Ilustrasi |
Oleh Jaka Tingkir
Mediaoposisi.com-GOLONGAN PUTIH adalah golongan orang-orang mukmin yang senantiasa mendapat keberuntungan dari Allah. Hati orang beriman putih bersih memancarkan perilaku yang sholeh.
Orang-orang mukmin sebagai golongan kanan senantiasa sembahyang, menunaikan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan Allah.
Orang mukmin sebagaimana para Nabi selalu menganjurkan manusia agar menyembah Allah. Sebab seluruh Nabi adalah mukmin dan muslim yang senantiasa tunduk patuh kepada Allah dan berdakwah kepada manusia agar berjalan di jalan Allah.
Orang mukmin senantiasa mengajak kepada agama Allah kepada seluruh manusia. ‘Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku’ [QS Al Mukminun : 52]
Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan karena keimanan yang ada dalam dirinya. Orang mukmin adalah orang timbangan kebaikannya lebih besar dibandingkan timbangan keburukannya.
GOLONGAN HITAM adalah golongan orang-orang kafir yang penuh kegelapan, hidupnya hitam dan kelam. Orang kafir selalu menentang dan membangkang perintah Allah dan melakukan berbagai kemaksiatan.
Orang kafir sebagai golongan kiri selalu bermaksud menimbulkan berbagai kerusakan di muka bumi. Orang-orang kafir adalah mereka yang menyembah selain kepada Allah. Orang kafir selalu mendustakan para Nabi dan Rasul yang diutus Allah kepada mereka.
Orang kafir selalu mencaci para Nabi dan Rasul. Dulu Nabi SAW yang mulia pernah disebut sebagai sebagai orang gila (QS al-Hijr: 6), tukang sihir (QS Shad: 4), penyair gila (QS Shaffat: 37), pemecah-belah persatuan kaumnya, dsb.
Tak hanya diri Rasul, ajaran Islam juga tak lepas dari berbagai cacian dari orang-orang golongan hitam ini. Al-Quran, misalnya, disebut sebagai ayat-ayat sihir (QS al-Muddatsir: 24), kumpulan dongeng (QS al-Muthaffifin: 13); juga dituding sebagai karya orang ‘ajam (non Arab), bukan kalamullah (QS an-Nahl: 103).
Orang-orang kafir selalu mengajak manusia kepada jalan kesesatan yakni jalan setan. Dengan berbagai cara, mereka ingin menjerumuskan kaum muslimin agar mengikuti cara berfikir dan bersikap mereka yang sesat dan menyesatkan. Mereka selalu mempropagandakan sistem thoghut.
Nasib kaum kafir adalah kesengsaraan di dunia dan siksa di akherat. Kaum kafir penentang Nabi Nuh dibinasakan oleh Allah. ‘Sesungguhnya pada (kejadian) itu benar-benar terdapat beberapa tanda (kebesaran Allah), dan sesungguhnya Kami menimpakan azab (kepada kaum Nuh itu)’ [QS Al Mukminun : 30]
‘Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman’ [QS Al Mukminun : 44]
Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (Kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata. Kepada Fir´aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini sombong dan mereka adalah orang-orang yang sombong [QS Al Mukminun : 45-46]
Orang-orang kafir adalah mereka berat timbangan keburukannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung [QS Al Mukminun : 117]
GOLONGAN ABU-ABU adalah golongan kaum munafik yang mengaku mukmin tapi bersekongkol dengan orang-orang kafir. Golongan ini memiliki dua muka antara kejahatan dan kebohongan.
Orang-orang munafik senantiasa menghalangi dakwah dan perjuangan kaum muslimin demi meraih kepentingan duniawi semata-mata. Orang munafik lebih berbahaya dibandingkan orang kafir, ibarat musuh dalam selimut.
Ancaman bagi kemunafikan adalah di siksa di dasar neraka, sebab kaum munafik bisa tersenyum di depan kaum muslimin namun bisa menikam dari belakang. Kaum munafik senantiasa berkhianat, berdusta dan mengingkari.
Mulut orang munafik selalu menyatakan keimanan dan kebaikan, namun mereka sesungguhnya menginginkan penyembahan kepada thoghut.
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya [QS An Nisaa : 60]
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. [QS An Nisaa : 61]
Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna" [QS An Nisaa : 61]
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka [QS An Nisaa : 62
Kaum munafik mulutnya mengaku sebagai golongan putih tapi hatinya sesungguhnya termasuk golongan hitam. Mereka berada di golongan abu-abu atau golongan tengah antara keimanan dan kekafiran.
Maka, jadilah golongan putih yang mukmin, jangan jadi golongan hitam yang kafir, terlebih jangan jadi golongan abu-abu yang munafik.