Oleh: Nurhayati
(Mahasiswa, Aktivis Back to Muslim Identity Community Samarinda)
Mediaoposisi.com- Islam agama yang sempurna. Karena kesempurnaannya, tak ada yang tak di atur dalam Islam. Risalah Islam datang untuk meluruskan yang bengkok dan membenarkan yang haq. Agama ini dibawa oleh pemuda, diperjuangkan hingga berjaya ditangan pemuda. Sejatinya Islam tak pernah kehabisan jiwa-jiwa muda yang senantiasa membela dan mempertahankan kemuliaannya.
Saat ini pun demikian, pembela-pembela Islam datang dari berbagai kalangan. Bangga berislam dan rela berkorban. Namun dari kalangan pembenci Islam pun tak kehabisan akal untuk memfitnah dan meredupkan cahaya Islam. Saat ini, Islam berusaha dijauhkan dari para pemuda. Di diskriminasi bahkan di fitnah hingga pemuda anti terhadap Islam.
Fitnah yang diciptakan menimbulkan ketakukan. Membuat umat phobia terhadap Islam hingga tersemat gelar islamophobia. Sebutan bagi orang-orang yang takut akan Islam garis keras. Salah satu sasarannya yaitu pemuda dari kalangan mahasiswa.
Entah sudah berapa kali rezim ini menghukum mahasiswa yang menyuarakan Islam kaffah. Mulai dari ancaman hingga resiko drop out dari kampus. Ancaman itu bukan isapan jempol semata, bukan pula sekadar gertak sambal. Rezim membuktikan ancamannya.
Seorang aktivis mahasiswa Kendari di skorsing sementara. Saat dimintai kejelasan mengenai alasan diskrosingnya, pihak kampus tidak memberi keterangan pasti. Di kampus lain, sebuah lembaga dakwah dibekukan keorganisasiannya hanya karena mereka terlibat aksi menyuarakan Islam kaffah di muka umum.
Hambatan senada juga dirasakan kalangan aktivis mahasiswa dari berbagai penjuru. Hingga ada yang merasakan udara malam jeruji besi.
Rezim panik menampakkan ketakutan berlebihan terhadap semangat juang pemuda Islam. Menghalalkan berbagai cara, menggunakan kuasa demi membatasi gerak mahasiswa. Ya. Sekali lagi isu islamophobia dimainperankan. Takut jika Islam berpolitik, umat menyeru Islam kaffah.
Demi membendung opini yang tersebar luas, siapa saja yang pemikirannya sejalan dengan islam kaffah, segera “disingkirkan”. Lagi-lagi karena phobia terhadap Islam, takut dengan Islam aliran keras.
Di kalangan mahasiswa sendiri, isu islamophobia di goreng sedemikian rupa. Mahasiswa terbagi menjadi dua kubu. Satu kelompok mengecam islamophobia, satunya lagi termakan isu islamophobia. Yang mengecam sadar bahwa itu fitnah, yang percaya berbalik takut terhadap Islam.
Bercermin pada mahasiswa yang di skorsing, di bekukan kegiatan lembaganya hingga pada mahasiswa yang masuk penjara.
Mahasiswa yang termakan isu islamophobia menjadikan semua hal diatas sebagai dalih untuk menjadi muslim yang biasa-biasa saja.
Tak ingin andil dalam perpolitikan, enggan membela kepentingan umat. Lebih memilih larut dengan segudang tugas dalam kurikulum kapitalis. Semua ini terjadi di kalangan mahasiswa yang notabenenya beragama Islam.
Sesungguhnya isu islamophobia merupakan agenda monsterisasi ajaran Islam. Membuat orang-orang beriman anti terhadap Islam politik dan menjauhi ajaran Islam kaffah. Tarhadap mahasiswa, isu islamophobia dijadikan momok membungkam suara kritis mereka.
Membuat mahasiswa takut membela Islam dengan ancaman pembekuan kegiatan, skorsing, dan hal-hal yang dapat dilakukan dengan kekuasaan universitas.
Padahal sesungguhnya Islam adalah agama tanpa kekerasan. Mencintai perdamaian. Menentang pertikaian. Islam adalah agama yang dengan tegas membedakan antara yang haq dan yang bathil. Tidak mungkin agama seperti ini beraliran keras sebagaimana fitnah yang ditujukan padanya.
Didalam Islam umat muslim justru diajarkan untuk saling memaafkan dan tidak mendendam. Tidak mencela kepercayaan lain dan menghormati agama lainnya.[MO]