-->

Disfungsi Bulog, Malapetaka Bagi Petani Dan Negeri

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen
ilustrasi
Oleh: Novita Sari Gunawan
Anggota Akademi Menulis Kreatif
Aktif Berkontribusi dalam pembinaan SDM muslimah


Negeri ini memang kaya
Kaya orangnya, kaya binatangnya
Kaya alamnya, kaya budayanya
Negeri ini memang kaya
Kaya pejabatnya, kaya penjahatnya
Kaya idenya, kaya sejarahnya
Negeri ini memang kaya

Mediaoposisi.com-  Bernostalgia ke era 80'an silam, tampaknya suasana tanah air dari cuplikan lirik yang dibawakan oleh penyanyi kondang Iwan Fals masih berperan saat ini. Negeri ini memang kaya dan hingga kini masih kaya. Sumber daya alam yang melimpah ruah, luasnya lautan dan juga lahan pertanian yang lapang. Meruahnya padi di hamparan sawah yang membentang wilayah tanah air tak seharmoni dengan stabilitas harga pangan belakangan ini. Masyarakat dikejutkan dengan harga beras yang membumbung tinggi justru disaat petani sedang masuk masa panennya.

Harga beras medium dijual Rp 10.500/kilogram (kg). Harga tersebut turun Rp 500, dari sebelumnya Rp 11.000/kg. Hanya saja masih di atas harga eceran tertinggi (HET) beras medium yaitu Rp 9.450/kg. Sedangkan beras premium dijual Rp 13.000/kg, turun dari sebelumnya Rp 13.800/kg. HET beras premium adalah Rp 12.800/kg. Beras Medium sebelumnya Rp 11.000-an per kg sekarang kisaran Rp 10.000/kg sampai Rp 10.500/kg. Premium sebelumnya Rp 13.800/kg sekarang Rp 12.500/kg sampai Rp 13.000/kg. (finance.detik.com/08/03/2018)

Di negeri yang kaya, semestinya stabilitas harga pangan dan kemandirian pangan penting untuk menjaga kewibawaan negara. Ketergantungan dengan mengimpor pangan merugikan negara secara politik dan ekonomi. Bulog seharusnya membeli semua beras hasil panen petani tanah air bukan malah mengimpor beras. Ironisnya, ini dilakukan ketika mereka memasuki masa panen. Akibatnya para petani harus gigit jari karena Indonesia dibanjiri beras impor sehingga harga beras dari petani tidak kompetitif lagi.

Membaca fakta yang terjadi, Bulog dijadikan mesin uang oleh parpol dan pejabat untuk kepentingan pribadi atau parpolnya. Adanya kongkalikong diantara pengusaha, legislatif bahkan eksekutif untuk menjadikan Bulog layaknya sapi perahan. Direktur Centre For Budgeting, Uchok Sky Khadafi melihat banyaknya celah korupsi dalam tubuh Bulog yang sangat banyak. Bisa datang dari kebijakan impor hingga pengadaan barang melalui petani.

Beras
"Bulog itu kan kebanyakan dari impor. Impornya saja sudah dapat 'biaya' dari situ. Kemudian, pembelian beras melalui petani dengan harga yang ditentukan. Dari situ pun ada korupsi besar," ujarnya. Selain dari itu, celah lain berasal dari kucuran anggaran subsidi yang diberikan pemerintah untuk komoditas tertentu, semisal beras. Lemahnya sistem dan banyak celah penyimpangan di Bulog membuat badan atau perusahaan ini jadi ladang subur bagi korupsi. "Celah itu yang bisa dimanfaatkan untuk korupsi,"  ujarnya lagi.
(merdeka.com/08/05/2015)

Ketua Komisi IV DPR RI Edhy Prabowo mengatakan, Menteri Pertanian pernah bilang tidak akan melakukan impor beras setidaknya hingga pertengahan 2018 karena produksinya mencukupi. Selain itu, pemerintah juga memiliki serapan beras 8-9 ribu ton per hari. Bahkan di beberapa daerah mengalami surplus beras."Impor beras adalah bentuk mengkhianati petani kita sendiri,"

Dia mengatakan langkah pemerintah melakukan impor menimbulkan banyak kejanggalan dan tanda tanya. Beberapa waktu lalu pemerintah berani tidak melakukan impor beras meski musim kemarau melanda. Tetapi kenapa saat kondisi iklim sedang normal seperti sekarang ini malah melakukan impor beras besar-besaran. "Ada apa di balik semua ini?" ucapnya.
(politik.rmol.co/13/01/2018)

Sebagai sebuah agama sempurna yang tak hanya mengurusi ranah ibadah saja namun juga mengatur urusan publik, Islam memandang pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib dipenuhi per individu oleh negara.  Seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT  kelak apakah masih ada salah seorang dari rakyatnya yang kelaparan.

Dalam hal ini negara akan memberikan subsidi yang besar bagi para petani agar mereka dapat memproduksi pangan. Dengan biaya produksi ringan, maka keuntungan yang mereka peroleh juga besar. Sebab, pangan adalah masalah strategis. Sebagai bentuk kemandirian dan kekuatan sebuah negara. Maka dari itu seyogyanya tidak tergantung kepada negara lain.

Ketergantungan pangan terhadap negara lain akan mengakibatkan mudahnya negara tersebut dijajah dan dikuasai. Kebijakan politik pertanian dalam islam akan meningkatan produksi pertanian dan kebijakan pendistribusian yang adil per individu, sehingga kebutuhan pokok masyarakat pun terpenuhi.

Dalam  pandangan Islam, sektor pertanian merupakan salah satu sumber primer ekonomi di samping perindustrian, perdagangan, dan jasa. Dengan demikian pertanian merupakan salah satu pilar ekonomi yang dapat menyebabkan goyahnya suatu negara apabila masalahnya tidak terselesaikan. bahkan akan membuat suatu negara menjadi lemah dan berada dalam ketergantungan pada negara lain. 

Selayaknya kebijakan pangan harus dijaga dari unsur dominasi negara asing, seperti yang terjadi dalam sistem kapitalisme saat ini. Dengan mengoptimalkan pengelolaan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan, maka akan terwujud kesejahteraan dan keadilan yang dirasakan oleh seluruh rakyat tanpa terkecuali.[MO]






Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close