Oleh: Nunung Nurlaela, SEI., MSI
(Dosen STEI Hamfara Yogyakarta)
Mediaoposisi.com- Bisnis tanpa riba makin terlihat geliatnya di tengah masyarakat saat ini. Menarik, apa yang dipaparkan oleh Samsul Arifin (Coach bisnis syariah dan founder MTR) dalam kuliah umum di STEI Hamfara beberapa waktu yang lalu.
Kuliah umum yang diikuti oleh para mahasiswa STEI Hamfara, dan mahasiswa luar kampus, serta masyarakat umum. Forum menjadi semakin menarik dengan tema yang diusung, yaitu Bisnis Tanpa Riba, Prospek, Peluang Dan Tantangannya.
Prospek bisnis tanpa riba, baik peluang dan tantangannya makin menunjukkan titik terang. Seiring dengan berkembangnya wacana ekonomi syariah di berbagai kalangan. Gaungnya makin ramai dan banyak dibicarakan.
Terlebih lagi dengan hadirnya komunitas MTR (Masyarakat Tanpa Riba). MTR adalah bagian dari komunitas Kampung Syarea World (KSW), sebuah komunitas yang awalnya merupakan komunitas bagi para developers, landlords, dan business dalam bidang real estate dan property. KSW mempuyai komitmen mengembangkan bisnis syariah tanpa riba, tanpa utang, tanpa akad-akad batil.
Berusaha untuk selalu menghindari unsur-unsur akad yag dilarang oleh hukum syara.
Seiring berjalannya waktu dan makin canggihnya teknologi informasi, komunitas ini makin berkembang hingga ke seluruh lapisan masyarakat. Siapa saja bisa ikut dan menjadi anggota MTR, bahkan mahasiswa sekalipun. Saat ini komunitas MTR telah terbentuk dan tersebar hampir di 70 kota di Indonesia.
MTR berusaha untuk membangun komunitas yang solid dan selalu berkomunikasi dengan anggota-anggotanya yaitu dengan cara membentuk grup dalam aplikasi WhatsApp (WAG) di tiap kota. Pengurus atau adminnya akan disebut volunteers.
WAG tersebut adalah sarana anggota untuk memperoleh informasi terkait dengan event-event MTR skala nasional atau event lainnya. Anggota juga bisa bertanya tentang persoalan muamalah dan persoalan lain dalam kehidupan sehari-hari dan membahasnya dari sudut pandang Islam.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS.Al-Baqarah : 208)
Ayat tersebut adalah Visi yang diusung oleh MTR dalam rangka melaksanakan perintah Allah untuk menegakkan Islam secara kaffah (menyeluruh). Misinya adalah menyeru, membimbing, dan menyelamatkan umat dari fitnah riba dalam berbagai bentuknya serta mengupayakan optimalisasi potensi umat dengan sinergi yang syar’i.
Setiap WAG MTR juga memiliki rules of the game yang unik : Pertama, sesama anggota agar saling ta’aruf atau kenal mengenal, tidak hanya di dunia maya, namun berlanjut dalam kehidupan nyata salah satunya dengan cara datang dan hadir dalam event (kopdar) MTR.
Kedua, dilarang copas. Setiap anggotanya dilatih untuk mengutarakan pemikiran dan kata hatinya sendiri, MTR tidak menerima anggota dengan mental plagiator. Ketiga, dilarang menjadi penonton atau silent reader, setiap orang harus berusaha memberikan kontribusi positif agar memiliki manfaat dan juga motovasi, serta inspirasi bagi anggota lainnya.
Keempat, dilarang membagikan atau posting berita dan meme hoax, sampah, dan gosip. Postingan yang dibagikan haruslah berupa sesuatu yang akan membuat kehidupan pribadi, bisnis, keluarga, keuangan, spiritual, dan sosial menjadi lebih baik.
Kelima, membiasakan diri menjadi bagian dari tata kehidupan yang Islami, menjadi pribadi yang bertakwa dan ber-amar ma’ruf nahi munkar.
Keenam, melakukan marketing dan selling di dalam grup hanya di hari Sabtu.
Ketujuh, posting informasi event selain dari MTR harus minta ijin admin, dan pembatasan posting foto maksimal 3 gambar. Bila terjadi pelanggaran terhadap rules of the game, maka member akan dikeluarkan dari grup, namun akan dikembalikan lagi bila bersedia mempelajari dan mentaati kembali peraturan grup.
Selain interaksi di dalam grup WAG, MTR memiliki beberapa kegiatan untuk melayani ummat antara lain mengadakan Kajian Fikih Muamalah setiap bulan yang biasanya diasuh langsung oleh Ustadz Shiddiq Al Jawi sekaligus pembina MTR.
Kemudian secara kondisional ada kegiatan DOTS (Dakwah On The Spot), yaitu berupa tebar brosur informasi mengenai event-event tertentu MTR atau edukasi bahaya utang dan riba, Dan juga ada acara temu atau kopdar warga MTR.
Setiap anggota atau warga MTR bisa hadir dan menyampaikan berbagai permasalahan hidup terutama yang berkaitan dengan utang dan riba. Tak ketinggalan, mengadakan event skala nasional biasanya berupa seminar, training, dan workshop. (Sumber: fanpage Masyarakat Tanpa Riba Chapter Jember).
Peluang MTR
Peluang MTR saat ini begitu besar, di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat, terutama kaum muslimin akan hukum-hukum transaksi riba dan yang terkait dengannya. MTR tentu saja bisa terus berkembang dan mampu memberikan sumbangsih yang baik dan nyata di tengah umat yang makin hari makin bergeliat ghiroh keIslamannya.
Masyarakat juga makin paham dan sudah membuktikan akan ngerinya ketika terjerat riba. Banyak sekali yang merasa menyesal dan kapok untuk melakukan transaksi yang dilarang oleh agama tersebut.
MTR juga mampu melahirkan para pengusaha-pengusaha yang sukses. Bisnis para anggota MTR ini sangat beragam,. Mulai dari bisnis kuliner, teknologi informasi, sampai bisnis kerajinan dan fashion. Para pengusaha sukses ini membangun bisnis mereka sedari awal dan rata-rata mempunyai pengalaman tersangkut dengan transaksi riba. MTR membantu mereka untuk terus bisa survive dan berusaha lepas dari jeratan riba.Saling support dan memberikan dukungan kepada satu sama lainnya
.
Umat Islam sudah banyak beralih kepada transaksi dan muamalah yang sesuai dengan hukum Islam. Walau belum sepenuhnya optimal dan sempurna pelaksanaanya, keberadaan MTR cukup mempunyai pengaruh yang besar dalam perjuangan mengopinikan dan menerapkan ekonomi syariah.
Tantangan MTR
Saat ini, setiap ide atau wacana tentang syariah, pasti akan menemui tantangan. Tak terkecuali MTR ini. Pasti akan ada tantangan baik dari dalam maupun dari luar, bahkan skala internasional. Kondisi perekonomian Indonesia yang masih menganut sistem ekonomi kapitalis, adalah tantangan terbesar bagi komunitas ini. Sebagian besar bisnis dan juga usaha dikuasai oleh para kapitalis baik asing maupun domestik. Bisnis para kapitalis yang hampir semuanya mengandung unsur maghrib (maisir, ghoror, dan riba).
Namun, dengan tetap tekun berdakwah dan terus menerus memberikan edukasi dan opini tentang transaksi riba dan muamalah batil lainnya, bisa dipastikan makin meluasnya masyarakat tanpa riba ini, dan akhirnya mampu mewujudkan dan menjadikan perekonomian Indonesia makin stabil, mandiri, dan berkah, serta mensejahterakan rakyatnya.
Harapannya, dengan adanya komunitas Masyarakat Tanpa Riba, umat makin banyak yang sadar dan memiliki ilmu tentang bahaya riba bagi kehidupan di dunia dan akhirat hingga tumbuh kesadaran untuk kembali kepada aturan Allah SWT secara totalitas.[MO]