John F. Kennedy lebih dekat kepada Soekarno. |
Oleh Don Zakiyamani
Ketua Umum Jaringan Intelektual Muda Islam (JIMI)
Mediaoposisi.com- Bila dibandingkan pendahalunya, Presiden ke-35 John F. Kennedy lebih dekat kepada Soekarno. Hubungan erat keduanya mampu memaksa Belanda keluar dari Irian Barat. Kebijakan ekonomi Soekarno juga mendapat dukungan John F. Kennedy walaupun senat USA tidak sepaham dengan Kennedy.
Keputusan John F. Kennedy untuk memberi bantuan paket ekonomi Indonesia hanya berumur 3 hari. 22 November 1963 John F. Kennedy ditembak dan menghembuskan nafas terakhir. Penggantinya (Johnson) membatalkan paket ekonomi tersebut, hubungan Soekarno-USA kembali memburuk. 2 tahun sebelumnya (1961) Soekarno membuat kebijakan yang membuat Asing (Caltex) ketar-ketir.
Kebijakan ekonomi Soekarno mengharuskan perusahaan Amerika Serikat tersebut memberikan hasil bumi kepada Indonesia minimal 60%. Kebijakan Soekarno ini mendapat dukungan dari koleganya, John F. Kennedy. Kita ketahui bersama Augustus C. Long donatur utama Johnson merupakan pemilik Caltex.
Walaupun tak bisa dituduhkan ada konspirasi jahat terhadap Kennedy, akan tetapi kebijakan Soekarno yang sangat nasionalis itu memang membuat gerah Caltex dan perusahaan pertambangan Asing di Indonesia. Kennedy ikut mendukung Soekarno bukan mendukung perusahaan Amerika Serikat.
Soeharto sebagai penerus Soekarno dikemudian hari malah lunak pada Freeport. UU PMA No. 01 Tahun 1967 menjadi legalitas formal bagi Freeport untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Ibnu Soetowo sebagai Menteri Pertambangan dan Perminyakan memudahkan Freeport masuk.
Kini Freeport mulai berulah, proposal yang diajukan Jokowi ditolak. Sebelumnya Presiden Gus Dur (2002) menurut Juru Bicaranya, Adhie Masardi (2015) pernah mengatakan bahwa Menlu USA mendatangi Gus Dur. Tak ingin menuruti kehendak mereka, akhirnya Gus Dur dijatuhkan dengan kasus yang tak logis.
Jatuhnya Soeharto disinyalir ada andil Amerika Serikat, sejak embargo militer yang diberlakukan (1995) oleh Amerika Serikat, Indonesia melirik Rusia. Embargo dilatarbelakangi dugaan pelanggaran HAM di Timor Timur (1991), dikemudian hari (1999) B.J. Habibie memberikan referendum ke Timor Timur (Timor Leste).
Sejarah panjang bangsa Indonesia ternyata tak bisa dipisahkan dari USA dan Freeport. Tahun 2003 Indonesia sempat membeli Sukhoi dari Rusia, saat itu Megawati mengambil kebijakan untuk menjaga kekuatan militer kita. Dua tahun berselang embargo dicabut (2005), SBY tampaknya mengembalikan hubungan Indonesia-USA.
Langkah Jokowi terhadap Freeport saat ini sudah tepat, saat ini Jokowi menggandeng dua negara yang bersebrangan dengan USA (Rusia-China). Dua negara itu akan mendukung Jokowi dan mempertahankan Jokowi dari jabatannya. Jokowi juga memiliki teman dekat Donald Trumph, Setya Novanto.
Itu berarti Jokowi akan aman hingga 2019 dan kembali menang pada pilpres mendatang. Jokowi juga memiliki parpol pendukung mayoritas, potensi menjadi kandidat tunggal sangat besar. Menarik dicermati bila Donald Trumph kemudian mendukung proposal Jokowi kepada Freeport.
Peristiwa John F. Kennedy bisa saja menimpa pada Donald Trumph. Apalagi Donald Trumph dianggap lebih dekat atau condong menjadi partner Rusia. Perubahan arah politik di Amerika Serikat akan berdampak pada Indonesia, harus diakui sejak dahulu hingga sekarang.
Amandemen UUD 45 yang sangat sporadis disinyalir merupakan karya antek-antek USA di Indonesia. Tentu sebuah konspirasi tingkat tinggi tidak akan terurai secara detail. Kita hanya akan mampu melihat surface of conspiration, termasuk persoalan rencana pembelian senjata secara ilegal.
Pada pembelian senjata tersebut, tidak tertutup kemungkinan ada persaingan Rusia-USA. Konstelasi politik Indonesia sangat bergantung dari konstelasi politik global. Percaya atau tidak, banyak Taipan yang suka impor senjata. Video Tomy Winata dan Ahok yang menyatakan anak buahnya punya senjata peluru tajam bukan peluru karet merupakan bukti yang tidak pernah ditindak lanjuti.
Kita ketahui bersama Tomy Winata dan Gatot Nurmantyo memiliki kedekatan. Setidaknya (2/4/2017) Panglima TNI dan Tomy Winata bersama-sama menyaksikan PS TNI di Cijantung. Konstelasi politik masih terus terjadi, apapun manuver para elit sebaiknya umat jangan buru-buru mengkultuskan seseorang.
Peristiwa ditembaknya Kennedy, pengaruh Freeport terhadap konstelasi politik harus diwaspadai. Belum lagi sandiwara politik yang membuat rakyat terkotak-kotak. Jangan serahkan taqdir kita pada mereka, mari kita tentukan taqdir kita sendiri. [MO/ba]