Masa HTI |
Oleh : Naufal Althaf M. Ahmad
Setelah dibubarkannya Hizbut Tahrir Indonesia secara sepihak subjektif represif, banyak kelompok lain yang bertanya bahwa ''lumbung-lumbung kader HTI akan dikemanakan?'' atau ada pernyataan ''harus segera diakomodasi''.
Penulis sangat tergelitik tepok jidat guling-guling tak berdaya *<-- kata khiasan* melihat anggapan kelompok lain bahwa kader-kader HTI juga akan ikut ''Bubar'' dan terpencar berpindah berceceran kemana-mana setelah HTI sebagai wadahnya dibubarkan oleh Kroni Syetan.
Pertanyaannya, kenapa baik penulis sebagai pelajar di HTI, dan teman-teman HTI lainnya tersenyum-senyum saat mendengar ''lumbung-lumbung kader HTI akan dikemanakan'' atau ''harus segera diakomodasi''?
Ya, kita senyum-senyum karena yang lain itu menganggap bahwa kita bergabung di HTI hanyalah sekedar semangat belaka, karena kepentingan tertentu, kepentingan sesaat, hanya sekedar ikut gabung, numpang gabung hanya ingin tau belaka, sekedar ngaji semata, sekedar SAPU-SAPU (SAmpe kajian, lalu PUlang-SAmpe kajian, lalu PUlang), bahkan ada yang bilang, orang-orang yang ''lemah'' yang mudah terbawa dan eh akhirnya terjerumus masuk HTI, atau mungkin karena ada duitnya, ada amal usahanya, dsbnya.
Sesungguhnya Semua Itu SALAH.
Anggapan anggapan yang muncul dari mereka itu jelaslah dibangun atas dasar fakta yang dilihat yang ada di sekitar mereka, atau bahkan kelompok mereka sendiri yang mengalaminya. Karena kebanyakan mereka hanya melihat dan mengenal ikatan yang mengikat diantara para aktivisnya itu adalah Ikatan Keorganisasian Semata Yang Dibalut Dengan Ikatan Kemaslahatan Pribadi (uang, amal usaha, jabatan organisasi, sekedar kaji kitab semata, transfer ilmu semata antara senior ke junior)... Oh iyah tambah satu lagi (ikatan maslahat: Cari Akhwat Cakep Semata) haha...
Karena yang mereka kenal dan lazim mereka alami itu adalah Ikatan Keorganisasian dibalut Kemaslahatan, maka seperti itulah anggapan yang keluar dari mereka. Bahkan baru baru ini, ada beberapa kelompok seperti PPP, NU, dan Ansor sampai-sampai sudah siap membuka pintu lebar-lebar menerima dan menampung ''Eks'' kader HTI untuk mereka ''Bina'', agar ''Eks'' kader HTI bisa ''Taubat'', terus ''Insyaf'', lalu ''Kembali Kepada Jalan Kebenaran'' setelah mereka bimbing.
Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani sebagai pendiri Hizbut Tahrir sekaligus sebagai Mujtahid Mutlak yang membuat puluhan karya kitab, telah merumuskan hasil ijtihadnya yang merupakan istinbath dari Al-Quran, Sunnah, Ijmak Shahabat, Qiyas Syar'iyyah tentang berbagai jenis ikatan-ikatan yang mengikat diantara individu yang telah dijelaskan di dalam 3 kitab dasar, yaitu kitab Nidzomul Islam, At-Takattul Hizby, dan Mafahim Hizbut Tahrir. Diantaranya:
1. Ikatan Nasionalisme
Ikatan ini terjadi saat manusia hidup bersama dalam satu wilayah yang sama. Jika wilayahnya diancam oleh musuh, maka ikatan ini akan muncul dari naluri mempertahankan diri untuk mempertahankan wilayahnya dimana tempat mereka menggantungkan hidup. Ikatan ini bersifat Temporal, hanya mengikat bangsa tertentu, dan bersifat emosional. Dan ikatan ini pun terdapat pada dunia binatang.
Contoh:
Di daerah pegunungan salju, sekumpulan Srigala jenis Canis Lupus Arctos akan mempertahankan wilayah kekuasaannya karena telah kedatangan Srigala jenis Canis Lupus Communis yang akan merebut wilayahnya. Maka naluri mempertahankan diri pun muncul dari Srigala Canis Lupus Arctos tadi atas wilayahnya.
Tetapi jika tidak ada ancaman yang muncul, maka ikatan ini pun tidak akan muncul. Tidak ada. Karena ikatan ini bersifat Temporal. Hanya muncul ketika ada momen tertentu. Insidental.
Sama halnya jika Budaya Indonesia atau laut dan pulau diklaim Malaysia, maka tiba-tiba semua ''Nasionalis'', atau pada saat turnamen olahraga, momen 17an, dsb. Tetapi jika adem-adem saja, maka ikatan ini hilang, tidak muncul. Bahkan tidak ada juga disaat segala SDA Indonesia Dijarah Asing karena Ikatan Nasionalisme Pada Penguasa Telah Kalah Oleh Ikatan Kemaslahatan, makannya sudah tidak ''Pancasilais'' dan ''Nasionalis'' lagi.
2. Ikatan Sukuisme
Ikatan ini terjadi diantara para suku-suku yang ingin saling berkuasa diantara famili-familinya atas famili lainnya, termasuk wilayah kekuasaan yang ingin terus diperluas. Dan ikatan ini sering menimbulkan konflik antar suku tersebut, bahkan karena hal sepele pun akan timbul peperangan yang terus berkepanjangan atau dendam abadi hingga puluhan bahkan ratusan turunan generasi berikutnya.
Sifat dari ikatan ini pun hanya mengikat diantara Klan saja, Marga saja, Qabilah saja, Suku saja. Bersifat emosional juga dan selalu menimbulkan perselisihan.
Contoh:
ketika Rasul belum menyampaikan islam secara terang-terangan, suku-suku di Mekkah sering konflik. Begitu pun saat di Madinah, antara suku Aus dan Khazraj yang tadinya tidak saling akrab, menjadi bersatu untuk mendukung islam.
Atau contoh di Indonesia, sampai saat ini suku Dayak masih tidak suka terhadap suku Madura, karena orang-orang Madura sukses kaya raya atas perusahaan-perusahaan yang dibangun di Kalimantan, dan suku Dayak merasa dijajah oleh suku Madura. Atau suku-suku di Papua lebih parah lagi, masih sering berperang antar suku membawa panah dan parang.
3. Ikatan Kemaslahatan
Ikatan ini terjadi disebabkan adanya peluang tawar-menawar dalam mewujudkan kemaslahatan mana yang lebih besar, sehingga beberapa maslahat yang ada akan ditinggalkan dan hilang jika 1 maslahat diantara beberapa tadi telah dipilih, karena mempunyai keuntungan/kemaslatahan yang lebih besar menurut pribadi seseorang tersebut. Dan setelah dipilihnya 1 maslahat tadi, maka hilanglah ikatan maslahat ini, bahkan bubar, selesai, karena sudah terpenuhi tadi pada saat memilih 1 maslahat diantara beberapa maslahat, baik maslahat ini dipilih oleh pribadi atau atas kesepakatan bersama.
Contoh:
Dalam sebuah organisasi, seseorang bergabung karena agar bisa menjadi pengurus DPC, DPD, atau bahkan DPP, maka dia begitu aktif di organisasi tersebut, karena motivasinya maslahat tadi, agar dapat jabatan, karena semakin tinggi jabatan, semakin tinggi pengaruh, semakin tinggi pula bayaran dari partai untuk dia, fasilitas berupa mobil partai untuk dia pakai, dsbnya. Tetapi jika partainya sudah bubar karena kalah pemilu, dukungan semakin garing, maka bubarlah, lalu The End. Semua Tamat dan Berpencar Ke Kesibukan Masing-Masing karena ikatan diantara aktivis itu hanyalah Ikatan Kemaslahatan, dlm hal ini Keorganisasian. Visi dan Misi Partai Hanya Berlaku Saat Ada Partai, Saat Kemaslahatan Masih Ada Untuk Dikejar dan Diraih. Terlepas Apapun Caranya Untuk Meraih Kemaslahatan Tadi. Mau Cara Halal atau Haram. Pokoknya Maslahat.
4. Ikatan Kerohanian
Adapun ikatan kerohanian terjadi hanya terlihat dari segi kegiatan ibadah spiritual saja. Ikatan ini tidak nampak dalam kancah kehidupan dan bersifat Parsial (terbatas pada aspek kerohanian semata). Ini terdapat pada agama-agama selain Islam. Karena agama-agama yang lain tidak mempunyai konsep yang mengatur aspek sosial, politik, kenegaraan, perekonomian, dan aspek-aspek pengurusan masyarakat lainnya. Jadi tidak nampak di kehidupan sehari-hari, hanya untuk individu masing-masing semata. Tidak ada namanya Sistem Ekonomi Budha, Sistem Pemerintahan Hindu, Interaksi Sosial Dalam Konghuchu, dsbnya. Agama yang lain hanyalah diikat dengan ikatan kerohanian.
Tetapi sayangnya banyak umat islam pun yang hanya berkecimpung melaksanakan ibadah yang bersifat spiritual belaka, seperti Sholat, Baca Quran, Hafidz Quran, Puasa Wajib-Sunnah, Dzikir, Baca Doa dan ibadah mahdah lainnya. Tetapi menolak dan menentang bahkan membubarkan kelompok yang menyeru agar Islam dilaksanakan secara Kaffah dalam seluruh aspek kehidupan.
5. Ikatan Aqidah dan Tsaqafah
Ikatan ini adalah Ikatan Yang Paling Sempurna dan Paling Tinggi Kedudukannya. Karena ikatan ini muncul atas dasar pemahaman dari tiap individu muslim. Pemahamannya diwujudkan dengan bentuk tindak, sikap dan prilaku/amal yang terpancar atau yang telah dihasilkan dari aqidah Islam yang sudah menjadi GPS, Kompas, Petunjuk, Peta bagi individu tersebut dalam melakukan berbagai macam hal.
Berbagai macam hal yang dilakukan individu tadi akan senantiasa dihubungkan dengan hukum-hukum islam yang mengatur berbagai macam hal tadi, sehingga segala apa-apa saja yang dilakukan merupakan ibadah, ikhlas, terus mengejar kebaikan demi mencapai Ridho Allah Semata, sehingga menimbulkan Akhlaq Yang Mulia atas segala aktivitas yang telah dihubungkan dengan hukum islam tadi.
Termasuk dalam hal Pembubaran Hizbut Tahrir. Kita semua, termasuk penulis, diikat oleh Aqidah dan Tsaqafah di Hizbut Tahrir ini, sehingga selepas HTI dinyatakan dibubarkan pun, kita selalu menyatakan ''Dakwah Takkan Pernah Padam'', atau ''Hidup Mulia atau Mati Syahid'', atau ''Meski Wadah Sudah Tak Ada, Legalitas Hanya Dari Allah'' atau ''Selama Allah Masih Memberi Umur, Dakwah Takkan Pernah Berhenti Apapun Yang Terjadi'', atau ''Kami Akan Terus Bela Agama Allah, Menegakkan Hukum Allah, Menegakkan Syariah dan Khilafah''.
Semua pernyataan-pernyataan ini muncul dari hasil Ikatan Aqidah dan Tsaqafah diantara para aktivis Hizbut Tahrir yang sangat penulis sayangi dan cintai.
Termasuk dari hasil ikatan aqidah dan tsaqafah ini, kita selalu getol dan gencar mengkritik penguasa, menyadarkan masyarakat, kembali kepada hukum Allah. Semua ini didasari atas pemahaman tadi, pemahaman yang terpancar dari aqidah islam dan tsaqafah islam yang sudah menjadi pembimbing para aktivis hizbut tahrir untuk Melaksanakan Segala Apa-Apa Saja Yang Allah Perintahkan dan Meninggalkan Apa-Apa Saja Yang Allah Larang, bkn Maslahat, Kerohanian, Nasionalisme, apalagi Kesukuan.
Jika akhirnya Syariah dan Khilafah pun tegak menaungi berbagai bangsa, agama, suku, ras, bahasa, budaya, maka akan menjadi ikatan Aqidah Aqliyah yang mengikat seluruh masyarakat yang berbhineka tadi.
Dan hal ikatan ini pernah terwujud dengan sempurna selama 1300 tahun dan umat Islam Berjaya mulai saat Negara Islam Madinah yang dipimpin oleh Rasul sendiri pada tahun 622 M hingga Khilafah Ustmaniyyah yang dipimpin Khalifah terakhir, Khalifah Abdul Majid pada tahun 1924 M.
Dan setelah Khilafah runtuh, maka Umat Islam terpecah belah dan kemudian diikat oleh berbagai ikatan Bathil (Nasionalisme, Sukuisme, Maslahat, Kerohanian) yang saling menyekat bahkan hingga sekatan terkecil sekalipun.
Jadi, jangan macam-macam dengan Hizbut Tahrir. Meskipun dinyatakan bubar, tapi Ruh Dakwah Ini Takkan Pernah Padam Hingga Hukum Allah Tegak, Dalam Syariah dan Khilafah. Dan Karena Kita Para Aktivis Hizbut Tahrir Diikat Oleh Aqidah dan Tsaqafah. Bukan Ikatan Lain. Jadi Jangan Harap Kita Malah Berhenti, Atau Dipinang Oleh Kelompok Lain.
Dan jangan heran kenapa Ust.Ismail Yusanto (Jubir HTI) saat diwawancarai oleh para wartawan dengan pertanyaan ''lumbung-lumbung kader HTI akan dikemanakan? Karena harus segera diakomodasi''. Ust.Ismail pun hanya menjawab ''Ya, kita tidak akan khawatir akan hal itu''. Sungguh itu jawaban yang mendalam mengandung makna yang hanya bisa dimengerti oleh para aktivis HTI. Kita tidak khawatir karena kita Diikat Oleh Aqidah Dan Tsaqafah, meski wadahnya dinyatakan bubar.
Semoga tulisan ini jadi Pukulan Mematikan Bagi Kelompok Lain Agar Sadar, Tidak Menjilat, Tidak Pragmatis.
Ingat Saudaraku Tercinta, Perkara Khilafah Itu Adalah Bukan Perkara Furu, Bukan Perkara Khilafiyah, Tetapi Itu Adalah Perkara Ushul, Dan WAJIB untuk semua apapun Harakahnya untuk memperjuangkan Syariah dan Khilafah.
Maaf yang membuat tulisan ini adalah seorang pemuda yang hampir berusia 23 tahun yang masih pelajar, minim ilmu dan banyak belajar serta butuh nasehat.
Silahkan koreksi jika ada yang salah.
Wallahu alam bishowab.
Naufal Althaf M. Ahmad