam dan memaknai kata sabar dalam arti merelakan sepenuh hati? Maka di sini, kesalahpahaman kita dalam memaknai sifat sabar harus segera dibenahi.

Memang benar Allah SWT dan Rasul-Nya memerintahkan kita bersabar dalam setiap situasi. Termasuk bersabar terhadap para penguasa, zalim sekalipun. Hanya saja sabar di sini bukan bermakna berdiam diri. Justru sebaliknya sabar yang dimaksud adalah dengan menentang kezalimannya dan tidak tinggal diam atas kemaksiatannya para penguasa.

Rasulullah SAW bersabada:

أَفْضَلُ الْجِهَادِ، كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat yang adil (haq) kepada penguasa (sulthan) yang zalim.” (HR Abu Dawud 4346, Tirmidzi no 2265, dan Ibnu Majah no 4011).

Selain itu Allah SWT juga memerintahkan kita untuk senantiasa menyampaikan kebenaran dengan ma'ruf. Kepada setiap manusia, termasuk para penguasa,

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (Ali Imran: 104).

Maka jelaslah, perintah Allah SWT agar kita senantiasa tidak berdiam diri terhadap kemaksiatan, kezaliman dan segala bentuk kekufuran lainya. Allah SWT memerintahkan kita untuk menyampaikan yang haq. Mencegah yang batil meski yang melakukan kebatilan itu adalah para penguasa.

Tentunya dakwah ini tidak mudah, malah berat dan sulit. Sebagaimana yang terjadi pada nabi dan Rasul terdahulu. Mereka para nabi dan rasul tak lelah mengemban risalah agama ini. Mereka terus bersabar meski cobaan silih berganti. Oleh karena itu, sudah semestinya kita menjadikan kesabaran mereka sebagai contoh, dan tauladan yang baik.

Allah Swt berfirman:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۖ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat" (al-Baqarah: 214).[MO/sr]



Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close