Oleh: Maulana Munif - Pemerhati Hukum dan Kemanusiaan
Kemerdekaan bangsa indonesia tercinta ini sudah mencapai 72 tahun. Salah satu tujuan kemerdekaan adalah terwujudnya kesejahtraan dan keadilan bagi masyarakat. "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial," pembukaan UUD. Setelah 72 tahun merdeka masalah yang dihadapi negeri ini tak kunjung selesai, bahkan negeri zamrud katulistiwa yang gemah ripa loh jinawi seakan tidak berdaya.
Setelah 72 tahun merdeka, hutang indonesia bukan malah berkurang. Setiap pergantian rezim hutang malah menumpuk. Saat ini hutang kita hampir mendekati 4 ribu Triliun . Bahkan setiap bayi yang baru lahir pun akan menanggung hutang 13 juta. Begitu nestapa kehidupan rakyat miskin. Rakyat dianggap tidak miskin jika berpenghasilan Rp. 11.000,00 . Padahal dengan Rp.11.000,00 hanya bisa buat beli mi instan, garam dan obat kembung. Haruskah rakyat hidup dalam nestapa?
Setelah 72 tahun merdeka, jurang ketimpangang sosial ekonomi sangat tinggi. Kekayaan empat orang terkaya di Indonesia sama dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin. Kelangkaan barang pun terjadi. Garam jadi langka padahal indonesia mempunyai ngaris pantai terpanjang di dunia. Garam harus impor, sapi, beras, kedelai, gula, buah-buahan harus impor. Bisakah kita kembali ke masa swasembada untuk mewujudkan kemandirian bangsa?
Setelah 72 tahun merdeka, angka pengangguran semakin menggurita. Menurut data BPS masih terdapat 7,02 juta orang yang masih menganggur. Di tengah pengangguran berlangsung, penggusuran Pedaganh kaki lima (PKL) pun semakin masif berlangsung. Orang miskin tidak boleh sakit karena mahalnya biaya pengobatan. Seperti kasus yang dialami oleh Pak Aspin Warga Kampung Kaur, Bengkulu. Pak Asmin terpaksa membawa jenazah bayinya ke dalam tas pakaian lantaran tidak memiliki biaya untuk membayar jasa mobil ambulan.
Setelah 72 tahun merdeka, angka kematian bayi dan anak balita (bawah lima tahun) akibat kurang gizi di Indonesia masih memprihatinkan.menurut data IDAI ( Ikatan Dokter Anak Indonesia)) Prevalensii buruk masih tinggi, yakni mencapai 5,7% dan gizi kurang 13,9%. Biaya pendidikan seperti barang mewah. Dari total 100 persen siswa sekolah dasar hanya 61 persen yang melanjutkan ke tingkat sekolah menegah pertama, bahkan dari jumlah tersebut lanjutnya hanya 40 persen siswa yang melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi
Setelah 72 tahun merdeka, 90 % tambang- tambang malah di kuasai asing. Miris justru 5 tambang besar kita dikuasi asing.
Pertama, Tambang emas di Papua, lebih dari 60 tahun dikeruk dan diekspoitasi asing. Freeport terus mengambil keuntungan yang tak ada habisnya sementara Indonesia hanya melongo. Bahkan apa yang terjadi dengan rakyat papua sekarang yang masih miskin dan tidak terjangkau pembangunan.
Kedua, Geothermal di gunung Salak Jawa Barat oleh PT. Chevron. Panas bumi yang diolah oleh PT Chevron digunakan untuk pembangkit listrik dalam jumlah besar. Anehnya masyarakat di sekitar gunung Salak justru tidak meraskan listrik.
Ketiga, tambang batu bara di kalimantan. Hampir semua tambang batu bara dikuasi asing, meski perusahaan tambang dibentuk di indonesia, batu bara merupakan salah satu yang bisa dijadikan pembangkit listrik, tapi justru di kalimantan sering terjadi pemadaman listrik.
Keempat, tambang minyak bumi di banyak tempat di kuasai asing, hingga aneh banyak tambang minyak tapi masih bbm mahal.
Kelima, tambang nikel di sulawesi. di sana tanahnya dieksploitasi tapi kehidupan rakyat di sekitarnya memprihatinkan.
Kemerdekaan bangsa ini adalah atas berkat rahmat Allah SWT, maka sudah seharusnya implementasi mensyukuri nikmat atas kemerdekaan yang diberikan Allah SWT kepada bangsa ini adalah dengan tunduk, taat, dan patuh untuk menegakkan syariahnya. Jaminan dari Allah jelas dan tegas sebagaimana Allah ber firman:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Al-A’raf: 96) [IJM]