Jenderal Gatot Nurmantyo, Berbicara Apa Adanya, Tanpa Beban
Berita Islam 24H - Dia tidak peduli mau diapakan oleh atasannya, yang penting dia harus menyampaikan apa-apa yang, menurut dia, harus dijelaskan kepada rakyat tentang situasi yang ada. Mau dimarahi atasannya, mau dicopot, mau dipecat, atau dihembus-hembuskan menjadi cawapres, beliau tak mau tahu. Karena, bagi beliau, semua ini tidak penting.
Yang penting bagi beliau adalah: Pancasila utuh, NKRI terjaga, PKI tak kambuh, Senjata ilegal tak ada.
Itulah “the real soldier”. Tentara sejati! Dialah Jendelan Gatot Nurmantyo, prajurit TNI. Anda bual, saya pergi. Ente jual, ane beli.
Orang mau berkomentar “GN sedang mencari perhatian” atau “GN berambisi menjadi presiden” atau “GN berpolitik”, dlsb, beliau tidak ambil pusing. Karena memang tidak ada satu pun diantara sangkaan ini yang penting bagi beliau.
Kalau ada orang yang terus berkomentar seperti itu, Jenderal tak akan terganggu. Karena begitulah anggapan terhadap beliau yang sangat keliru.
Panglima menumpahkan keprihatinannya terhadap situasi di Indonesia saat ini tanpa ada beban apa-apa. Karena beliau memang tidak berambisi apa-apa kecuali untuk menyelamatkan NKRI dari ancaman perpecahan dan malapetaka. Ancaman komunisme. Ancaman PKI. Ancaman ketidakadilan.
Jenderal Gatot berterus terang tentang apa yang disebutnya sebagai “impor senjata ilegal”. Pernyataan ini semula penuh kontroversi, tetapi terbukti membawa hikmah. Salah satu hikmahnya adalah Polri mengakui bahwa mereka memang membeli senjata berkaliber militer dari luar negeri. Ternyata GN tahu persis apa yang harus dilakukannya. Bahwa kemudian ucapan beliau itu berbuntut polemik tajam, bukan masalah besar.
Setelah pernyataan Panglima itu menyulut silang-pendapat di tengah masyarakat, GN tidak peduli tentang kemungkinan Presiden marah kepada dia. Atau, akan memecat beliau. Karena, yang dilakukan Pak Gatot tidak ada yang masuk kategori melawan atasan, c.q. Presiden.
Jenderal GN tidak takut dicap “partisan” ketika beliau mengatakan di depan kuliah umum bahwa “yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini adalah umat Islam. Karena memang begitu faktanya,” ujar Panglima TNI. Tetapi, dengan nada hormat dia kemudian menjelaskan bahwa fakta tentang perjuangan umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia, tidak berarti umat Islam boleh berlaku dan berperilaku sewenang-wenang. Narasi ini seratus persen disepakati oleh kaum muslimin di seluruh Indonesia.
Nyaris tidak ada komentator politik yang tidak berpendapat bahwa Jenderal Gatot mengeluarkan ucapan seperti itu hanya untuk merebut simpati umat Islam. Andaikata ini benar, sungguh strategi Panglima “menyebelahi” umat Islam sangat riskan sekali kalau dikaitan dengan pengamatan bahwa beliau berambisi menjadi presiden.
Kalaulah GN punya ambisi presidensial, maka menyebelahi umat Islam sama dengan “bunuh diri”. GN pasti tahu betapa banyaknya mata dan telinga “adidaya anti-Islam” yang memonitor Indonesia. Pasti dia masuk daftar hitam (black list) di mata superpower dunia yang punya kepentingan besar terhadap Indonesia.
Hampir pasti nama beliau tak masuk nominasi di mata “external forces” (kekuatan asing). Beliau tahu itu. Di mata kekuatan asing, “hijau yang terlalu kental” adalah warna mati.
Akan tetapi, Pak Gatot tidak peduli semua itu. Karena tidak ada ambisi apa-apa. Dia mengeluarkan peringatan apa adanya. Tanpa beban.
Gaya “apa adanya, tanpa beban” yang ditunjukkan Jenderal Gatot pastilah membuat sebagian orang senang dan sebagian lainnya gerah. Reaksi beragam itu sangatlah alami. Ini pun tidak dilayani Pak Gatot. Sebab, beliau tidak sedang “mem-browsing” opini.
Kalau kemudian nanti ada elemen umat Islam yang menjagokan Pak Gatot Nurmantyo untuk menjadi capres 2019, itu sepenuhnya di luar agenda beliau. Pak Gatot pasti tidak mau membebani dirinya dengan reaksi masyarakat.
Oleh Asyari Usman
(Penulis adalah wartawan senior)